Quantcast
Channel: Sevendreamworld Imagination
Viewing all 22 articles
Browse latest View live

Criminal (Part 4)

$
0
0

Cast:
Lee Donghae

Kang Yong Eun

Support Cast: Henry Lau,Kang Minhyuk

Genre: Drama,Romance,Angst

Writen By: Mischa Jung

Part 1 , Part 2 , Part 3

—————————————————-


Sebelum Jang Jae Byuk dan Han Siwoo mencapai tempatnya ataupun menyadari keberadaannya,Donghae menarik tangan Yong Eun, membawanya lari kearah bertolak belakang dari dua agen. Mereka berlari menyela ditengah kerumunan pasar tradisional bahkan harus beradu pundak dengan orang orang berlalu lalang.

Jae Byuk mengerinyitkan keningnya,menyadari sedikit keanehan ditengah kerumunan.Timbul kecurigaan ketika baru saja melihat sosok belakang orang sedang berlari dari kejauhan. Awalnya tidak begitu acuh tapi entah ia merasa familiar dengan sosok belakang itu.Kemudian matanya membelalak seakan sadar dengan sesuatu,bayangan seseorang -Aiden Lee- muncul diotaknya seolah memberi petanda.Ia masih ingat betul cara lari sicriminal itu.Postur tubuh belum berubah meski seluruh tubuh ditutup jaket tebal dan kepala tertutup hoodie.

“Siwoo…kita kejar orang itu!” Jae Byuk langsung mencengkram kerah baju rekan mudanya yang daritadi sibuk sendiri mecari informasi pada salah satu penduduk Mokpo sambil membawa profil Aiden Lee.Mau tak mau Siwoo ikut berlari karena kerah kaosnya ditarik kuat Jae Byuk.

“Yakh…hyung.Apa yang terjadi?” tanya Siwoo tergesa gesa sekaligus bingung dengan sikap tiba tiba rekannya.

Jae Byuk melepaskan cengkraman Siwoo,masih menatap lurus seolah mencari mangsa ditujunya “Dia…sepertinya dia ada disini,belum jauh dari kita dan kita harus mengambil finish duluan sebelumnya” jawabnya tajam.

Siwoo terperangah,ia langsung menatap kedepan dan menemukan dua orang berlari. Memang tak terlihat wajah dua orang itu tapi sosok belakang pria itu sudah tidak asing lagi. Yang semakin menguatkan kemungkinan orang itu adalah Aiden Lee,selain postur tubuh belakang dan orang itu berlari tergesa gesa seolah sedang menghindar dari kejaran.Mungkin saja mereka sudah melihatnya dan Jae Byuk duluan sebelum kami sadar duluan,pikirnya.

Yong Eun masih berlari dalam genggaman pria disampingnya.Berusaha menyamakan langkah Donghae,ketakutan yang terdesak menguasainya.Sekilas ia menoleh kebelakang dan melihat dua orang agen kepolisian tampak susah payah menyela kerumunan, berusaha mengejarnya.

Oppa…mereka menyadarinya dan sekarang mereka mengejar kita” ujar Yong Eun panik.

“Cissh…brengsek..”rutuk Donghae.Ia diambang bahaya,hatinya dongkol dan tidak mau diborgol oleh mereka meski tidak melakukan pembunuhan.

Tangan gadisnya mengeratkan genggamannya membuat Donghae semakin frustasi.Tidak seharusnya gadis itu tidak terlibat pengejarannya dan malah membuatnya terancam sama seperti dirinya.Merasa bersalah ketika harus menyeret Yong Eun kedalam masalah besar,ia tidak berpikiran jauh sebelumnya.Yong Eun tidak boleh terjeblos kepenjara karena dirinya sendiri. Donghae tidak  membiarkan hal itu terjadi.

Yong Eun mengigit bibirnya.Baru saja ide gilanya muncul diotak.Memang nekat tapi ia harus melakukannya.Inilah cara satu satunya yang ada disaat genting.

“Cepat..kau lari sendirian!Tinggalkan aku disini!”

Donghae melirik Yong Eun,kaget mendengar ucapannya.Gadis itu mendorong pergi kekasihnya “Cepat pergi!Biar kuhadapi mereka” ujarnya terengah engah.

Shireo…aku tidak membiarkanmu sendirian” Donghae menggeleng kepalanya cepat, menjawab tanpa ragu.Tidak bisa setuju dengan ide konyol gadisnya.Kemudian melirik kedua agen  semakin mendekat lalu menarik kuat tangan Yong Eun.

Gadis itu malah menghentakkan tangan Donghae yang mencengkram lengannya “Yang mereka incar adalah kau…bukan aku…Ini akan baik baik saja padaku tapi tidak untukmu.Maka Cepat lari!”.

“Yong Eun-ah…” Donghae meninggikan suaranya.

“Kumohon larilah demi aku.Please…lakukan untukku saja” mata Yong Eun mulai berkaca kaca namun ekspresi wajahnya memaksa Donghae segera mengiyakan permohonannya.

Donghae menatap dalam Yong Eun lalu terdengar suara geraman yang ditahan.Yong Eun tahu pria itu sedang menahan kemarahannya.

“Cisshh…ide konyolmu ini benar benar..”desis Donghae menahan nafasnya. “Baiklah…ini demi kau,aku menuruti ide gila ini.Tunggu saja aku dan aku pasti kembali!”

Tanpa menunggu balasan Yong Eun,pria itu berbalik dan berlari cepat meninggalkan Yong Eun ditengah keramaian pasar.Langkahnya terasa berat ketika harus meninggalkan gadisnya sendirian dan membiarkan gadis itu menghadapi dua agen.Menyedihkan..lelaki sepertiku malah dilindungi gadis,batinnya merutuki diri sendiri.

Tubuh Yong Eun mematung,memandangi sosok Donghae cepat menghilang ditengah kerumunan. Sebenarnya tidak begitu yakin apakah dirinya akan mampu menghadapi agen polisi sendirian. Nekat…itulah yang muncul dalam diri Yong Eun sekarang dan harus mengambil resiko sendiri.Ia harus optimis dan tetap tenang.Saatnya Yong Eun beraksi,pikirnya.

Yong Eun mengayunkan langkahnya,kepalanya sedikit tertunduk dan sedikit nervous bersiap siap memancing agen polisi.Tepat agen polisi sudah beberapa jarak didepannya,Yong Eun mengangkat wajahnya dan berpura pura terkejut.

“Ah…kalian?bukankah kalian agen polisi datang kerumahku?” Yong Eun membulatkan matanya.Ia mulai berakting,beraksi sesuai skenario dadakan. “Apa kabar?tidak kusangka kita bertemu lagi…di Mokpo pula.” ujarnya ramah.

Jae Byuk melirik Siwoo,antara bingung dan kaget melihat sosok wanita didaftar muncul begitu saja. Entah kebetulan atau memang takdir.Jae Byuk tidak peduli siapapun muncul didepannya. Ia ingin melanjutkan pengejarannya,nafsu menangkap Aiden Lee telah berkoar koar.

“Tuan…apakah anda baik baik saja?mengapa anda terlihat bingung?” Yong Eun menghadang langkah Jae Byuk dengan sengaja.

Saat ini Jae Byuk kesulitan sekarang,gadis ini telah menghambat pekerjaannya.Ia tidak bisa berlari mengejarnya sebab gadis dihadapan telah menutup langkahnya.Jae Byuk mendongkahkan kepalanya kearah kerumunan didepannya dan sadar kehilangan pengejarannya. Lenyap sudah targetnya.

“Sial…padahal aku sedikit yakin itu Aiden Lee” geram Jae Byuk melotot kesal Yong Eun yang dianggapnya telah menghalanginya. Sontak gadis dipelototi hanya memandangnya dengan wajah innocent seolah tidak tahu apa kesalahannya.

Siwoo mengatur nafas terengah engahnya sekaligus diam diam memperhatikan Yong Eun. Mencari keganjilan gadis itu dan celah aneh sikap Yong Eun dianggap sedikit mencurigakan. Selanjutnya,Siwoo mendekat bibirnya ketelinga rekannya,berbisik dengan volume suara kecil seolah orang lain tidak boleh tahu isi kalimatnya.

“Bagaimana jika seandainya orang yang kita kejar bukan Aiden Lee?Bukankah sekilas pria yang kita kejar barusan sedang lari bersama wanita lalu siapa wanita itu?Bagaimana dengan Kang Yong Eun,wanita kita curigai muncul didepan kita?Apakah pria kita kejar itu benar benar Aiden Lee?”

Jae Byuk mendelik sinis “Tapi kau lihat bentuk fisik dan cara larinya mirip dengan Aiden Lee”

“Tapi hyung…bisa saja itu orang lain dan banyak orang memiliki ciri seperti itu” balas Siwoo berbisik ditelinga Jae Byuk sambil melirik Yong Eun.”Bagaimana wanita ini yang kemungkinan bersangkutan dengan Aiden Lee perlu kita intergorasi sebentar?mumpung dia didepan kita”

Jae Byuk mengangguk pelan.Rekannya benar,ia perlu menuntaskan kecurigaan yang mengacu pada Kang Yong Eun.Mungkin saja wanita ini bisa menjadi pembuka jalan menuju tempat Aiden Lee.Lebih baik mengintegorasi orang yang mungkin bersangkutan dengan buronan daripada mengejar orang yang hanya asal curiga.

“Yong Eun aggaeshi,Bolehkah kami meminta kerja samanya?”tanya Siwoo sopan.

“Ah..ne?” Yong Eun mengerinyitkan keningnya,ia harus pintar berakting sekarang dan berpura pura tidak tahu apa apa.Sebenarnya kegugupan membuncah didadanya,takut mudah ketahuan rencananya oleh agen polisi.

“Jika tidak keberatan,anda berkenan mengikuti kami.Kebetulan kita bertemu disini dan kami ingin mengajukan beberapa pertanyaan?” Siwoo menyunggingkan senyumnya.

Mwo?” Kedua mata Yong Eun membulat.Ia tidak menyangka bahwa kemungkinan mereka juga mencurigainya.Sial…aku harus mengatur strategi dan mengumpulkan banyak skenario, pikirnya.

“Hmm…apakah anda bisa?”tanya Siwoo seraya memeriksa perubahan raut wajah Yong Eun.

“Uhm…baiklah…” Yong Eun mengangguk setuju. Ia harus mengendalikan kegugupannya dan tidak boleh membiarkan kecurigaan agen polisi itu membesar.Yah…ia harus membereskan satu masalah ini dengan poker face-nya.

Yong Eun sedikit menoleh kebelakang,mencoba memastikan keadaan disana.Berharap Donghae benar benar sudah menjauh dari sini. Kini ia memohon tuhan dalam hati, mengharapkan perlindungan untuk Donghae.Semoga pria itu aman sekarang.Kemudian gadis itu menarik nafas panjang,mengikuti langkah dua agen polisi yang entah akan membawanya kemana.

————————————–

Kamsahamnida dengan kerja sama anda” Siwoo dan Jae Byuk membungkuhkan tubuhnya pada Yong Eun.

Sementara Yong Eun membalas dengan membungkuk tubuhnya.Ia menghela nafas lega, intergorasi membuat perutnya tegang telah berakhir.Situasi intergorasi berlangsung kaku dan dingin.Hampir saja Yong Eun mau mati ditengah ruang kecil dan sempit serta diberi pertanyaan oleh dua agen yang awalnya lumayan ramah pun menjadi menakutkan.Takut terjebak dalam pertanyaan diajukan dua agen itu padanya.Saat itu Yong Eun harus cerdik dan memeras otak serta mengatur ekspresi wajah dan nada suara dalam waktu bersamaan.

Yong Eun langsung berjalan keluar dari ruang intergorasi kepolisian Seoul.Ternyata dua agen membawanya kembali ke Seoul.Ia mencemaskan Donghae sekarang.Bagaimana keadaan pria itu sekarang?apakah dia masih diMokpo?

Teringat kalimat terakhir Donghae yang mengatakan bahwa dirinya akan kembali.Namun Yong Eun bingung dimana ia menunggunya. Pria itu juga tidak memberitahu dimana tempat ia akan kembali.Lagipula Donghae tidak punya ponsel sejak berstatus criminal.Yong Eun mengigit bibir bawahnya sambil berpikir keras.

Mokpo

Nama kota itu tertulis besar diotaknya.Mungkin disanalah Donghae akan kembali.Sekarang Yong Eun berniat membeli tiket kereta dan pergi secepatnya ke Mokpo.Yah…ia harus pergi kembali ke Mokpo.

—————————————–

“Bagaimana mengitegorasinya?” Siwoo menoleh kearah Jae Byuk sedang mematikan rokok keasbak.

“Dia bisa menjawab semuanya dengan baik bahkan bisa lolos dari pertanyaan jebakan.”jawab Jae Byuk mengangkat sebelah ujung bibir, menambahkan kalimatnya “Tapi justru kecurigaanku malah semakin menguat”

“Bukan hanya kau,hyung.Akupun berpikir sama.Gerak gerik gadis itu seolah seperti sudah direncanakan dan kupikir dia wanita cerdas” ujar Siwoo mengelus dagunya,melirik keluar jendela dan melihat kebawah.Tepat ia melihat Yong Eun sedang berlari buru buru,kemudian menyetop taksi dan menghilang.

“Mungkin gadis ini bisa saja jadi penunjuk jitu keberadaan bajingan ini” Jae Byuk melemparkan kasar lembar potret wajah Donghae ke meja.

Siwoo berbalik dari jendela,meraih potret Donghae lalu dijajarkan dengan potret wajah Yong Eun.Diamati kedua potret secara bergantian.Seulas smirk terukir diwajahnya. Sekarang ada dua target,pikirnya.

“Bagaimana jika Aiden telah bunuh diri kesungai didepan mataku ini muncul kembali?Pasti menyenangkan jika kita bertemu lagi dan aku tidak melupakan loncatan kesungai yang telah kau lakukan sama saja mempermalukan diriku sebagai agen polisi” batin Siwoo.

Terlepas dari perhatian terhadap dua potret, Siwoo menatap Jae Byuk dan melempar senyum penuh maksud.Satu tim agen polisi memiliki tujuan sama dan dendam pada Aiden Lee.

“Sepertinya berikutnya kita akan melakukan pekerjaan membosankan” Siwoo melepaskan kacamatanya,masih tersenyum smirk.

“Yah…memata matai sama sekali bukan pekerjaan menyenangkan tapi kali ini aku cukup semangat sekarang.” sahut Jae Byuk membalas seringaian rekannya.

——————————————

Hawa nafas Yong Eun mengepul,kedua matanya memandangi keramaian pasar tradisional Mokpo. Ia berkali kali mengosok tangannya kemudian meniupnya seraya menghangatkan telapak tangan nyaris membeku.Gadis itu mengangkat kepalanya, melihat langit sudah gelap dan hari sudah malam.

“Donghae oppa,kamu dimana?kenapa lama sekali?”

Gumaman bibir Yong Eun terdengar lirih.Sudah hampir 3 jam menunggunya tapi orang itu belum muncul.Kegelisahan terbesit dan mulai berpikiran buruk.Bagaimana ternyata ada terjadi sesuatu tidak diinginkan pada Donghae atau malah tidak kembali lagi?

Yong Eun menggeleng kepalanya dan berusaha menjernihkan otaknya dengan pikiran positif.Ia memutuskan tidak boleh berpikir buruk.

Mata Yong Eun terpaku kearah gerai dagang askesoris terletak tidak jauh dari pandangannya. Ia menyentuh jepit mungil dikepalanya dan tersenyum miris.Baru saja bersenang senang dengan pria itu tapi malah dipertemukan bencana harus dihindari.Seandainya dua agen tidak muncul,mungkin dirinya bisa menikmati waktu menyenangkan lebih lama dengan pria itu.

Kepala Yong Eun tertunduk,menemukan kiss mark masih berbekas dikulit dari balik baju atasan denimnya.Dipejamkan kedua matanya sambil menghembuskan nafas.Ia memutuskan lebih bersabar dan harus lebih yakin Donghae menepati janjinya.Bukankah pria itu mengatakan bahwa dia pasti kembali.

————————————————-

Donghae berjalan hati hati keluar dari lorong. Kedua matanya mengawasi sekitarnya dari balik kacamata serta merapatkan topinya sampai orang nyaris tidak bisa melihat jelas wajahnya. Membenahi alat penyamaran sudah menjadi kebiasaan selama berstatus criminal’.

Sebelah ujung bibirnya terangkat.Dari kejauhan ia menemukan sosok gadis sedang berdiri didepan toko sudah tutup.Ia tahu gadis itu pasti menunggunya.Hatinya lega mengetahui Yong Eun baik baik saja dan tidak bermasalah setelah berhadapan dengan dua agen.

Sebelum Donghae menghampiri Yong Eun,penglihatannya menangkap basah dua pria sedang berdiri tidak begitu jauh.Kehadiran dua pria itu tidak disadari Yong Eun sendiri.Dua pria itu agen polisi yang mengejarnya.Sedang apa dia disini?Apakah mereka sedang mengawasi Yong Eun?

Rahang Donghae mengeras dan berkali kali mengumpat dua agen.Brengsek…ternyata mereka beraksi dengan cara menggunakan Yong Eun umpan untuk menangkapnya.Gadis itu telah menjadi alat.

Donghae mundur selangkah dan kecewa.Rupanya belum bisa menemui Yong Eun sekarang.Waktu belum mengijinkan.Donghae harus berbalik, menjauhi tempat itu sekarang juga. Kedengarannya pengecut tapi begitulah yang harus dilakukan.

Donghae mengayunkan langkahnya secepatnya.Tanpa menoleh kebelakang,ia menjauhi posisi gadisnya dengan pasrah.Donghae merasa dirinya buruk dan pengecut ketika melangkah lebih jauh lagi dari Yong Eun.

Terngiang ngiang wajah Yong Eun menunggunya barusan dengan mimik penuh cemas bahkan terlihat jelas dia sudah kedinginan.Rasa bersalah Donghae semakin membuatnya frustasi.

Mianhae…sepertinya aku belum bisa kembali sementara waktu.Jangan menungguku disana dan pulanglah kerumah”batinnya berharap pikirannya menjadi telepati untuk gadisnya.

——————————————–

A week later…

Rumah terasa aneh ketika Yong Eun pulang dari  aktivitas profesi kerja sebagai guru TK.Ia tidak menduga ternyata sekosong dan sesepi ini semenjak Donghae menghilang.Sudah menunggu disana dan belum bertemu sampai sekarang.

Yong Eun mengigit bibir bawahnya.Tadinya sangat berharap pria itu sudah pulang dan terlihat sedang duduk sambil menonton TV seperti biasa atau melihat seringaian usilnya dan ejekan menyebalkannya sebagai sambutan setiap jam pulang kerja.Ia menantikan hal itu terjadi hari ini.

Perasaannya berkecamuk sekarang dan lebih parah dari kemarin.Ia langsung memejamkan matanya kuat kuat dan melepaskan nafas beratnya.Yong Eun butuh Donghae,ia sudah terbiasa hidup bersama pria itu.Sungguh konyol waktu awal dirinya belum mengenal pria itu, Yong Eun sangat menginginkan Donghae segera pergi tapi sekarang malah menginginkan sebaliknya.

Sekarang pria itu hilang tanpa jejak dan Yong Eun sudah bersikap tidak wajar.Seminggu ia hanya bisa tidur selama 3 jam,tidak melakukan aktivitas sehari hari dengan teratur dan sisanya waktu dihabiskan untuk menunggu pria itu.Tidak heran gadis itu terlihat pucat, kurus dan tidak bersemangat bahkan terdapat lingkaran hitam mengerikan dibawah matanya.

Ternyata sekuat ini efeknya Donghae dalam hidupnya belakangan ini.Jujur saja rasanya jauh lebih menyedihkan daripada saat cintanya diputus Henry.Benar benar takut jika takdir buruk menyatakan Donghae pergi selamanya menjadi nyata.

Air matanya mengalir,gadis itu menangis.Sangat membenci pikiran jeleknya merasukinya berkali kali namun Yong Eun belum mampu mengalahkan isi pikirannya.

Ting….tong….

Lamunannya buyar dan terkesiap kaget mendengar suara bel rumahnya.Ia segera menghampiri pintu utama,bersiap siap membuka pintu.Berharap Donghae berdiri didepan rumah dan Yong Eun akan memeluknya sambil memaki sibodoh yang seenaknya membuat dirinya gila menunggu.

Ketika pintu terbuka,kedua mata Yong Eun melebar kaget.Seorang pria datang kerumahnya dan membuatnya menahan nafas.Gadis itu menggumam pelan dengan suara lirih.

“Henry-ah..”

Pria baru saja disebut namanya tersenyum kecil merespon ekspresi terkejut gadis dihadapannya “Hai,Yong Eun-ah!Sudah lama kita tidak bertemu” ujarnya lembut sampai membentuk eye smile khasnya.

Tubuh Yong Eun menegang seolah tidak percaya pria masa lalunya muncul kembali dan masih tersenyum persis dulu.Yong Eun tidak tahu alasan Henry datang kesini dan jangan sampai perasaannya terlempar kembali pada kisah cinta yang sudah musnah.

——TBC——

Buat yang masih bingung kenapa Donghae ngotot lari dari polisi padahal dia bukan pembunuhnya, jawabannya bakalan dijelasin part berikutnya.Mungkin sekitar satu atau dua part lagi akan tamat.Bisa saja akan berakhir sad ending atau happy ending,ini semua tergantung imajinasi saya.

Seperti biasa saya menegaskan buat reader untuk meninggalkan komen dan hindarilah seperti silent reader.Ingat…komen kalian adalah acuan berharga buat sipenulis untuk bersemangat membuat ff lebih lanjut…

Don’t Be Silent Reader!!!Give Me Your Comment!!!



I’m Your Man (Bad Guy Bad Romance 2) -Remake/NC Series-

$
0
0

Cast:

_Jung Yunho (DBSK)

_Son Jung Ah (O.C)

Minor Cast:

_Kim Junsu aka Xiah Junsu DBSK/J.Y.J (New Cast)

Genre: Drama,Romance,Angst,NC

Written By: Mischa_Jung

———————————————————–

Part 1

Diruang kamar cukup besar bernuansa feminim,diisi perabotan semi klasik tertata rapi dan terkesan nyaman.Jung ah berdiri mematung,memandang kaca cermin besar yang memuat pantulan dirinya dari ujung kepala sampai ujung kaki.Kedua mata bengkaknya tidak berkedip, perutnya rasanya seperti diaduk aduk.Tangannya bergemetaran menyentuk bercak kemerahan begitu menonjol dikulit putih pucatnya.

Ia menelan ludahnya,menemukan tubuhnya dipenuhi kiss mark sisa dari kejadian semalam.Malam itu seperti mimpi buruknya,ia tidak bisa membantah lagi bahwa kejadian itu memang terjadi.Perlahan tubuh Jung ah merosot sampai terduduk lemas.Bibir mungil sedikit luka akibat french kiss serta kiss mark adalah bukti kuat malam mengerikan.Ia telah menyerahkan keperawanan… tidak..lebih tepatnya diambil paksa.

Tubuhnya mengigil,sekujur kulitnya merinding dan bibir bergetar mengumam tanpa suara.Pikirannya kacau,berkeringat dingin dan ketakutan,hampir frustasi setiap wajah pria itu muncul.Malam mengerikan itu mengubahnya seperti sebuah trauma,terutama mengenai pria tidak berperasaan itu.

Pandangan Jung Ah menjadi buram ketika air matanya menumpuk.Membayangkan siluet pria dianggap telah menghancurkannya. Wajah setampan itu,sisi angkuh,berkepribadian dingin,kedua mata kelamnya dengan sorot yang tajam itu telah mengintai diotaknya.

Jung Yunho…

Jung Ah membenci nama itu sekarang.Seandainya jika pria itu orang lain,bukan putra dari Tuan Jung dan Nyonya Jung,mungkin saja dirinya tidak segan menancap benda tajam kejantung pria itu.Bayangan Yunho saat menikmati tubuh polosnya itu terngiang ngiang, membuat otaknya kesakitan.Ia menutup kedua matanya,tangisan awalnya ditahan telah jatuh mengalir.Sesak dan depresi telah menyelimuti jiwanya.

“Aku adalah pria jahat dan hanya bisa memberikanmu kisah romantis terburuk yang tidak diinginkan gadis manapun.Mungkin untuk waktu kedepannya,kamu akan mengetahui seberapa gilanya aku denganmu.Dan aku sungguh menginginkanmu dan menyukaimu”

Kalimat Yunho berbisik ditelinganya dimalam itu meragukan Jung Ah.Ia tidak percaya pria itu berbicara lembut,untuk pertama kalinya.Ucapan menggetarkan didadanya dari mulut pria ini,entahlah ia mempercayainya atau tidak dan juga tidak tahu apakah itu berasal ketulusan seorang Yunho.

————————————————————–

Tubuh Yunho menggeliat pelan,kedua mata tertutupnya mulai terganggu dengan pancaran matahari menusuk melalui sela sela pintu balkon.Tak lama kemudian Yunho membuka matanya perlahan lalu mengerjapkan berkali kali sampai penglihatannya jelas. Diangkatnya tubuhnya,bersandar kekepala ranjang tidur dan meregangkan tubuhnya agar semakin rileks.

Pertama kali terbangun,ia merasakan kepalanya sedikit pening,kelelahan luar biasa mendera disekujur tubuh seolah baru saja melakukan pekerjaan berat,ditambah lagi menemukan tubuhnya sendiri polos tanpa benang menutupinya.Ia tercengang sebentar, dikumpulkannya satu per satu ingatan apa dilakukannya semalam.

Mata sipitnya mengedarkan pandangan disekelilingnya.Diruang kamar yang biasanya selalu rapi kini terlihat lebih berantakan.Botol vodka dan gelas kristal menggelinding diatas meja,bekas tumpahan minumannya berceceran dilantai,letak sprei dikasurnya tidak beraturan.Dua hal menarik perhatiannya dari keanehan ruang kamarnya yaitu terdapat cairan putih lengket dan bercak darah berbekas disprei kasurnya.

Semua petunjuk itu membuatnya tertegun.Ia baru saja melakukan sikap diluar dugaan semalaman, dan melakukannya terhadap wanita dianggapnya sangat memuakan.Kondisi mabuknya telah membuatnya semakin berani sampai diluar batas akal sehat.Siluet tubuh gadis dilihatnya pada malam itu membekas diotaknya,ia menyukainya dan tidak menyesali hal itu.

Jung Jung Ah…tidak…dia Son Jung Ah….

Seringaian terukir sempurna diwajah Yunho,nama wanita itu seperti obat biusnya.Wajah cantik terkesan lembut,tubuh mungil yang rapuh dan ringkih namun berlekuk sempurna,setiap desahan dan jeritannya masih bergema ditelinganya.Ia beruntung menikmati pertama kali tubuh wanita itu dan tidak akan membiarkan pria lain menyentuh gadis itu.Cukup hanya dirinya sendiri pemilik gadis itu,tidak peduli apapun.

Ia tidak membiarkan marga ‘Son’ itu berubah menjadi ‘Jung’ karena status ‘yeodongsaeng’.Yunho akan mencoret nama itu dan bersikeras dimasa depan dirinya akan mengubah marga gadis itu ‘Son’ menjadi ‘Mrs.Jung’,sebagai istrinya.

Dimulai dari sekarang,Yunho akan mendepak jauh jauh kebenciannya pada gadis itu dan memutuskan menyimpan perasaan kebalikan dari kata ‘benci’ didasar hatinya.Ia yakin itu dan tidak akan mengubahnya lagi.

————————————————–

A week later

Pesta ulang tahun perusahaan Jung Corp diadakan besar besaran,pastinya mengeluarkan biaya mahal serta dipenuhi kemewahan khas Keluarga Jung.Undangan dibagikan pada orang orang penting dan mereka datang dengan pakaian formal bermerek high class.Diantaranya beberapa orang berketurunan negara asing dan para public figure turut hadir serta meramaikan pesta,bahkan berbaur dengan tamu tamu lainnya.

Jung Ah tidak bisa menghentikan decak kagumnya dunia High Class yang jauh berbeda dengan dunianya sendiri.Ia terpukau dengan suasana pesta direncanakan Jung Corp.Sejak awal dipesta ini, gadis itu terus terusan disamping Nyonya Jung dan menemaninya menyambut sekaligus menyapa ramah tamu.Berkali kali ia harus menundukkan kepalanya,bersikap sopan dan anggun dihadapan para tamu.

Dalam sekejap perhatian para tamu undangan beralih kearah pintu hall utama yang terbuka lebar. Mereka langsung tercengang dan menatap penuh kagum pada sosok pria penuh kharisma yang muncul dimuka pintu.Kehadiran pria itu sama saja artis besar datang,sama sama mampu mengalihkan perhatian orang lain.

“Beginilah selalu terjadi setiap Yunho muncul” sahut Nyonya Jung tersenyum melirik Jung Ah disampingnya,terselip rasa bangga diucapannya.Jung ah hanya membalas dengan senyum kikuhnya.

Jung Ah melirik sekumpulan gadis gadis muda berdandan glamour sangat antusias ketika Yunho muncul dipesta ini.Mereka –sekumpulan gadis glamour- sangat mudah dipengaruhi penampilan pewaris utama Jung Corp yang tampan dan maskulin.Fisik nyaris sempurna Yunho menyihir siapapun wanita disana,namun itu tidak pada Jung ah.Gadis itu malah ketakutan dan ingin menyembunyikan diri dari Yunho,mendadak tubuhnya menegang ketika tatapan Yunho tertuju padanya ditengah kerumunan tamu undangan.Sorot mata dingin dan tajam pria itu kembali mengingatkan Jung Ah pada malam itu.

Nyonya Jung menggandeng tangan Jung Ah,dibawanya menuju posisi Yunho berada.Ketika langkah Nyonya Jung terhenti dihadapannya,Yunho langsung mencium pipi ibunya dan melirik sekilas Jung Ah.Sementara gadis itu membuang muka,sengaja menghindari tatapan matanya.

“Kau cantik malam ini,Jung ah.Pink dress itu cocok untukmu” Yunho menunjukkan senyuman khasnya,mencoba mengalihkan perhatian gadis itu.

Jung Ah refleks membungkuhkan kepalanya,mengucapkan “Kamsahamnida,Yunho oppa”.Ia mengucapkan dengan gugup,sedikit menatap Yunho lalu diliriknya kearah lain.

Nyonya Jung berdiri diantara Yunho dan Jung Ah,kemudian senyum anggunnya bertengger diwajah sedikit keriput namun tidak mengurangi kecantikannya “Hari ini aku bosan mendengar para tamu memuji kalian berdua.Mereka bilang aku beruntung memiliki anak setampan dan secantik kalian. Entahlah aku harus senang atau iri dengan kalian berdua”ujarnya sedikit tertawa.

Jung Ah tersenyum simpul menanggapi perkataan Nyonya Jung.Ia selalu menyukai wanita notabene ibu angkatnya,bahkan sangat mengaguminya.Wanita tua yang ramah dan lembut,jauh dari kata ‘kesombongan’ yang biasa melekat pada wanita kaya.

Yunho menegak wine digelasnya lalu mendesah malas melihat sekumpulan wanita glamour datang mendekatinya dan juga mengerubunginya.Mereka –gadis glamour- menyapa Yunho dengan nada suara dibuat buat,terlihat jelas mereka ingin menarik perhatian dan berebutan menunjukkan pesona masing masing terhadap sipewaris muda ini.

“Kurasa malam ini kau beruntung dikelilingi wanita cantik ini” ujar Nyonya Jung terkekeh pelan, menertawakan keantusiasan para gadis glamour sambil menyenggol pelan tangan Yunho.

Annyeong haseyo,Nyonya Jung”sapa salah satu gadis itu. “Kami ingin mengenal lebih dekat Yunho-sshi.Kudengar dia sangat suskes dan kami tertarik mendengarkan kisah kesuskesannya dan bisa kujadikan motivasiku nanti” lanjutnya sambil menyibak rambutnya kebelakang.

Yunho tertawa sinis sebentar,menatap remeh salah satu gadis glamour yang baru saja berbicara.Ia tahu maksud wanita itu bukan tertarik dengan kisah suskesnya,melainkan punya maksud lain.Yunho tidak sebodoh itu dan tidak akan mudah jatuh kedalam rencana pendekatan para wanita glamour.

“Suskes?dia masih harus banyak belajar.Intinya dia masih belum bisa menciptakan kesuskesan besar” jawab Nyonya Jung tertawa pelan. “Aku rasa sebaiknya aku harus berada disamping suamiku sampai pesta berakhir.Jung Ah,kau disini saja dan berbaurlah dengan gadis gadis muda seumuranmu ini. Kalian para wanita muda,bertemanlah baik baik dengan putriku” sambungnya mengelus lengan atas Jung Ah.

Mulut Jung Ah terbuka,ingin menolak tapi dirapatkan kembali karena Nyonya Jung terlebih dulu pergi meninggalkannya.Jung Ah kemudian melemparkan pandangan kearah para gadis glamour tampak lebih tertarik bersama Yunho dibandingkan berkenalan akrab dengannya.Ia sedikit melangkah lebih jauh agar tidak begitu dekat dengan posisi Yunho.

Ditengah gadis gadis itu,Yunho merasa muak dan pusing.Ia sudah tidak tahan lagi dengan keagresifannya serta bau parfum yang terlalu memekakkan hidungnya.Meskipun mereka semua sangat cantik dan cukup menggoda bagi pria karena rata rata mengenakan dress minim.Sepasang mata Yunho beralih menuju sosok Jung Ah sedang berdiri,menatap kosong keramaian pesta ini.

Naluri Yunho mulai terguncang ketika matanya memperhatikan Jung Ah dari ujung kepala sampai ujung kaki.Gadis itu berdandan tidak berlebihan seperti gadis gadis pesta,make up natural terpoles diwajah cantiknya,pink dress membalut tubuh mungilnya memperlihatkan kemulusan pundaknya, rambutnya digelung keatas menonjolkan tengkuk leher jenjangnya.

Daya tarik gadis itu lagi lagi membuat Yunho ingin memeluk kuat tubuh gadis itu,mencium kembali wangi lembut menyeruak dari hawa tubuhnya,mengecup lembut bibir mungil.Ia sama sekali tidak bisa menolak lagi pesona gadis yang telah merasuki diotaknya.

Jung Ah menghela nafas,semakin lama pesta terasa membosankan.Diliriknya sebentar kearah gadis gadis yang masih betah mengelilingi Yunho meski pria itu terang terangan bersikap dingin dan berbicara ketus.Jung ah sempat terkesiap menemukan sepasang mata Yunho sedang menatapnya lekat,entahlah pandangan mata Yunho membuatnya tidak bisa menghindar lagi seperti sebelumnya.

 “Jung Ah aggaeshi…Apakah itu kau?”

Suara lembut khas pria itu membuat kesadaran gadis itu pulih dan ia refleks menoleh kesumber suara.Pria bertubuh lebih tinggi darinya,ciri khasnya salah satu telinganya ditindik serta senyum ramahnya tersungging diwajah oriental.

Ne…” kedua alis Jung Ah bertautan,bingung dan merasa familiar dengan wajah pria itu.Rasanya ia sering melihat pria dihadapannya namun sedikit lupa.

“Aku tertarik denganmu sejak kedatanganku disini.Kebetulan aku mengetahui namamu dari Nyonya Jung” ujar pria itu terang terangan. “Ah…Kim Junsu imnida”  pria itu menyebut nama sendirinya dengan ramah dan terkesan akrab.

Mulut Jung Ah mengangga,matanya membulat sebagai ekspresi antara shock dan tidak percaya. Pikirannya melayang sosok idolanya sejak remaja bahkan mengoleksi hampir seluruh album penyanyi.Ia sangat menggilai suara pria pemilik namestage ‘Xiah Junsu’.Hampir tiap hari,Jung Ah tidak melewatkan lagu lagunya diplaylist mp3.Gadis itu menggeleng takjub dan buru buru membungkuhkan tubuhnya –sekedar sopan santun- dengan kikuk.

A..annyeong haseyo,Junsu-sshi.Aku fans terberatmu.Sungguh diluar dugaan,aku bertemu langsung denganmu.Ini pasti aku sedang bermimpi”ujarnya menepuk pipi memerahnya.

Junsu terkekeh menatap Jung ah “Ani…ini kenyataan,Kim Junsu didepan matamu sekarang.Tidak usah terlalu terkejut seperti itu,aku jadi tidak bisa menahan tawaku karena ekspresimu” katanya menutup mulutnya,mengontrol kekehannya yang tidak bisa berhenti.Mimik gadis itu sangat menarik, terlihat polos dan menggemaskan.

Mianhae...aku tidak menyangka idolaku ada didepan mataku sendiri” Jung Ah menggaruk pipinya, menahan kegugupannya.

Gwaenchana…aku senang kau adalah fansku” Junsu menatap ramah gadis itu.Senyuman manis Junsu kemudian berubah menjadi bentuk senyum penuh maksud dan tatapan pria itu menyiratkan ada rencana tersembunyi “Sepertinya aku baru saja mendapatkan kesempatan besar”

Kening Jung Ah mengerinyit,ia mengusap tengkuk lehernya dan tidak mengerti maksud dari senyuman dan kalimat terakhir.

“Karena kau fans-ku,maka aku harus mengundangmu kekonserku berikutnya”

Mwo?kau serius?” mata Jung Ah melebar,berharap tidak salah dengar.Pria idol itu mengangguk meyakinkan gadis itu,lagi lagi terkekeh.Senyum Jung ah mengembang,sorot matanya bercahaya dan menunjukan perasaan senangnya “Aku pasti datang dan meneriakimu serta memberi semangat bersama para fans lain”

“Kalau begitu,aku akan menaruhmu dibagian VVIP agar aku bisa melihatmu jelas sedang meneriaki namaku dan mungkin teriakan semangatmu akan efek semangar besar untukku”

“Woaaahhh….jeongmal?Aku sangat beruntung sekali.Kamsahamnida,Junsu-sshi” Jung Ah membungkuhkan tubuhnya -mengucapkan terima kasih- berkali kali.Sementara Junsu mengangguk, dalam hatinya bersorak menemukan reaksi gadis itu sedang tersenyum lebar.

“Err…kalau tidak keberatan,apakah kau punya waktu kosong besok untuk keluar bersamaku?” tanya Junsu sedikit menurunkan nada suaranya,agak sedikit gugup mengatakan ajakannya kepada wanita baru dikenalnya.

Gadis terdiam sejenak,seharusnya senang menerima ajakan Junsu.Dulu sering membayangkan jika seandainya dirinya bisa berjalan bersama idolanya.Ketika keberuntungan datang, Jung Ah tidak antusias atau langsung mengiyakan ajakan Junsu dan malah meragukannya.Entahlah apa yang membuatnya seperti itu ketika siluet wajah Yunho muncul begitu saja diotaknya.

“Baiklah aku tidak akan memaksamu”sahut Junsu sedikit kecewa menangkap mimik ragu Jung ah,ia langsung menyembunyikan gurat kekecewaannya dengan senyum ramah khas idola.Ia mengeluarkan Iphone dari saku celananya,kemudian diberikan pada Jung Ah “Tapi aku menginginkan nomor ponselmu agar aku mudah menghubungi kapan saja”

Jung Ah mengangguk sambil tersenyum sekilas,ia langsung mengetik deretan nomor ponselnya didaftar kontak Iphone Junsu. Kemudian,ia mengembalikannya ketangan pemiliknya.

Lengkungan senyum sedikit puas Junsu,ia menarik lembut tangan Jung Ah kemudian digandengnya gadis itu “Daripada kau bosan sendirian dipesta sebesar ini,aku akan memperkenalkan beberapa temanku dan mereka pasti menyambutmu dengan senang hati”

Dada Jung Ah berdegup,ia tidak menyangka tangannya digenggam oleh idolanya sendiri.Khayalan diinginkan para fans dunia manapun itu berlangsung sekarang dan begitu nyata.Jung Ah merasa dirinya adalah Lucky Fans,ia tidak bisa menolak lagi Junsu sebab pria itu bersikeras dengannya.

Sepasang mata elang daritadi terus mengawasi gerak gerik Jung Ah dan Junsu,tidak ada seorangpun menyadarinya.Pemilik mata tajam itu mengepalkan tangannya,mengontrol sesuatu panas –yang membakar- didalam dadanya.Mencoba menahan amarah yang menerpanya,Dipandanginya Jung ah yang berlalu dan tangan pria lain menuntunnya bersama untuk diperkenalkan tamu lain.

—————————————————————–

Mobil van mulai melaju meninggalkan lobby gedung hall.Jung Ah tersenyum lebar,eye smile-nya terukir manis diwajahnya dan ia melambaikan tangannya kearah Junsu berada dalam mobil van.Pria notabene Xiah Junsu,penyanyi terkenal itu mengulurkan kepalanya keluar kaca mobil dan melemparkan senyum kharismanya bahkan tidak berhenti membalas lambaian tangannya.

Jung Ah menarik nafas panjangnya,uap nafas mengepul dan ternyata malam ini angin cukup kencang.Dress ditubuhnya sama sekali bukan ide bagus untuk berada diluar tempat.Ia memutar tubuhnya,tidak berhenti tersenyum lebar sambil mengayunkan langkahnya kedalam pintu gedung hall.Baru kali ini mengenal pria menyenangkan dan seramah Junsu,ia merasa nyaman dengan sifat pria itu.Berkat Junsu,ia tidak kebosanan ditengah pesta high class dan juga diperkenalkan teman baik Junsu yang juga ramah.Hari ini lebih baik,pikirnya.

Sayangnya Junsu tidak bisa berlama lama dipesta,dia harus mengikuti schedule  kerjanya.Terlihat raut kecewa Junsu ketika harus segera meninggalkan pesta setelah ditelepon berkali kali oleh managernya.Namun dia berjanji akan menghubungi Jung ah diwaktu kosong.Sebagai fans,Jung ah senang mendengar itu dan rasanya tidak sabar menunggu deretan nomor ponsel idolnya muncul dilayar ponselnya sendiri.

Jung Ah menyusuri kerumunan pesta,menemukan Nyonya Jung tengah melambaikan tangan kearahnya.Gadis itu menghampiri Nyonya Jung dan sedikit bingung melihat ekspresi cemas ibu angkatnya.

“Apakah kau bersama Yunho?”

Jung Ah menggeleng kepalanya dengan polos,sebagai jawaban.

“Aissshhh….anak itu menghilang kemana tengah pesta?”gerutu Nyonya Jung melipat kedua tangan didadanya,mata cemasnya berkeliaran keseluruh ruang dan mencari cari sosok putra kandungnya. “Coba kamu cari oppa-mu!Mungkin dia berkeliaran sekitar sini atau diluar”

Mata Jung Ah melebar mendengar titah Nyonya Jung ah,kemudian ia terpaksa menyanggupi.Gadis itu mengigit bibirnya,antara takut dan was was jika harus mencari Yunho sendirian.Ia masih tidak berani menerima perbuatan oppanya dimalam itu,tubuh nyaris lemas lagi lagi setiap mengingat malam itu secara berulang kali.

Jung Ah berjalan keluar ruang hall setelah berkeliling ruang pesta mencari Yunho.Ia memasuki koridor tampak sepi dan sedikit remang remang,bola mata lembutnya berkeliaran setiap sudut ruang dan insting takutnya mulai menguat.Merasakan ada keganjilan ditempatnya seolah ada yang mengawasinya tanpa sepengetahuannya.Jung Ah memicingkan matanya kekiri kanan dengan takut takut,bulu kuduknya merinding sebagai respon kesunyian tempat itu.Entahlah ia bisa mendengar deru nafas lain disini.

Tepat gadis itu memberanikan diri untuk memutar tubuhnya,lengannya tiba tiba dicengkram kuat oleh telapak tangan yang besar dan kuat.Jung ah refleks menoleh dan membelalak kaget, tenggorokannya tercekat.

“Y..Yunho oppa…”

Pria itu menatap dingin sebentar wajah Jung Ah,kemudian diseretnya paksa gadis itu entahlah kemana.Jung Ah meringgis kesakitan,cengkraman kuat ini cukup menyakitkan pengelangan tangannya.Ketakutan dalam diri gadis itu mulai merebak,otomatis tubuhnya menegang dan bergetar. Trauma tentang kejadian malam itu mulai menguasainya.

Langkah Yunho terhenti sebentar,mendobrak pintu yang terletak dari jauh keramaian pesta.Jung ah tidak tahu dimana letak ruang itu bahkan asing ruangan.Yang pasti gadis itu bisa merasakan dirinya sedang dalam bahaya.Yunho langsung mendorong gadis itu kedalam ruang cukup terpencil.

Jung Ah mengamati ruangan itu takut takut.Ruang kosong,sedikit perabotan dan sedikit gelap,hanya mengandalkan penerangan lampu lampu jalan dari luar  jendela sedikit terbuka.Ini seperti gudang tapi terlalu rapi dan bersih jika dikatakan gudang.Tubuhnya terkesiap ketika mendengar suara pintu terkunci.Ia menyadari Yunho mengurungnya dalam ruang asing bersama pria dibencinya.

Gadis itu berlari kepintu,mengedornya keras dan berteriak meneriaki bantuan.Ia tidak bisa bertahan seruangan dengan pria traumanya.Nyaris lemas dan putus asa ketika tidak ada menjawab pertolongannya seolah ditakdirkan ia akan bernasib buruk disitu.

Yunho tertegun mengamati tingkah gadis itu tampak frustasi.Kecemburuan itu perlahan menipis.Ia menekuk lututnya dihadapan Jung ah,mencoba menyentuh tangannya namun ditepis kasar.

“Jangan sentuh aku!” Jung Ah mendesis sambil menatap sinis Yunho.Kedua matanya sedikit basah dan tersirat antara ketakutan dan rasa benci cukup mendalam.

Tidak terintimindasi dengan penolakan dingin gadis itu,Yunho memegang pipinya dan jemari mengusap tangisannya dipipi “Mungkin saja kau berpikir untuk menghindariku dan berharap tidak melihatku selamanya.Sayangnya…aku tidak berniat meninggalkanmu bahkan kau sendiri berada ditempat yang selalu ditangkap penglihatanku.” Pria itu menatap dalam Jung Ah sedang menundukkan kepalanya,masih enggan melihatnya. “Aku sudah meninggalkan jejakku didalam dirimu,petanda kau adalah milikku dan jadi aku bebas menyentuhmu”lanjutnya tidak segan menunjukkan sisi arogannya.

Perlahan Jung Ah mengangkat kepala “Kau pikir aku adalah permainan nafsumu???Dan kau suskes membuatku benci diriku sendiri dan juga kau.”ujarnya serak,matanya bengkaknya mengkilat tajam.

Tanpa berpikir panjang,Yunho menarik kepala gadis itu dan bibir mereka bertemu,saling menempel erat.Ia merasakan kembali kelembaban bibir mungil gadis itu.Sementara Jung Ah mematung,mulut terkunci rapat dan sekujur tubuhnya membeku.Ciuman pria melembut,memberi perasaan aneh bagi Jung ah.Entahlah ia merasa ‘kiss’  itu tersimpan ketulusan yang nyata,bukan hasrat nafsu membabi buta seperti malam itu.

Yunho melumat bibir gadisnya dengan lemut,tidak sekasar seperti tempo hari tapi terkesan tidak sabar.Jung ah terdiam,tanpa memberontak sedikitpun dan perasaannya menjadi aneh.Ia merasakan kecupan begitu posesif,jantungnya berdesir hebat.Disisi lain,Jung ah merutuki kelumpuhan secara tiba tiba yang menyerang dirinya ditengah ‘kiss’ berlangsung.

Setelah merasa pernafasan membutuhkan oksigen,Yunho melepaskan bibirnya dan menghirup udara sebanyak banyaknya sambil memandang intens wajah gadis notabene yeodongsaeng tidak sedarah. Ia menghapus air mata Jung Ah masih mengalir,sorot lembut dikedua matanya seakan ingin menenangkan gadis itu.

“Aku tidak berniat mempermainkanmu.Kuakui,sifatku buruk dan terlalu jahat dihadapanmu.Itu diluar kendaliku karena aku tidak bisa membantah bahwa aku menyukaimu sejak awal.Awalnya aku berpikir jika aku kasar dan mencoba membencimu maka aku tidak akan jatuh cinta denganmu.” Ujar Yunho pelan,ekspresinya terlihat serius. “Seberapa kerasnya aku menutup perasaanku sebenarnya itu malah membuatku sesak.Aku semakin mengerti itu semua adalah petunjuk bahwa aku tergila denganmu”

Tubuh Jung Ah menegang,tidak berbicara sepatah katapun.Pengakuan pria kejam telah menyatakan cinta padanya,berbanding terbalik dengan apa yang biasa pria itu tunjukkan padanya.Bagaimana bisa dia bersikap kejam sementara hatinya  mencintaiku…katakan itu kebohongan,pikirnya antara tidak percaya dan shock.

“Aku benci seluruh pria mendekatimu,cara mereka memandangimu seolah akan menangkapmu.Aku tidak membiarkan siapapun mengambilmu.Kau jangan menunjukkan keceriaanmu dan mudah akrab dengan pria lain,itu cukup membuatku tersiksa.Kutegaskan malam ini: Kamu ini milikku!” tambahnya tajam,menandakan bahwa ia serius mengucapkan kalimatnya dengan penuh tekanan.

Waeyo?Aku tidak pernah jadi milikmu,itu semua karena kau merebut paksa bagian diriku dan seenaknya berpikir kau memiliki sepenuhnya.Kau pasti gila!”  Jung Ah meninggikan suaranya,tidak terima dengan jalan pikiran pria dihadapannya.

Yunho meraih dagu Jung Ah,ditatapnya tajam sepasang mata gadis itu “Aku memang sudah gila,itu semua karena kau.Jika sekali lagi, kau membakarku dengan kedekatanmu pada pria lain,maka aku tidak tahu seberapa tahan untuk mengendalikan diriku sendiri.Bisa saja aku melukaimu lebih dari sebelumnya”.

“T-tolong,aku tidak bisa melawan lagi.” batin Jung Ah merinding hebat.

“Persetan status ‘Oppa-yeodongsaeng’.Dari awal kita tidak sedarah dan aku tidak bisa menerimanya jika tuhan mengatur seperti itu.” Yunho mengeluarkan smirknya. “Dan yang kurasakan untukmu adalah cinta penuh obsesi.Kau bahkan akupun tidak bisa mengubahnya lagi perasaanku”

Ucapan Yunho terdengar mengerikan,tangan Jung Ah mengepal keras dan berkeringat dingin. Seringaian pria itu terlihat menakutkan,seakan tersimpan sesuatu –misterius- disana.Malam ini ia tidak bisa menahan ketakutannya lagi.Ia tidak tahu mengapa ada cinta yang seharusnya indah tapi ditemuinya adalah cinta yang mengerikan

Sekilas,Yunho tahu dirinyalah ketakutan terbesar gadis itu.Setiap mengamati lekuk takutnya diwajah itu malah membuat hasratnya semakin melonjak,terutama pada bibir mungil yang bergetar dan sepasang matanya.Yunho ingin menenggelamkan ketakutannya,ia tidak tahan jika gadis itu menghindarinya lagi.

Darahnya memanas,Yunho menarik tubuh Jung Ah kepelukannya.Diangkatnya dagu lalu diciumi lembut bibir itu,tangannya memegang tengkuk leher Jung ah dan tangan satunya mengelus pipi seraya menyeka air mata gadis itu.Didorongnya Jung Ah sampai punggung merapat kedinding.Saat itu juga Yunho langsung mengunci tubuh gadis itu,kedua tangannya diletakkan dinding kanan kiri gadis itu.Diciumnya penuh gairah leher Jung Ah,meninggalkan kiss mark setiap kulit dilalui bibirnya sendiri.

Jung Ah tidak bisa bergerak sampai Yunho melepaskan ciumannya dileher.Pertahanan pria itu terlalu kuat,ia tidak bisa melawannya lagi dengan tenaga.Pria itu menyeringai,mengelus bibir Jung Ah sedikit membengkak akibat lumatan.

“Kamu hanya milikku seorang.Please,Look at me!Dan rasakan perasaanku,maka kau akan mengerti…” ucap Yunho hampir berbisik ditelinga Jung Ah,dipeluknya erat gadis itu.

Dunia seolah mengalami pemberhentian waktu,begitu sunyi dan tidak ada bicara lagi antara mereka. Jung Ah mendengar jelas detak jantung berpacu sangat cepat,inikah kenyataan ditunjukkan dalam dekapan pria itu.

“Apa perasaanmu ini serius?”

Yunho tersenyum samar,tidak menjawab keraguan Jung Ah.Ia memilih menjawab dengan tindakan langsung,sangat sulit jika disampaikan lewat kata.Yunho kembali menempelkan bibirnya,kali ini ciuman ini lebih dalam sehingga Jung Ah mengerang.Lidah pria itu menelusup masuk kerongga mulut Jung Ah,mencari lidah gadisnya penuh gairah yang mengimbangi hasratnya.Tangannya berpindah kepunggung Jung Ah,diturunkannya risleting pink dress dan dielusnya punggung mulus.

Mungkin karena terbawa alur perasaan Yunho ditunjukkan melalui sikapnya,Jung Ah memberanikan diri untuk meraba dada Yunho yang naik turun.Jari gadis itu merangkak menuju kemeja Yunho,melepas kancingnya.Setelah berhasil terlepas beberapa kancing,Jung Ah menelusupkan tangan dibalik kemeja dan meraba dada bidangnya sambil membalas lumatan Yunho.

Bulu kuduk Jung Ah berdiri,dirasakannya keanehan dalam kepribadiannya.Ia merasa agresif dan tidak bisa mengusir sentuhan pria itu meski masih belum memaafkannya.Jantungnya terpompa lebih deras sejak pria dihadapannya terang terangan mengatakan isi hatinya.Sekuat itukah efek dari cinta penuh obsesi?

Yunho menegadah kepala,tersenyum menyeringai ketika dua gundukan dada mulai terlepas dari pink dress. Bra putih menutupi kedua gundukannya membuat Yunho mendesis dan dilepaskan pengaitnya.Pipi Jung Ah memanas ketika kedua mata mengarah kesalah satu bagian tubuhnya terbebas dari pelindung.Ia menundukkan kepalanya,menghindar tatapan memikat pria itu.Sementara Yunho melepas seluruh kancing kemejanya,dibuka pula jas mahalnya dan dilemparkan sembarang tempat.

Ditenggelamkannya muka Yunho diantara dua buah dada Jung Ah.Gadis itu refleks mengerang, mengepalkan tangannya serta menahan diri ketika Yunho mulai meremas dadanya lembut.Tubuh Jung Ah semakin terangsang ketika tangan Yunho satunya lagi mengelus paha bawahnya.Tidak lama kemudian,dikulumnya nipple Jung Ah sehingga desahan gadisnya semakin keras.

Kepala Yunho mendongkak setelah puas memainkan dua gundukan dada Jung Ah,kemudian dimajukannya wajahnya hingga tepat didepan Jung Ah.

“Hanya aku bisa memilikimu sepenuhnya..hanya aku…” ujarnya menyeringai.

Jung Ah mengigit bibir bawahnya,bisikan nada menggoda itu hanya mendapat respon tatapan memelasnya.Ia tidak berkutik lagi, pasrah.Yunho menempelkan tubuhnya kedada Jung Ah,ditariknya kepala gadisnya sampai mendongkak lalu dilahap kembali bibir mungil itu.

“Hmpphh..” Jung Ah kewalahan menghadapi ciuman liar Yunho.Matanya melebar ketika merasakan sesuatu yang menelusup dibalik celana dalamnya…ia mengenali itu adalah..tangan Yunho.

“Sshh..opp…aa…j-jangan…kumohon..” Jung Ah mendesah,memohon Yunho berhenti.

Nafsu yang sudah menguasai ubun ubunnya,Yunho tidak peduli lagi dan pemberontakan kecil justru menambah hasratnya.Ia kembali lagi mendengar desah seksi seperti kejadian malam yang sudah berlalu.Dirasakannya jambakan kecil dirambut,rupanya gadis itu tidak tahan dengan perlakuan tangan nakalnya diantara kedua paha.

Jung Ah mengelinjang,meringgis ketika jemari Yunho menelusup daerah kewanitaannya.Dia merabanya penuh nafsu tanpa melepaskan celana dalam.Sontak Jung Ah memeluk Yunho sambil meraba punggung kekar yang sedikit berkeringat.Sekarang tiga jari Yunho siap bermain diantara kedua paha.Beberapa menit kemudian,badan Jung Ah berdesir dan terkesiap saat merasakan cairan mengalir keluar.Yunho langsung menjilati jarinya tanpa jijik.Dia tersenyum menyeringai dengan sorot mata yang terkesan puas dan licik.

“Milikmu cukup basah” bisiknya seraya menurunkan celana dalamku.Lutut Jung Ah terasa lemas namun pria ini tetap menahan posisi berdirinya.

Tubuh Jung Ah bergemetar,daerah sensitifnya berkedut kedut. Yunho sedikit mengangkat pinggang Jung Ah,memudahkan juniornya yang sudah mengeras menyentuh permukaan vagina.Ia segera memasukkan juniornya langsung kedalam bagian sensitif kaum wanita.

“Arghh..akhhh…”pekik gadis itu kesakitan ketika juniornya itu belum masuk sepenuhnya tapi sudah terasa mencabik kewanitaan

Yunho perlahan menghentakkan pinggulnya lalu mendesah panjang ketika juniornya telah berhasil masuk seluruhnya.

“Aaahhhh….” Yunho merasakan junior dicengkram ketat oleh dinding yang hangat. “Milikmu masih sempit sekali”bisiknya pelan ditepat telinga Jung Ah.

Wajah Jung ah memerah,terlihat sangat menggoda dengan wajah seperti itu bagi Yunho.Hembusan nafas gadis itu yang terengah engah menerpa kulit wajahnya.Pria itu mencengkram pinggul dan bersiap memacu juniornya.

Yunho menggerakkan pinggul,juniornya menggesek dinding vagina bahkan didorong miliknya sampai menusuk rahim.Dilakukannya gerakan secara ritme sehingga Yunho  merasakan kenikmatan yang dialami juniornya.Gadis itu melingkarkan kaki dipinggang dan juga memeluk pundak Yunho.

Jung Ah mengigit bibirnya,menahan kenikmatan bercampur dengan rasa sakit yang menyerangnya. Perih dialaminya membuat kening mengerinyit.

“Aaahh…ssh..aah…”desah Yunho bercampur dengan desahan Jung ah.Tangan Jung ah meraba punggung pria itu lalu dicakarnya  demi mengalihkan rasa sakitnya.Yunho langsung menjelajah leher jenjangnya terdapat beberapa kiss mark dikulit pucatnya.

“Hmmmphh…” Yunho menyerang bibir Jung Ah,dihisapnya saliva.Gadis itu meringkuhkan kepalanya sehingga ia membalas lumatan bahkan membuat pria itu semakin memperdalam french kiss.Gerakan pinggul Yunho semakin bertambah cepat untuk menghentakkan junior kedalam milik gadisnya.

Dipererat pelukannya,tubuh masing masing bergesekan dan peluh keringat menyatu.Pria itu terus mengeluarkan tenaga,memacu gerakan sampai gadis itu memekik kesakitan saat junior masuk terlalu dalam kelubangnya yang masih sempit.Sesaat tubuhnya menegang sesaat ketika ada sesuatu akan keluar.

“Agh…”desah kami bersamaan mengalami puncak klimaks. Cairannya sudah keluar melumuri junior Yunho.Beberapa menit kemudian, cairan Yunho menyusul keluar dan menyebar kedalam vagina.

Pria itu segera menarik nafas sebentar.Dadanya naik turun dan keringat membanjiri kulit.Kedua matanya menelusuri tubuh Jung ah dipenuhi bercak kiss mark buatannya. Bibir pria itu tersenyum tipis,menatap wajah lelah Jung Ah.Gadis itu begitu cantik meski kondisi seperti itu,wajah pucatnya yang kelelahan,mata sayu terkesan lembut dan lemah seolah menggambarkan sisi rapuh,rambutnya agak berantakan dan kulitnya mengkilat akibat keringatnya.

“Saranghae”

Jung Ah tertegun mendengar perkataan tanpa basa basi.Ucapan lembut menyentuh dadanya, terdengar ketulusan pada satu kalimat.Kedua mata Yunho terlihat teduh menatap dalam wajah Jung Ah.Sesaat pipinya memanas,seperti ada listrik menyengat tubuhnya.Tanpa sadar,otaknya memerintahkan bibirnya membalas dengan suara gugup.

“Nado saranghae”

Senyum Yunho perlahan mengembang “Benarkah,kau membalasku”ujarnya sedikit tidak percaya lalu ia memeluk gadisnya dengan erat seolah tidak mau melepaskan.

Ponsel berbunyi menyentakan kedua orang ini.Yunho mengenali ringtone-nya ,ia menurunkan tubuh Jung Ah dari gendongannya. Kemudian,Yunho memungut pakaiannya berserakan dilantai dan merogoh saku celananya.

Sementara Jung Ah menyandarkan tubuh lemahnya kedinding.Pegal luar biasa menyerang seluruh tubuh.Diaturnya nafas,dirasakan suatu lengket diantara kedua paha.Cairan sperma Yunho mengalir disela pahanya.

Yunho mengeluarkan ponsel dan langsung menjawab panggilan itu,sekilas gurat cemas terlukis sebentar diwajahnya.“Eomma”  lirihnya.

Jung Ah terkesiap,mengetahui seseorang yang menelpon Yunho.Tiba tiba kecemasan mengenai Nyonya Jung memusingkannya, dadanya berdebar takut.ia yakin Nyonya Jung menghubungi Yunho untuk mencari keberadaannya dan Yunho menghilang dari pesta. Timbul rasa bersalah pada Nyonya Jung,ditengah kekhawatiran wanita itu,dirinya dan Yunho malah berada ditempat seperti ini bahkan melakukan ‘hubungan’ tidak diketahuinya.

Mianhae…aku mendadak ada urusan maka aku menghilang dipesta”jawab Yunho berbohong. “Jung Ah…dia ada denganku..Yeah,dia baik baik saja dan hanya saja dia mengatakan sedang tidak enak badan maka aku menemaninya sekarang”lanjutnya memberi alasan.Tak lama kemudian,ia memutuskan sambungannya.

Jung Ah menatap penuh tanya,penasaran apa isi pembicaraan Nyonya Jung.Yunho meraih pink dress,disuruhnya mengenakan kembali.

“Kita pulang sekarang.Beristirahatlah dan ini semua sangat melelahkan”ujarnya tersenyum lembut.

Gadis itu mengangguk,menuruti diperintahkan Yunho.Ia langsung mengenakan kembali pink dress serta merapikan rambutnya dengan jemari.Kemudia diperhatikannya Yunho sedang memakai pakaiannya.Jung Ah menyadari sesuatu menempel dibibir pria itu,refleks mengusap bibir Yunho.

“Ada bekas lipstick dibibirmu” ujar Jung Ah polos.

Tiba tiba Yunho menarik tangan Jung Ah sehingga ia masuk kedalam pelukannya.Pria itu mencium kembali gadisnya.Bibir Yunho berpanggutan dengan bibir Jung Ah,ciuman awalnya lembut mulai penuh nafsu.

Jung Ah mendorong kecil,melepaskan ciuman sebelum semakin dalam.Ia mencegah agar tidak berbuat lebih liar.Tidak ingin menambah beban lelah dikondisi tubuhnya.Yunho mengerti lalu ia tidak memaksa lagi.

“Jika sekarang aku adalah yeojachingu-mu.Aku tidak  tahu apa yang harus kulakuan pada orang tuamu” lirihnya pelan dan gelisah.

“Tenang saja!Kita menghadapi bersama sama.Jangan terlalu memikirkan karena aku pasti melindungmu dan cukup kau terus berada dipihakku”  jawab Yunho lembut seraya memegang pipi gadisnya.

Jawaban tenang itu mencairkan kecemasan Jung Ah.Ia yakin Yunho tidak akan mengingkari perkataan itu.Disunggingkan bibirnya tersenyum lembut,sebuah senyum termanis untuk pria itu.

——————————————————–

Yunho menghentikan mobilnya didepan pintu utama rumahnya.Ia mematikan mesinnya lalu tersenyum samar dengan sosok Jung Ah tertidur pulas dimobilnya.Ia menyampingkan rambutnya menutupi wajahnya agar lebih leluasa.Dongeng Sleeping beauty terasa nyata.

Pria itu turun dari mobil sambil mengendong Jung ah menuju kekamar tidur.Ia membaringkan Jung Ah diranjang,menyelimuti gadis itu.Sekilas ia melihat bercak kiss mark dileher jenjang gadis itu membuatnya segera mengeluarkan handphonenya dan menekan salah satu kontak dihandphonenya.

Yunho menempelkan ponselnya ketelinganya,menunggu hubungan tersambung

“Halo,Eomma!ini aku” Yunho mengawali komunikasi lalu berdehem “Aku ingin mengatakan sesuatu padamu.”

Ditengah pembicaraan dengan Nyonya Jung,Yunho mengenggam tangan Jung Ah lalu menarik nafas pelan “Aku mencintai Jung Ah” ucapnya tenang. “Ani…Aku mencintainya sebagai gadis, bukan mencintai sebagai yeodongsaengnya.Eomma,aku sangat mencintainya sehingga aku tidak bisa menerima dia menjadi yeodongsaengku”

Yunho melanjutkan kembali ucapannya “Tidak,aku sangat yakin perasaanku.Aku tidak butuh sesuatu yang lain dan yang aku inginkan hanya Jung Ah.Biarkan aku memutuskan sendiri jalan pilihanku. Lagipula selama ini aku selalu menuruti semua kemauan appa dan eomma bahkan menjadi anak kebanggaan kalian.Sekarang kumohon sekarang kalian ijinkan aku mengajukan permohonanku terbesar dalam hidupku”ujarnya dengan hati hati.

Ia tersenyum sekilas,terus meyakinkan orang tuanya.Disisinya,Jung ah terlelap dalam tidurnya sehingga membuat Yunho semakin yakin apa yang diucapkannya.

“Aku yakin eomma dan appa akan mengerti perasaanku”.Yunho mendengar suara eomma diujung sana,lalu berkata lagi dengan suara mantap “ijinkan aku menikahi Jung ah”

—–TBC——

Aku minta maaf buat kalian yang menunggu kelanjutannya.Ini semua karena sinyal internet dan kebetulan jg ada urusan keluarga yang menghambat waktu publish ff ini.Kuharap kalian ttp menikmati ff buatan saya dan jika ada typo,mohon dimaklumin kecerobohanku…

Seperti biasa saya menegaskan buat reader untuk meninggalkan komen dan hindarilah seperti silent reader.Ingat…komen kalian adalah acuan berharga buat sipenulis untuk bersemangat membuat ff lebih lanjut…

Don’t Be Silent Reader!!!Give Me Your Comment!!!


(Review Drama) Queen In Hyun’s Man

$
0
0

Cast:

  • Ji Hyun Woo as Kim Boong Do

Berperan sebagai Kim Boong Do.Seorang sarjana dari masa pemerintahan Raja Sukjong (Era Joseon) tahun 1694.Salah satu pendukung Queen In Hyun dan ia melindungi ratu tersebut.Ia kehilangan keluarganya karena dibunuh ketika adanya konspirasi turunnya tahta ratu In Hyun dan dukungan Lady Jang.Dia merupakan manusia era Joseon yang ditakdirkan terlempar kemasa modern (2012) dan menemukan dunia asing yang jauh berbeda dengan masa dunianya yang biasa dijalaninya.Karakternya tenang ,cerdas dan dewasa tapi kadang bisa menjadi licik.

  • Yoo In Na as Choi Hee Jin

Yoon In na berperan sebagai Choi Hee Jin merupakan artis cantik yang kurang tenar berhasil mendapatkan peran Ratu In Hyun dalam drama kolosal.Ia merupakan gadis enerjik dan ekspresif.Hee Jin adalah satu satunya orang zaman modern yang tahu dan mengenal Kim Boong Do berasal dari era Joseon bahkan mampu meluluhkan hati Boong Do dengan tingkah lakunya yang menggemaskan dan cenderung ceroboh.Ia kadang bisa mengajar hal yang sesat tentang zaman modern pada Boong Do.

  • Kim Jin Woo as Han Dong Min

Mantan pacar Choi Hee Jin yang juga merupakan aktor papan atas.Dia berkarakter menyebalkan,narsis dan pemarah.Meski Dong Min menyebalkan tapi kehadirannya cukup membuat penonton tertawa karena sifat kekanakan,suka tebar pesona dan cemburuan jika Boong Do muncul sebagai kekasih baru Hee Jin.Tingkah lakunya membuat penonton tidak membenci karakter satu ini.

  • Ga Deuk Hi – as Jo Sookyung

Sahabat Hee Jin sekaligus managernya.Ia adalah orang yang sangat mengenali dunia Hee Jin karena tinggal satu atap bahkan selalu ada untuk Hee Jin.Karakternya keras tp selalu mengalah dengan Hee Jin dan protektif.

  • Jin Ye Sol as Yoon Wol

Salah satu gisaeng era Joseon yang menyukai Boong Do.Dialah yang memberikan jimat pelindung yang bisa membawa Boong Do bebas bolak balik kemasa Joseon-modern.

Sinopsis

Kisah cinta manusia yang berbeda zaman yaitu meliputi tahun 1694 dan 2012.Bayangkan kalau kita terlempar ke masa depan! Pastinya akan kebingungan. Itulah yang terjadi pada Kim Bung Do  (Ji Hyun Woo).  Dia tidak mengenal handphone,tidak mengenal cara berpakaian orang modern,tidak bisa mengemudikan mobil, tidak mengenal uang,tidak memiliki tanda pengenal,dan sebagainya.

Kisah diawali dengan  Queen In Hyun akan dibunuh dan Kim Boong Do berhasil menyelamatkannya.Ketika bertarung melawan suruhan Perdana Menteri Min Am, kondisi Bung Doo terdesak dan hampir tertusuk pedang, namun tiba-tiba ia terlempar’ ke tahun 2012 sehingga Boong Do sangat kebingungan. Ia mengira dirinya sudah meninggal dan berada di alam baka, berada di tempat asing yang aneh. Disanalah Boong do bertemu Choi Hee Jin (Yoo In Na). Choi Hee Jin adalah aktris pendatang baru yang berperan sebagai Queen In Hyun dalam drama kolosalnya.Mereka berdua bertemu di lokasi syuting. Boong Do kebingungan melihat dunia modern,sementara  Hee Jin juga bingung melihat Boong Do yang tampak aneh.

Pertemuan kedua mereka terjadi saat konferensi pers drama kolosal Hee Jin.Lagi-lagi Boong Do terlempar ke tahun 2012. Akhirnya Boong Do sadar ia masih hidup dan terlempar ke dunia modern berkat jimat yang ia miliki -diberi Yoon Wol-. Jimat ini melindungi dirinya jika berada dalam situasi bahaya.

Dibantu Hee Jin, Boong Do mulai mengerti cara hidup orang-orang di zaman modern.Boong Do pintar beradaptasi dengan keadaan.Ia sudah bisa menggunakan telepon,sudah bisa berbelanja, bahkan sempat meminta bantuan Hee Jin untuk mencari tahu sejarah mengenai dirinya. Mereka jadi tahu kejadian-kejadian apa saja yang terjadi pada zaman Joseon tersebut. Dengan demikian, Boong Do mengetahui siapa saja musuhnya dan bagaimana cara melawan mereka. Di sisi lain, Hee Jin jadi semakin tertarik dengan Boong Do yang unik tapi cerdas dan tenang sesuai tipe pria idealnya.

Sejak saat itu, Boong Do jadi semakin sering melakukan travel antarzaman dengan memanfaatkan jimat tersebut. Berkat kemampuan ‘ekstra’nya itu, dia bisa mencegah kematian berikutnya. Bahkan ia jadi berhasil menangkap Perdana Menteri Min Am dengan mudah serta harus menghadapi permasalahan yang semakin memanas dan mengakibatkan Boong Do hampir mati berkali kali.

Ditengah keadaan ini,mereka mulai menyadari perasaan masing masing dan membuat kisah ini semakin menarik.Ketika Boong Do hampir mati diera Joseon,biasanya Hee Jin yang berada ditahun 2012 bisa ikut merasakan sakit luar biasa didadanya seolah mereka sudah terikat batin.

Cerita ini menyuguhi dua zaman berbeda secara apik,tidak mudah ditebak alurnya dan suskes bikin tegang.Namun drama ini juga menyajikan adegan komedi dan bikin penonton meleleh pada sweet scene antara Boong Do dan Hee Jin.Ada pula adegan dimana kita harus menyiapkan tisu ketika Boong Do tidak bisa kembali ditahun 2012 atau Hee Jin menangis frustasi karena membaca sejarah kematian Boong Do.

Chemistry kedua tokoh ini juga berhasil merebut hati penonton termasuk aku yang sampai memasukkan mereka dilist couple fav.Apalagi Ji Hyun Wo dan Yoo In Na, pemeran utama drama ini juga mengakui terang terangan mengenai hubungannya dihadapan publik.I wish this couple always together.

Video

Soundtrack+Mv

  • Deok Hwan – I’m Going To Meet You
  • Joo Hee 8eight – Same Sky,Different Time

Mengenai kedua soundtrack.Lagu ‘I’m Going To Meet You’ biasanya untuk bagian bagian happy atau mengharukan.Sementara lagu ‘Same Sky,Different Time’ menampilkan sad scene yang dimana kita harus ikut menangis,maka mv tersebut menampilkan beberapa scene Boong Do dan Hee Jin menangis.

Pic

—————————————————————-

Sinopsisnya saya ambil sedikit dari salah satu web internet.Beberapa aku ubah dan tambahkan pemikiranku tentang film ini.Drama ini suskes bikin kakak saya yang gak tertarik drama korea pun ikut menonton.Kuakui drama ini keren banget sampai terngiang ngiang bahkan scene Boong Do-Hee Jin membuat hati penonton teraduk aduk.Suskes banget buat pembuat ‘Queen In Hyun’s Man’ dan pemainnya terutama Ji Hyun Woo dan Yoo In Na yang kebetulan telah menjadi real couple.

==================


Love Like This (Bad Guy Bad Romance 3) -Remake/NC Series-

$
0
0

Cast:

Jung Yunho (DBSK)

Son Jung Ah(O.C)

Kim Junsu(DBSK/J.Y.J)

Go Ara (New Cast)

Genre: Drama,Romance,Sad,NC

Written by: @Mischa_Jung

Previous Part: Part 1, Part 2

Berhubung karena ff ‘Criminal’ belum kelar,saya publish ini duluan untuk selingannya.Have fun with this ff.

———————————————————

Backsound: Song Ji Eun feat Bang Yong Kuk – Crazy, Miss A – Touch.

Kedua mata Yunho tidak lepas dari pemandangan Night at Seoul yang terlihat dilantai teratas salah satu gedung tinggi dipusat kota. Kerlipan lampu menerangi secara serempak menghiasi kesibukan kota Metropolitan Korea Selatan,gedung gedung berarsitektur modern terletak secara teratur serta bulan sabit dilangit malam.Restauran Perancis lantai 35 digedung ini memang mengandalkan sky dinner. Seoul ini memang salah satu kota tidak pernah tidur,selalu ada kehidupan sibuk 24 jam.

Yunho masih belum menyentuh hidangan steak dan wine dihadapannya.Menu biasa dipesannya direstaurant mewah ini sudah membuatnya tidak bernafsu lagi.Entahlah mungkin karena pengaruh pembicaraan antara ibu-anak sudah berlarut sejam lalu.

Nyonya Jung menyesap sedikit earl grey tea lalu menatap putranya dengan tatapan antara khawatir dan kecewa.Kemudian wanita itu memijat keningnya sambil menarik nafas beratnya.Rasanya baru saja mendengar kabar yang menurutnya akan menjadi masalah rumit nanti.Bagaimana ia tidak pusing dan kelabakan setelah mendengar putranya sendiri mengajukan permintaan diluar dugaannya.

“Yunho…”

Pria disebut namanya itu langsung beralih kearah Nyonya Jung.Ia melihat wajah ibunya yang tetap cantik ditengah umur setengah baya dan merasa bersalah menemukan gurat kecewa disana namun tetap kukuh untuk tidak menarik kembali permintaan.Keputusan dalam diri sudah bulat.Sudah seharusnya ia menghadapi apapun keputusannya.

“Kau serius dengan apa yang baru saja kau katakan kemarin malam?”tanya Nyonya Jung masih tidak percaya,terus mencari keyakinan atau takut salah mendengar.“Tentang kau ingin menikahi Jung ah” lanjutnya dengan suara tegang.

Ujung bibir Yunho terangkat,ia menunjukkan sisi tenang dan keyakinan terpancar dari raut wajahnya “Yeah…aku tahu eomma masih belum percaya atau terkejut apa yang baru saja kukatakan tapi ini semua serius.Aku tidak main main bahwa aku benar benar ingin menikahi gadis itu”.Yunho memandang lekat Nyonya Jung “Baru kali ini aku punya keinginan sebesar ini”tambahnya.

“Yunho…Kau benar benar sudah gila” Nyonya Jung refleks meninggikan suaranya lalu ia tersadar baru saja teriakannya membuatnya menjadi pusat perhatian para pengunjung restaurant. Kemudian,ia menurunkan nada suaranya dan berusaha tetap tenang “Dia yeodongsaeng-mu.Satu hal lagi tidak boleh kau lupakan: Kau punya tunangan dan dia akan kembali dari USA”

Nyonya Jung sengaja menekan kata ‘tunangan’ untuk menyadarkan putra tunggalnya tidak melakukan kegilaannya.

Pria itu mendesah pelan,mengontrol dirinya tetap tenang.Ia tidak ingin menunjukkan keemosionalnya atau melakukan hal bodoh seperti membentaknya,tidak mungkin bersikap seperti itu didepan ibu kandungnya.Meski terlahir bersifat buruk tapi ia cukup menghormati orang tuanya.

“Pertama…Jung Ah tidak ada hubungan darah denganku,jadi tidak masalah jika aku menikahinya dan pada dasarnya dia bukan yeodongsaeng-ku.Kedua…aku tidak pernah merasa memiliki tunangan. Aku sama sekali tidak tertarik dengan gadis USA itu karena perjodohan bodoh antara appa dan sahabatnya demi memperat hubungan antar dua perusahaan.Ini terlalu konyol.”ujar Yunho sinis, mata tajamnya menatap lurus ibunya.

Nyonya Jung membuang nafas lalu menggeleng kepalanya lemas.Terlalu lelah dengan keras kepala Yunho.Beginilah yang terjadi jika menghadapi lelaki berprinsip keras.

“Baiklah…jika kamu tidak menerima pertunangan.Sebagai eomma-mu,aku ingin mendukungmu tapi sebagai istri appa-mu,aku tidak ingin kau menghancurkan harapan appa-mu.Dia sangat menginginkan kau menikahi anak sahabatnya dan itu yang terbaik dipikirkan appa-mu.”

“Ada kalanya seorang anak melakukan keinginan sendiri meski tidak sesuai harapan orang tua. Memang kedengarannya aku anak egois atau tidak berbakti tapi setelah kupikir panjang panjang, selama ini aku selalu mengikuti apapun yang kalian inginkan dan kalian atur.Pertama,aku memasuki sekolah yang kalian daftarkan padahal aku tidak menginginkan berada disekolah itu. Kedua,aku menduduki peringkat lima besar meski aku tidak begitu suka belajar.Ketiga,aku melepaskan cita citaku sebagai aktor dan merelakan diri masuk keuniversitas jurusan yang kalian persiapkan untukku sebagai penerus Jung Corp. Dan sekarang kalianpun mengatur masa depanku dan pernikahanku”

Ucapan Yunho suskes membuat Nyonya Jung bungkam,tidak berkata kata.Begitulah kenyataan dari putra pewaris besar Jung.Hidup melelahkan dan penuh keterikatan atau peraturan.Selama ini ia berpikir Yunho tidak keberatan melakukan semuanya.Tidak peduli meski kadang anak itu bermasalah dengan pergaulannya terbilang cukup bebas tapi asalkan anak itu melakukan perintah orang tua,maka tidak masalah bagi mereka.

 “Kali ini aku sudah dewasa dan sudah cukup lama tunduk dibawah pengaturan kalian.Inilah saatnya aku menjalankan keputusan sendiri.Tidak bisakah kalian mengijinkan aku melakukan ini” kata Yunho hati hati. “Aku tidak membutuhkan lain,aku sudah cukup buruk dengan kehidupanku.Lagipula cukup Jung Ah yang aku inginkan..hanya itu saja…”

Nyonya Jung menghabiskan secangkir earl grey tea lalu beranjak berdiri sehingga kaki kursi berderit mundur.

“Besok tunanganmu pulang dari USA.Kuharap kau segera menemuinya dan perlakukan dengan baik”

Setelah mengatakan pesannya,Nyonya Jung berjalan meninggalkan Yunho dan tidak berkomentar apapun lagi.Rasanya sulit dan bingung menghadapi permasalahan satu ini.Putranya benar,sudah saatnya anak itu terlepas dari peraturan yang membuatnya seperti boneka Jung.Nyonya Jung merutuki dirinya sebagai ibu yang buruk,selama ini ia tidak menyadari apa dialami putranya sendiri. Perasaan bersalahnya membesar ketika mengingat raut wajah Yunho terakhir dilihatnya.Baru kali ini melihat pria itu terlihat serius dan yakin dengan perkataannya.

Yunho menatap nanar kepergian Nyonya Jung lalu ia membuang muka keluar jendela.Hancur dan kacau…dua perasaan itu bercampur aduk sekarang.Ternyata dugaannya tepat,cara ini memang tidak akan berjalan mulus.Kekecewaan timbul ketika mengingat kedua orang tua jarang mendengarkan perasaan putra kandung sendiri bahkan sampai sudah dewasa.Sejak kecil kehidupannya selalu penuh rencana dan aturan keluarga Jung.Hal itu cukup membentuk kepribadian buruk dalam diri Yunho sebagai pelampiasannya,ia benci pengekangan ini.Sayangnya orang tuanya tidak menyadari sedikit pun beberapa pemberontakan dilakukannya.

Ditengah keadaan buruknya,ia hanya menangkap sosok gadis satu satunya dipikirannya.Rasanya ia merindukan gadis itu dan ingin memeluknya agar bisa tenang.Pengaruh gadis itu cukup kuat untuknya.Ia jadi bergantung gadis itu.

—————————————-

Pintu kamar Jung Ah terbuka lebar,Yunho melangkah masuk tanpa menimbulkan suara.Ia melihat ruangan sudah gelap dan cahaya remang remang bulan terpantul dilantai,tercium wangi khas pemilik kamar serta sayup sayup lagu ballad  Xiah Junsu masih terputar mp3 player.

Yunho berdiri disisi tempat tidur,mengamati Jung Ah sedang terlelap bahkan sedikit mendengkur. Beban dalam hati sedikit terangkat setelah melihatnya.Yunho menyunggingkan bibirnya,dadanya menghangat dan sesaat lupa apa yang mengacaukannya barusan.

Dengan hati hati,Yunho menaiki tempat tidur lalu berbaring diruang kosong sisi Jung Ah.Tangannya sedikit mengangkat kepala gadisnya kemudian menaruhnya diatas dada bidangnya.Jung Ah sedikit menggeliat dan menggumam tapi tidak terbangun.Yunho menghela nafas lega,takut gadisnya terbangun.Kemudian,Yunho melingkarkan tangannya kepinggang Jung Ah dan menariknya perlahan kedalam pelukan.

Ditengah tidurnya,Jung Ah merasa lebih nyaman.Tanpa sadar ia tertidur sambil mendengar detak jantung Yunho serta suhu tubuh pria ini cukup menghangatkan tubuhnya.

Meski sedikit lebih tenang tapi semuanya masih belum bisa menghilangkan kecemasannya. Pertunangan menyebalkan telah membuat jam tidur hari ini kacau.Disisi lain,Yunho tetap bersikeras menikahi Jung Ah,gadis pilihannya sendiri dan harus menghancurkan perjodohan sepihak.

Yunho memicingkan matanya kesamping.Wajah tidur Jung Ah didepan matanya dan membuatnya tekad semakin kuat.Pria itu tidak peduli resiko apapun asalkan bisa menempatkan gadis itu selalu disisinya.Dirinya mencintai Jung Ah,begitu pula sebaliknya tapi orang tua akan menentang keras kenyataan ini.

———————————————

 Jung Ah menurunkan novel dibacanya ketika mendengar suara bel berasal pintu utama.Gadis itu segera turun dari sofa dan berlari kecil menghampiri pintu utama sebelum bel berbunyi lebih dari dua kali.Tumben tidak ada pelayan membukanya dan kemana perginya mereka,pikir Jung Ah.

Tangan Jung Ah menggapai gagang pintu utama lalu menariknya sampai pintu terbuka.Ia menemukan sosok wanita cantik berambut panjang berdiri didepannya dengan senyum ramah terulas dibibirnya.Sekilas Jung Ah ikut tersenyum merespon senyum wanita itu.

Sebelum Jung Ah berniat mempertanyakan wanita itu,muncul derap langkah high hells dan suara lembut tidak asing lagi.Nyonya Jung sudah berdiri dibelakang Jung Ah,melihat keberadaan wanita diluar lalu menghampirinya dengan sambutan hangat dan ramah khas Nyonya Jung.

Nyonya Jung terlihat sumringah sambil menggandeng wanita itu dan mengajaknya duduk disofa ruang tamu.Mereka terlihat seru dalam basa basi sampai melupakan keberadaan Jung Ah.Sementara Jung Ah memerhatikan siluet wanita itu,bertanya tanya siapa dia.Ia bisa menebak wanita itu mungkin hampir sebaya dengan Yunho.Jung Ah bisa melihat kedekatannya Nyonya Jung dengan wanita asing.

Perhatian Jung Ah pada wanita asing langsung teralihkan kearah lorong,tepat Yunho disana dan pria itu sedang berjalan menghampirinya.Bibir Jung Ah tersungging manis menemukan Yunho sudah bangun dan kini sudah rapi,tampaknya dia baru mandi dan terlihat dari beberapa helai rambut masih basah.Pria itupun tersenyum kearahnya dari kejauhan.Jantung Jung Ah langsung berdebar kencang. Senyum Yunho memikatnya telah membuat keadaan didadanya jadi tidak normal.

Langkah Yunho terhenti,menatap lembut gadisnya.Kemudian,ia melirik keruang tamu.Gurat wajah awalnya cerah langsung berubah. Tiba tiba ada ekspresi tidak senang dan senyumnya menghilang cepat ketika melihat wanita asing beranjak berdiri setelah kemunculannya.Wanita itu membungkuhkan kepalanya,sekedar sopan santun dan lagi lagi tersenyum ramah.Namun Yunho malah membuang muka,berubah dingin dan sama sekali tidak membalas apapun keramahan wanita itu.

“Yakh…jangan bersikap dingin dengan Ara-sshi,Yunho!” dengus Nyonya Jung kesal dengan bad atitude putranya. “Dia sengaja mampir kesini dari bandara karena sudah merindukanmu.Kau perlakukan Ara-sshi dengan baik.Lagipula dia adalah tunanganmu, Yunho.” tambahnya melotot kearah Yunho.

Seperti tertimpa batu besar,Jung Ah mendengar ucapan Nyonya Jung.Ia terkejut dan nyaris tidak bernafas saat kata ‘tunanganmu’ meluncur dari mulutnya.Wanita itu adalah tunangan pria yang baru saja menjadi kekasihnya.Ia sama sekali tidak tahu tentang itu dan tidak pernah mendengar pertunangan Yunho.Hal itu membuat hatinya terasa sakit luar biasa.

Sial….Yunho merutuki kedatangan tunangan bahkan ibunya sendiri akan menghancurkan dirinya didepan Jung Ah.Ia melirik gadis disampingnya,berharap Jung Ah tidak mendengarnya ataupun mendadak tuli tapi terlambat,gadis itu sudah tahu semua.Yah… sekarang Jung Ah tahu kenyataan Yunho sudah bertunangan.

“Ara-sshi,aku lupa memperkenalkan anggota baru keluarga Jung.”sahut Nyonya Jung memecahkan keheningan.Ia menoleh kepada Jung Ah dan mengendikkan kepalanya “Jung Ah,perkenalkan dirimu pada Ara-sshi!”

Jung Ah menelan ludahnya yang nyaris seperti menelan sebongkah batu.Kemudian ia memasang poker face seolah biasa saja dan tersenyum ramah _namun dipaksakan-“Annyeong haseyo.Jung Ah imnida, yeodongsaeng Yunho oppa.Bangapseumnida” katanya sedikit bergetar ketika berkata ‘yeodongsaeng’ dikalimat perkenalannya.

Ara membulatkan kedua matanya dan wajahnya berseri seri “Aku sering mendengar tentangmu dari Nyonya Jung.Ternyata kau lebih cantik dari yang aku bayangkan.Pasti menyenangkan jika kita bisa lebih dekat.” katanya riang bahkan Ara memegang tangan Jung Ah seolah sudah akrab dari lama.

Melihat keceriaan Ara membuat Jung Ah tertegun.Wanita itu memiliki wajah sangat cantik,senyum indah,mata bulat dan berpenampilan bak fashionista.Fisik Ara pantas dijajarkan dengan sekumpulan artis artis.Hal ini membuat Jung Ah minder, berpikiran bahwa wanita itu sangat serasi dengan Yunho.

“Yunho oppa,apakah kamu sudah makan?jika belum,aku ingin mentraktir BBQ meat atau bebek Peking

BBQ meat…bebek peking?” tanya Jung Ah pelan.

“Ne…kau tidak tahu Yunho sangat menyukai makanan itu.Ah…Yunho juga suka kimchi dan pintar memasak pizza.Dia bisa makan banyak jika makanan kesukaannya didepan mata.” Ara bersemangat menceritakan kesukaan Yunho bahkan kedua matanya berbinar binar.

“Ah…begitu.” lirih Jung Ah hampir tidak bersuara.Tambah menyakitkan ternyata wanita itu tahu banyak tentang Yunho dan ia sendiri sama sekali tidak tahu apa disukai Yunho.

“Yunho oppa,terima tidak traktiranku?Kebetulan aku mendapat rekomendasi restaurant BBQ meat dan bebek peking terbaik yang ada disini dari temanku.” Ara menoleh kearah Yunho dan bertanya padanya dengan wajah berharap pria itu mengiyakannya.

Yunho terdiam seolah tidak mendengar ajakan Ara.Pikiran dan pandangannya terpusat kearah Jung Ah.Ia tidak tahu apa yang harus dilakukannya untuk menjelaskan pada Jung Ah.Namun ia berharap gadis itu tetap mempercayai Yunho sendiri.

Ara sadar keanehan pada Yunho.Ia menyipitkan matanya,mengikuti arah lurus tatapan Yunho dan langsung mendapat jawaban. Rupanya pria itu sedang menatap Jung Ah,sementara gadis diperhatikan Yunho seolah sedang menghindari tatapan pria itu.

Sesaat ada pertanyaan besar diantara dua orang itu dipikiran Ara.Sepertinya mereka memiliki suatu hubungan yang tidak biasa.Ara bisa melihat perbedaan jelas dalam diri Yunho.Itu terlihat pada kelembutan dimata Yunho yang tertuju pada Jung Ah.Sebuah tatapan yang tidak biasa bagi pria dingin seperti Jung Yunho.Ara langsung menepis negative thinking-nya.Kemudian ia kembali berbicara.

 “Jung Ah,kau mau ikut kami?”

“Tidak…aku baru saja berniat pergi kesuatu tempat.Gumawo  ajakannya,Ara-sshi” tolak Jung Ah, kemudian melirik sinis Yunho. “Kurasa aku juga tidak ingin menganggu kalian berdua.”

“Sayang sekali.Padahal aku ingin mengenalimu lebih akrab,Jung Ah-sshi” suara Ara terdengar kecewa dan mengerucutkan bibirnya.

Jung Ah tersenyum sekilas “Permisi,aku pergi duluan.Annyeong…

Yunho memandangi Jung Ah bergegas melangkah keluar rumah.Sekilas ia menangkap air mata bertumpuk dipelupuk mata Jung Ah. Shit…gadis itu menangis lagi dan aku sendiri penyebabnya,batin Yunho.Ia ingin mengejar langkah Jung Ah tapi keberadaan Nyonya Jung dan Go Ara disini membuatnya mengurungkan niatnya.Terlambat…mungkin saja gadis itu tidak akan memberinya kesempatan.

Pikiran Yunho semakin kacau dan depresi.Ia tidak ingin melukai siapapun disini namun sayangnya ia baru saja melakukannya dan lebih terburuknya,ia menyakiti wanita paling dicintainya.Yunho menghembuskan nafas panjang,mimpi buruk baru saja dimulai.

————————————–

Terlalu cepat berjalan membuat nafas Jung Ah semakin terengah engah.Ia tidak peduli kemanapun tujuannya,asalkan jauh jauh dari rumah keluarga Jung.Dadanya terasa diiris iris dan air matanya sudah mengalir deras.Beruntung ia berhasil menyembunyikan tangisan dihadapan Nyonya Jung,Go Ara dan pria yang dianggapnya paling melukainya,Jung Yunho.

Jung Ah mengangkat kepalanya,tepat didepannya sebuah taman yang sunyi dan tidak seorangpun disana.Taman kosong itu menarik perhatian Jung Ah untuk melangkah kedalam sana.Gadis itu melangkah gontai.Pandangan terlihat buram karena air mata masih menumpuk sampai ia tidak bisa melihat jalan dengan baik.Jung Ah memutuskan duduk disalah satu bangku dan terdiam.

Mengapa Yunho tidak memberitahuku sejak awal jika dia sudah bertunangan?Sekarang rasanya seperti telah dikhianati begitu saja. Bagaimana perasaan Yunho sebenarnya?Benarkah dia mencintaiku dan pernyataan cinta itu ditujukan untukku?Aku takut jika ternyata aku adalah boneka permainan pria itu.

Arrrggghhh…kepalanya hampir pecah jika memikirkan rentetan pertanyaan,seolah memberikan keraguannya.Jung Ah mengigit bibirnya kuat kuat,mengingat seluruh kejadian dimana pria itu,Yunho menunjukkan perasaannya tapi sekarang semua berubah…dan menjadi menyakitkan…

Jung Ah menghela nafas beratnya dan matanya sudah letih.Terlalu banyak menangis sampai mata bengkakpun tetap tidak bisa menghapus sepenuhnya.Kenyataan tetaplah kenyataan…tidak bisa diubah atau berpikir cuma mimpi jika ingin menyangkal pria dicintainya bertunangan dengan wanita bukan dirinya sendiri.Sesaat sekitarnya terasa hampa dan merasa sendirian.

“Jung Ah….”

Gadis itu terperangah.Suara itu….suara pria itu sedang memanggilnya dengan suara bimbang.Jung Ah mengangkat kepalanya,menoleh kesumber suara.Penglihatannya langsung menangkap Yunho sudah berdiri beberapa jarak dari bangkunya.Nafas Yunho tidak beraturan dan dadanya naik turun.Pria itu sepertinya habis berlari mencari keberadaannya.

Jung Ah beranjak berdiri dan berjalan terburu buru menjauhi bangku.Ia menghindari pria itu dan lebih tepatnya tidak sanggup melihatnya dalam kondisi seperti ini.Tepat baru beberapa langkah, lengannya dicengkram kuat.Sontak ia menutup matanya dan tahu siapa yang menahan langkahnya sekarang.Dengan linglung,Jung Ah membalikkan tubuhnya.

“Biarkan aku berbicara dulu!”ujar Yunho dingin.

Mianhae,kurasa tidak bisa sekarang.Lain kali saja.” balas Jung Ah lemah seraya melepaskan cengkraman Yunho. “Aku benar benar tidak bisa bicara denganmu sekarang.” lanjutnya lalu berjalan gontai menjauhi Yunho.

Yunho mengepalkan tangannya ketika melihat sosok belakang Jung Ah yang semakin jauh dan terlihat pundaknya bergetar.Ia tahu gadis itu menangis lagi dan entahlah ia tidak bisa mengejarnya atau memberi pelukan.Emosinya meluap sehingga Yunho meninju keras tiang lampu taman dan sedikit mengerang.Kulitnya menjadi terluka dan darahnya mengucur deras sampai menetes ketanah.Luka ditangan itu tidak sesakit dibandingkan dada perihnya.Ia membenci jika gadis itu menjauhinya.

Setelah gadis itu lenyap dari pandangannya,Yunho terdiam sejenak dengan pikirannya sendiri lalu menarik ponselnya dari saku.Ia menekan salah satu kontaknya lalu menempelkan ponsel ketelinganya,menunggu hubungannya tersambung.

Appa…ini aku.” Yunho mengawali pembicaraan dengan sopan. “Aku ingin membicarakan sesuatu denganmu,Go Ara dan Tuan Go. Aku mohon luangkan waktu untukku.”

Yunho langsung menutup ponsel dan sekarang tujuannya hanya satu: gedung Jung Corp,tempat Tuan Jung berada sekarang.

——————————————–

Begitu pintu ruang direktur utama terbuka lebar,Yunho bisa melihat Tuan Jung sedang duduk disofa yang biasa digunakan untuk menerima tamu.Tuan Jung tidak sendirian disitu dan juga terdapat dua orang tidak asing lagi bagi Yunho.Dua orang itu adalah Go Ara,tunangannya dan Tuan Go,ayah Ara.

Yunho mempersiapkan diri dan muncul dengan keyakinan penuh.Ia akan menghadapi situasi menegangkan sebentar lagi dan mungkin akan terjadi yang tidak diharapkan.Setelah mengumpulkan keberanian,ia duduk disalah satu kursi kosong dan menatap tiga orang diruangan ini.

“Aku ingin menolak pertunanganku dengan Ara.” ujarnya tegas.

Ucapan Yunho suskes membuat tiga orang dalam ruangan itu terperangah.Ara langsung menggeleng tidak percaya,tampak terkejut luar biasa lalu melirik ayahnya sendiri juga berekspresi sama.Sementara Tuan Jung menunjukkan mimik geram seolah putranya melakukan kesalahan cukup besar.Yunho hanya duduk dengan tenang dan penuh percaya diri seraya sudah siap apa yang akan terjadi berikutnya nanti.

————————————–

Derap langkah Yunho terasa lebih berat.Gurat lelah tampak diwajahnya seraya baru saja melewati waktu yang berat dan memusingkan.Ia berjalan kekoridor rumahnya yang kosong sambil melonggarkan dasi yang seolah mencekik lehernya.Kemudian diliriknya jendela,kedua mata terlihat kosong menatap langit malam.Pikirannya masih teringat jelas wajah murka Tuan Jung ketika ia menolak pertunangan yang sudah diatur dari lama,sebelum bertemu Jung Ah.

Entahlah karena Jung Ah,ia bisa senekat itu menghadapi Tuan Jung.Ia juga tidak tahu mengapa dirinya bisa sekuat dan seyakin itu.Ia menghela nafas sedikit sesak dan berat jika teringat lagi wajah gadis itu menangis.Ia benci air mata yang turun Yunho tidak akan pernah bisa mengabaikan tangisnya lagi.

Langkahnya terhenti tepat didepan pintu kamar Jung Ah.Ia terdiam sejenak lalu memutar kenop pintu.Pintu terbuka lebar,ia tidak melihat siapapun dalam kamar.Tepat Yunho mengedarkan mata kesekitar kamar Jung Ah,salah satu pelayan kebetulan sedang melewati koridor.

“Dimana Jung Ah?”

Pelayan langsung menggeleng “Saya tidak tahu,tuan Yunho.Jung Ah aggaeshi belum pulang dari tadi pagi.” jawabnya.

Yunho segera keluar dari rumah,langsung tancap gas dengan mengendarai mobil.Kecemasan sedang menyelimuti dirinya.Ia terus mencari cari sosok gadis disetiap jalan dilewatinya.Berkali kali menelpon kenomor ponsel Jung Ah dan tak ada balasan apapun. Semakin larut malam,Yunho semakin takut dan khawatir keberadaan Jung Ah.

Terlewat sudah tiga jam,ia sudah menelusuri pencarian tapi hasilnya nihil.Pikiran semakin berkecamuk.Kemudian ia memutuskan meminggirkan mobilnya dan berhenti sejenak ditepian Sungai Han yang sudah sepi dan agak gelap.Yunho ingin menenangkan diri sebentar sebelum melanjutkan pencariannya.Ia tak akan pulang sampai gadis itu ditemukan,tidak peduli akan menghabiskan banyak waktu atau selarut apapun.Yunho kembali menelpon nomor Jung Ah dan jawabannya masih sama.

Ditariknya nafas panjang dan memandang sungai.Ia melonggarkan dasinya dan melepas kedua kancing teratas.Dia menyandarkan tubuhnya dijok mobilnya dan lagi lagi kekesalannya meluap.Tiba tiba memukul setirnya dan mengutuk diri sendiri.Menyesali dan seharusnya dirinya menahan Jung Ah dari awal.

Yunho menajamkan pandangannya kedepan ketika menyadari sosok belakang seorang gadis sedang duduk.Kepala gadis itu tertunduk seolah sedang menangis dan punggungnya bergetar.Tanpa basa basi,Yunho turun dari mobil tanpa menutup kembali pintunya.Ia mendekati perlahan kearah orang itu.

 “Jung Ah…” Yunho mencoba memanggil nama gadis itu.

Gadis itu tersentak dan spontan mendongkakkan kepalanya “Kenapa kamu ada disini?”tanyanya kaget lalu menyeka air matanya seolah tidak ingin Yunho melihatnya sedang menangis. “Dan mengapa kau menemuiku disaat aku tidak ingin melihatmu lagi?”

“Kau ini bodoh atau apa?Semalam ini kau gadis sendirian disini dan aku hampir gila mencarimu.” bentak Yunho keras sambil menarik tangan Jung Ah sampai berdiri.

“Kau mencemaskan aku?Waeyo?” seru Jung Ah sinis dan menatap tajam Yunho. “Apa kau sedang membutuhkan sesuatu untuk memuaskan nafsumu lagi?Kau tidak pernah mencintaiku dan yang kau butuhkan hanya tubuhku?”

Yunho terkejut bahwa baru kali ini gadis itu meninggikan suaranya bahkan membentaknya.Ia mencengkram kuat pundak Jung Ah “Mengapa kau berpikir seperti itu?Kamupun juga tidak percaya aku.” lirihnya terdengar miris dan kecewa.

“Untuk apa aku mempercayaimu yang membohongiku?Kau sudah bertunangan tanpa aku mengetahuinya.Dengan tenangnya kamu masih mengambil seluruh yang kumiliki sebelum aku sadar kenyataannya kau mengkhianatiku.Bodohnya aku juga percaya sepenuhnya denganmu.”ujar Jung Ah ketus dan masih sinis.

Kilat dingin dimata Yunho meredup dan terluka “Kamu berpikir aku adalah pria semacam itu dan juga mengatakan aku telah mempermainkan kamu.Justru kamu bisa berbicara seperti ini karena kau sendiri tidak tahu ada alasannya aku tidak jujur soal ini.Kau sendiri yang tidak mengerti,Jung Ah.”  lirihnya.

Jung Ah terdiam dan sudah kehabisan kata kata lagi.Ucapan pria itu membungkamkan mulutnya.Yunho menatap lekat lekuk wajah  gadis dihadapannya.Raut  wajah Yunho yang sedih telah berubah jadi dingin dan marah.

“Baiklah jika kamu berpendapat seperti ini tentangku.Aku kecewa denganmu yang meragukan perasaanku.” Yunho mendesis sekaligus menarik paksa tangan Jung Ah.

Langkah Jung Ah langsung terseret lalu didorong masuk kedalam mobil oleh Yunho.Tidak ingin membuang banyak waktu,pria itu langsung masuk serta duduk dikursi pengemudi dan menutup pintu dengan keras.Yunho mengambil nafas dalam dan menghembuskan perlalu lalu menyeringai

“Apa kamu sedang menguji kesabaranku?”gumam Yunho ketus.

Gadis itu tidak berani menatap langsung Yunho,ia membuang muka keluar jendela mobil.Hanya diam yang dilakukannya.Ia tahu pria itu berada dalam keadaan emosi yang meluap luap.Sebenarnya ia mulai takut jika Yunho akan bersikap kasar padanya.

Yunho melirik Jung Ah yang tidak kunjung berbicara bahkan memalingkan kepalanya “Baiklah jika kamu ingin mendiamkan aku.” lirihnya dingin seraya menyalakan mesin mobil.Berikutnya Yunho menginjak dalam pedal gas sehingga mobil melaju kencang ditengah jalanan kosong.

Tubuh Jung Ah bergemetar hebat dan jantungnya berdebar debar.Ia mulai berkeringat dingin setiap kecepatan mobil bertambah tinggi.Yunho menyetir persis orang ingin bunuh diri.Tangan Jung Ah mengepal erat,menahan takutnya dari kengerian ini.Ini menakutkan.

“Hentikan mobilnya!” teriak Jung Ah geram. “Apa kamu gila mengendarai mobil dengan cara seperti ini.Kau ingin mati?”sambungnya menoleh kearah Yunho dengan mimik takut.

Pandangan Yunho tetap lurus kedepan dan masih tidak menurunkan kecepatan mobilnya “Untuk apa aku menuruti orang yang tidak percaya padaku.”katanya menyindir.

Jung Ah menelan ludah dan wajahnya sudah memucat.Ia bisa melihat tangan Yunho sedang mencengkram erat setir mobil “Jangan berbuat seperti ini padaku.Kau telah menakutiku sekarang.” gumamnya dengan suara bergetar.

Entah setan apa yang bisa merasuki Yunho sampai tidak memedulikan seberapa takutnya Jung Ah.Pikirannya sudah diambil alih dengan emosi sehingga ia tidak bisa mengendalikannya lagi.Yunho tidak menurunkan kecepatan mobilnya bahkan membiarkan gadisnya ketakutan dalam kengerian yang bisa dibilang membahayakan jiwa.

CCCKITTT!!!!!!!!!

Ban mobil berdecit dan berhenti mendadak tepat didepan rumah keluarga Jung.Hal itu membuat kepala Jung Ah terantuk dashboard mobil.Dengan cepat,Yunho turun dari mobil,kemudian membuka pintu mobil disisi Jung Ah serta menarik paksa tangan gadisnya.

“Lepaskan aku!”perintah Jung Ah setengah berteriak. “Yakh…sudah cukup.Lepaskan aku sekarang!”

Jung Ah meringgis kesakitan ditangannya akibat cengkraman kuat Yunho.Ia tidak bisa membebaskan tangannya sendiri sebab tenaga pria itu sangat kuat.Langkahnya juga terseok seok karena diseret paksa Yunho untuk masuk kedalam rumah.Tidak ada seorangpun berkeliaran dalam rumah.Para pelayan sudah bebas tugas dan petugas keamanan berjaga diluar rumah.Sementara Tuan Jung dan Nyonya Jung tidak ada dirumah beberapa malam ini,mungkin mereka sedang menghadiri jamuan pesta lain dan sudah biasa mereka jarang dirumah.

Kekosongan dirumah telah dimanfaatkan oleh Yunho.Tidak ada satupun tahu apa yang terjadi antara Yunho dan Jung Ah.Tepat dikamar Yunho,pria itu mendorong Jung Ah kedalam lalu mengunci kamar.Sengaja mengurung gadis itu dengannya dikamar agar tidak dapat menghindarinya lagi.

Jung Ah menyandarkan tubuh kedinding dan merosot sampai terduduk lemas disudut ruang kamar.Ia memeluk kedua kakinya dan membenamkan wajah keantara lutut lalu menangis terisak. Sudah frustasi dengan apa yang terjadi padanya dan juga menyadari betapa mengerikannya Yunho jika sedang marah.Ia membenci tatapan menakutkan Yunho seolah mengiris dadanya.

Perlahan Yunho menghampiri Jung Ah dan giginya bergemericik “Mengapa kau terus menjauhiku seperti itu?” tanyanya setengah membentak sehingga Jung Ah bergidik ketakutan. “Apa kamu membenciku sampai tidak ingin melihatku lagi?”sambungnya dengan kesedihan yang terpancar dimatanya.

Tangis Jung Ah mengalir lebih deras,kemudian menundukkan kepalanya.Ia tidak tega memandangi lama lama ekspresi Yunho seperti itu seolah dirinya sudah memberi kelukaan besar.Nyaris tidak bisa bernafas dengan baik sekarang.

“Mengapa kamu tega menyakitiku?Aku sama sekali tidak mencintai gadis selain kamu.Seharusnya kau tahu itu daridulu sebab aku sudah memberitahumu bahwa perasaanku hanya memilikimu dan juga terobsesi padamu.”gumam Yunho dengan bibir bergetar. “Bukankah aku pernah memperingatimu berkali kali kau jangan pernah menghindariku dan jika kau melakukannya,maka itu akan menyiksaku.”

Kalimat bernada sedih dan penuh emosi membuat Jung Ah tercekat.Ia mendongkahkan kepalanya dan menatap lurus wajah Yunho berdiri dihadapannya.

“Aku sudah terlalu kecewa denganmu.Ternyata menyakitkan begini aku mencintaimu sementara kau sendiri tidak jujur padaku.” lirihnya dengan bibir kelu. “Kamu yang bersikap seenaknya,selalu memaksaku dan juga bersikap dingin itupun berulang kali menyakitiku.”

“Apakah salah bila aku menyembunyikan pertunangan itu?Aku tidak mau kehilanganmu sehingga aku tidak berani mengatakannya.” balas Yunho meninggikan suaranya,kemudian ia memenjamkan kedua matanya seraya berusaha lebih tenang. “Sifat dingin dan pemaksa adalah caraku mempertahankanmu disampingku.Kumohon mengertilah aku yang berbeda dengan pria lain.”

Gadis itu tertegun dan tidak berkedip.Sosok Yunho terlihat kabur karena pandangannya buram oleh air mata.Tubuhnya menegang dan perasaan sakit mencabik dadanya.

“Nafasku sesak jika aku teringat tunanganmu.Aku belum bisa memaafkanmu yang berbohong.” lirihnya.

“Jika aku jujur,apakah kau tetap menerimaku?”tanya Yunho sinis.

“Seandainya kamu jujur,mungkin saja kita tidak akan terluka seperti ini.Aku sama sekali tidak mau menyakiti tunangan dan juga mengkhianati kebaikan orang tuamu.” Jung Ah memegang kepalanya yang semakin depresi. “Kurasa kita harus mengakhirinya sekarang.”

Rahang Yunho mengeras dan pandangannya semakin gelap.Ucapan terakhir Jung Ah membuat kemarahannya naik keubun ubun dan tidak dapat terkendali lagi.Tiba tiba ia meraih gelas kristal dan dibantingnya kelantai.

“Aku tidak ingin mendengar kalimat itu.Kau tidak bisa berpisah denganku begitu saja.” teriak Yunho.

Jung Ah terkesiap dan semakin meringkuh ketakutan “Kenapa kau begitu?Apa kau sudah gila?”

“Kau tidak akan bisa menyingkirkanku semudah itu.Kita saling mencintai dan aku juga tidak akan melepaskanmu.Jangan berkata aku gila,kau sendiri yang tidak mengerti perasaanku.Pahamilah cintaku,Jung Ah!”

Sekujur tubuh Jung Ah bergetar hebat dan wajahnya memucat.Pernafasannya langsung sesak dan jantung berdebar takut.Ia terperangah dan tidak menyangka kalimat itu keluar dari mulut pria berhati dingin.Entahlah mengapa Yunho terdengar lebih menyedihkan.

Yunho menarik pinggang Jung Ah sehingga tubuh mereka mendekat “Apakah masih belum puas dengan pembuktian kegilaanku denganmu?” tanyanya menatap tajam kedua mata Jung Ah.

————————————————–

Semakin sunyi sekarang dan sudah melewati tengah malam.Tidak ada satupun menyadari keributan terjadi dikamar tuan muda keluarga Jung serta isak tangis gadis.Semakin menegangkan sekarang dan mungkin saja terburuknya kembali terjadi.Jung Ah tahu itu akan terulang lagi dan terlambatnya ia tidak dapat mencegah lagi.

Yunho merasakan tubuh gadisnya bergemetar hebat melalui cengkraman.Luka didada makin melebar mengetahui Jung Ah ketakutan padanya.Inilah membuat Yunho semakin membenci diri sendiri tapi ia juga tidak dapat menghindari apa sudah terjadi.Sorot memelas dari mata Jung Ah sebagai petanda dia sudah lelah dan meminta semuanya berakhir.Namun keegoisan seorang pria urusan cinta,ia tidak ingin menghentikan sampai gadisnya menarik ulur ucapan menyakitkan.

Kemudian,Yunho meraih kepala Jung Ah sampai bibir saling menempel dan tangannya memegang pipi gadis itu untuk menahan Jung Ah tidak melepas kecupan lembut namun penuh tuntutan.Ia tidak bisa menahan diri lagi sekarang.

Jung Ah berkali kali memukul dada bidang pria dihadapannya,menolak ciuman ini.Penolakan terang terangan seolah membuat Yunho marah karena dia benci penolakan.Akhirnya Yunho memundurkan kepalanya sebentar dan menangkap kedua tangan Jung Ah hanya dengan satu tangan lalu didorongnya sampai menghimpit dinding.Perlakuan itu membuat Jung Ah meringgis kesakitan,sementara Yunho segera mengunci tubuh gadisnya sambil menatap tajam wajahnya.

“Apa yang perlu kau tolak?”tanya pria itu dengan nada dingin.Nyaris tanpa perasaan ia melanjutkan ucapannya “Bukankah kita pernah melakukan lebih dari ini?”

Gadis itu menunjukkan sorot mata terluka dan air matanya mengalir.Ekspresi Jung Ah seperti pisau mengiris dada Yunho.Ia mengumam seraya memohon “Jangan lakukan ini lagi,Yunho oppa.”

Ditelusurinya lekuk wajah Jung Ah sudah memucat,membelai pipinya lalu diusap pula bibir mungil yang bergetar.Jantung Yunho meletup lebih kencang menikmati wajah cantik yang terlihat didua iris matanya.Tanpa membuang banyak waktu,ia mengulum pelan bibirnya dan memberikan ciuman lembut.Kini kelembutan itu melambat berubah jadi ciuman yang memanas dan lebih kasar.Sesekali digigit bibir bawah gadisnya.

Bibir Jung Ah terbuka sedikit dan tanpa berpikir panjang,Yunho menggunakan kesempatan untuk menelusup lidahnya kedalam ruang mulut gadis itu dan menikmati setiap rongga lidah.Perlakuan ini menyebabkan Jung Ah sulit bernafas dan membutuhkan pasokan oksigen lalu ia berusaha mendorong tubuh Yunho untuk menghentikannya.Semakin keras dorongannya,semakin diperdalam ciumannya dan tangan Yunho menahan tangan Jung Ah keatas kepala gadis itu,memaksanya ikut bergabung dalam sentuhan mulutnya.

Pemberontakan gadis ini melemah dan mulai terbuai dalam ciuman diberi Yunho.Penuh kecanggungan,ia membalas lumatan sehingga ciumannya semakin dalam dan berlangsung lebih lama. Setelah puas,Yunho menyudahinya lalu mengatur nafas.Kedua orang tampak terengah engah.

“Jung Ah,kamu mencintaiku.Itu terlihat disaat kamu tidak dapat menolak ciuman terakhir.” bisik pria tepat ditelinga gadisnya.

Jung Ah menarik diri dan sedikit bergerak mundur.Yunho bergerak lebih sigap menahan tubuh gadisnya lalu dikecupnya kening,pipi dan telinga.Tepat ditelinga,Yunho mengigit kecil lalu menjilatnya sehingga Jung Ah merinding.Kemudian ia menyibak rambut panjang gadis itu lalu diciumnya tengkuk leher sampai terlihat kiss mark.

Sekuat tenaga Jung Ah mengatupkan bibirnya agar tidak mengeluarkan desahan yang bisa memanjakan Yunho.Sekujur tubuhnya sudah menegang setiap kiss mark dibuat. Sebenarnya ia tidak dapat tahan dengan godaan pria itu bahkan tubuh dan perasaan masih menginginkan sentuhan lagi.

Lidah pria ini meliuk dilehernya serta digigit pelan.Malam ini,Yunho persis tokoh dracula yang siap menerkam korbannya.Mata dingin dan kelam itu suskes menyihir Jung Ah ditengah cahaya redup. Tangan pria itu sudah menelusup dibalik dress dikenakannya dan mengelus punggung sehingga Jung Ah bergidik.Sentuhan yang menggoda.Ia bisa merasakan kuku Yunho mencakar lembut punggungnya tanpa meninggalkan luka.

Hembusan nafas menyapu kulit Jung Ah membuatnya sulit mempertahankan diri dengan perlakuan Yunho.Kemudian bibirnya menelusuri leher menuju pundak Jung Ah sekaligus menurunkan tali dress lalu dikecupnya lembut.Sementara tangan Yunho satunya yang daritadi berada dipunggung Jung Ah kali ini menarik pengait bra.

Suara flip bra terlepas sehingga Jung Ah tersentak dan mendorong pelan Yunho sampai dua langkah mundur.Tangan gadis itu langsung menahan dress-nya hampir merosot serta mendekap tubuhnya untuk melindunginya dari tatapan liar pria dihadapannya.

“Cukup!Kurasa aku harus kembali kekamarku.” gumam Jung Ah buru buru berjalan kearah pintu dan memutar kenop lalu terdiam, kemudian ia memutar kenop berkali kali tapi pintu tidak kunjung terbuka.

“Kamu tidak bisa pergi lagi.”sahut Yunho tiba tiba sudah dibelakangnya.Ia mendekap Jung Ah dari belakang lalu meraih pipinya seraya memaksa gadisnya menatap matanya yang kelam. “Beri kesempatan untukku menyentuhmu.Aku ingin kau merasakan bukti aku menyayangimu dan tergila gila denganmu.” ujarnya berbisik lembut.

Gadis itu tertegun dan nafasnya tertahan.Entahlah ketulusan pria itu seolah sampai diperasaannya dan tiba tiba tangisan mengalir lagi…ini tangis haru.Dengan samar samar terdengar bisikan lembut penuh perasaan dari Yunho dan satu kata terucap namun bisa membuatnya mematung.

Saranghae…”

Tak lama kemudian setelah Yunho memandangi gadisnya dengan lekat,ia mencium Jung Ah sekali lagi dan menjilati bibir kecilnya.

Otak Jung Ah tidak berfungsi lagi untuk menolaknya lagi.Hasrat kuat telah menjadi virus berbahaya sehingga mudahnya takluk dibawahnya.Seluruh dirinya merespon balik sentuhan hangat nan menggoda.

 “Hmmphh….euhm..ah.”

Desah gadis itu bersuara ketika pria itu mengelus buah dada yang masih terbungkus bra.Kemudian Yunho mengangkat kepalanya, memandang Jung Ah sambil tersenyum penuh kemenangan.

“Kamu tidak pintar membohongi perasaanmu.”desis Yunho terdengar lebih angkuh.

Jung Ah menggeliat dengan tiap sentuhan diberikannya seolah petanda baik bagi Yunho.Kesempatan berhasil untuk menghapus kata ‘berakhir’ hubungan khusus antara dirinya dengan gadis itu.Ia akan melakukan apapun asalkan gadis itu tetap bersamanya sebab hatinya paling menginginkan hal itu.

Bra hitam menutupi buah dada Jung Ah yang putih dan terlihat lembut membuatnya menelan ludah. Nafsu Yunho tidak sabaran ingin segera merobek bra.Ia melihat mata sayu Jung Ah dan mimik lemah membuat Yunho semakin tidak berdaya setiap imajinasi liar mulai mendominasi akalnya.

“Jangan meragukan aku lagi.” lirih Yunho seraya menenangkan Jung Ah terlihat cemas.

Dilepaskannya kemeja,dada bidang  dan tubuh kekar Yunho tidak bersabar lagi merasakan kelembutan kulit gadisnya.Kemudian ia melepaskan pakaian Jung Ah dan menyisakan celana dalam saja.Pipi gadis itu memerah ketika Yunho berdecak kagum.Pria itu meremas kuat buah dadanya.

“Agh…ah…ah…” desah Jung Ah terputus putus.

Kepolosan seorang gadis yang ada didepannya terlihat seksi jika mulai mendesah atau menjerit.Wajah bersemu merah dan mata memelasnya seperti pil kekuatan Yunho untuk memimpin kegiatannya.Sewajarnya Yunho tidak pernah bisa melepas Jung Ah sebab gadis itu seperti morphin baginya.

Dirabanya paha bawah Jung Ah dan suara desah nafas Jung Ah semakin memburu.Mulut Yunho turum kebagian perut rata gadisnya dan meninggalkan kiss mark.Kedua mata Jung Ah terpenjam dan mengigit bibirnya kuat.

Yunho sedikit mengangkat pinggul Jung Ah demi memudahkan dirinya melepaskan celana dalam gadisnya.Perlahan ia memperlebar kedua kaki Jung Ah agar lebih mengangkang sehingga menampilkan liang yang memanjakan alat vitalnya yang sudah menegang.

Tanpa jijik,Yunho menelusupkan lidah keantara dua paha bahkan mengigit kecil klistorisnya.Jung Ah menggeliat geli ketika bagian sensitifnya mulai terangsang bahkan tidak kuat lagi.

“Ahh…Yun…ho..opp…aaa…ah” Jung Ah terus mendesah tidak karuan sampai cairannya merembes keluar.Ia sudah mencapai klimaks pertama dan ternyata Yunho juga menjilati cairan dengan liar sehingga Jung Ah terkulai lemas.Bisa dibayangkan malam ini masih panjang sampai tenaganya terkuras habis.

Setelah Yunho puas menjilatinya,ia bangkit dan mencium bibir Jung Ah dengan liar.Jung Ah bisa merasakan cairannya tersisa dibibir Yunho dan juga french kiss yang berulang ulang kali.

Bibir pria itu menyeringai puas melihat Jung Ah tergeletak lemas,nyaris habis tenaga.Ia menarik risleting celana sehingga mata Jung Ah melebar dengan alat vitalnya sudah mengancung tegak.Gadis itu menelan ludah dan bergidik pelan.Milik pria itulah merobek keperawanannya dan lebih sekali bersarang dibagian kewanitaannya.Cuma Yunho yang pernah menyentuhnya sejauh ini.

Yunho mencekal paha Jung Ah dan menuntun alat vitalnya kepermukaan antara dua paha gadisnya. Jung Ah tersigap pelan dengan gesekan kecil disana ketika Yunho secara perlahan memasukan miliknya secara keseluruhan.

“Ngh…Ahhk…” Jung Ah meringgis kesakitan.Ternyata masih sesakit ini namun tidak seperih dari pertama kalinya.Sontak kedua tangan gadis itu langsung memegang kuat pundak kekar Yunho sehingga kukunya tertancap.

“Masih saja ketat…”ringgis Yunho sekaligus mendesah kecil.Juniornya yang terhimpit oleh dinding hangat dan sempit.Dilihatnya kening Jung Ah mengerinyit dan menahan kesakitan,Yunho segera mengecup lembut keningnya “Kau akan terbiasa nanti.”

Setelah terdiam sejenak untuk membiasakan diri masing masing,Yunho mulai menggerakan pinggulnya sehingga juniornya mulai bekerja dalam rahim gadis itu.Merasakan kenikmatan bercampur perih yang sulit diungkapkan dan tentunya mengerahkan banyak tenaga mencapai puncak.

Tubuh Jung Ah bergerak,mengikuti alurnya sehingga buah dadanya ikut naik turun dan menggoda nafsu Yunho.Ia langsung memainkan buah dada gadis itu dan menjilati ujungnya.Tangan Jung Ah memeluk pundak Yunho serta mencakar punggung pria itu.

Terus saja Yunho mempercepat gerakan pinggul.Junior dicengkram liang sempit itu memanjakan hasratnya dan menginginkan kepuasan lebih banyak.Ia menghentakan miliknya lebih dalam sampai membentur ujung rahim.

“Akh…ah…arrggh…” jerit Jung Ah ketika milik Yunho yang masuk terlalu dalam.Ini terlalu menyakitkan.Yunho segera meraih bibir gadisnya dan dicium lembut sebagai pereda rasa sakit dialami Jung Ah meski pinggulnya masih bekerja.

Yunho merasakan cairan bening Jung Ah membanjiri miliknya dan beberapa detik berikutnya,ia mencapai klimaks lalu dikeluarkan juniornya dengan cepat.Kemudian ia menarik wajah gadisnya dan direbahkan kepala Jung Ah kepundaknya.Tubuh basah dan berkeringat saling menempel.

Disampingkannya rambut Jung Ah kebelakang,Yunho mencium tengkuk leher gadisnya dan berbisik “Jangan membenciku.Kau hanya milikku dan aku juga hanya mencintaimu.”

Jung Ah mendongkahkan kepalanya sehingga wajahnya berada didepan wajah Yunho.Kedua mata sayu itu memandangi jauh kedalam mata Yunho,mencari kebenaran dan kejujuran yang tersirat.

“Sekali lagi jangan pernah menghilang dari pandanganku atau lari lagi dariku.Bukankah kau juga mencintaiku?” Yunho membelai kepala Jung Ah lalu mengecup keningnya.

Jung Ah tidak membalas atau menjawabnya.Ia tiba tiba membisu membuat Yunho terus menunggu apa balasan dari pertanyaannya.

Aku tidak tahu apakah pria sepertiku kembali diterimanya.Cukup aku mengungkapkan perasaanku dengannya. Biarkan saja dia tahu sendiri dan merasakan sendiri.Meski sedikit sakit hati ketika semua perasaan yang terungkap ini hanya dibalas jawaban kosong olehnya.Semua menjadi tidak jelas apa status diantara kita sekarang.Semua menjadi gantung. –Jung Yunho-

——————————————-

Coffe shop pinggir jalan bernuansa klasik,didominasikan dengan properti kayu dan dicat putih yang membuat penikmat coffe betah berlama lama diruangan terkesan nyaman dan bersih.Musik bertempo slow turut menceriakan suasana yang tidak begitu ramai.

Gadis itu,Son Jung Ah memilih duduk dikursi tinggi yang berhadapan langsung dengan kaca sehingga bisa puas menikmati apa yang terjadi dijalan raya atau keramaian depan coffe shop ini.Ia terlihat merenung,begitu banyak pikiran dan buku novel terbentang lebar dihadapannya tidak tersentuh.Disisinya secangkir moccachino nyaris mendingin akibat terlalu lama diabaikan.

Semua karena kejadian beberapa hari lalu membuatnya tidak fokus dengan kegiatan membaca buku seperti biasanya yang dilakukan dalam waktu luang.Kedua mata terkesan kosong dan kepalanya tertunduk,terlihat lebih resah.

Jung Yunho,dialah penyebabnya.Beberapa hari kemarin juga membuat Jung Ah tidak bisa tidur nyenyak.Kecemasan merundungi perasaannya padahal ia tidak tahu apa penyebabnya.Perasaan itu datang begitu saja dan seolah olah ada kerterkaitan dengan pria itu.

Membicarakan tentang Yunho,Jung Ah sudah tidak pernah melihatnya lagi sejak kejadian itu.Pria itu seperti menghilang begitu saja,tanpa kabar apapun.Malam itu…dirinya terakhir melihat wajah Yunho dari sela sela mata lelah sampai tertidur lelap.Teringat jelas bagaimana ekspresi Yunho terakhir kali, wajah sedih dengan sorot sendu dimatanya.

Ketika pagi datang,Jung Ah terbangun dan menemukan kertas kecil disampingnya,dimana Yunho biasa berbaring disisinya.Kertas dengan tulisan tangan yang membuat Jung Ah tahu pasti bahwa itu adalah peninggalan pria itu.

 Mianhaeyo…aku harus mengambil cara ini yang kuyakini sebagai penyelesaian masalah tentang hubungan kita.Mungkin kita tidak saling melihat sementara waktu.Namun disaat aku tidak ada,maukah kamu menungguku dan memikirkan jawaban pasti untukku?Jangan membuat semuanya menjadi gantung.”

Jung Ah mengigit bibir setelah membaca pesan pendek.Isi surat itu membuatnya tidak mengerti cara apa yang dimaksud Yunho tapi ia tahu tulisan itu adalah pesan perpisahan.Awalnya ia berpikir cuma perpisahan kecil tapi entah mengapa terasa sangat lama.Belum lagi bayangan Yunho terus mengikuti dirinya.Sepertinya Jung Ah sedang merindukan pria berhati dingin itu.

Lamunan Jung Ah lenyap setelah seorang wanita menarik kursi disampingnya secara tiba tiba.

“Ara-sshi…” gumam Jung Ah menelan ludah setelah megetahui siapa wanita disampingnya. Mendadak nafasnya sesak dan dadanya terasa lebih sakit.Dirinyalah paling tidak ingin melihat wanita sebagai calon istri Yunho.

Go Ara tersenyum simpul dan duduk dikursi samping Jung Ah.Ia terlihat serius dan sedikit kaku, namun sisi ramahnya masih terlihat. Setelah meneguk sebagian vanila latte,ia menoleh kearah Jung Ah.

“Tadi aku melihatmu dari luar dan langsung menghampirimu.Kebetulan aku juga ingin berbicara denganmu.Kuharap kamu punya banyak waktu luang untuk pembicaraan ini,Jung Ah-sshi.”

“N..ne..” Jung Ah bisa merasakan sorot mata Ara yang berbeda dari sebelumnya.Tampaknya wanita itu akan membicarakan sesuatu yang sangat serius dan hal itu membuat Jung Ah ikut merasa sedikit tegang.

——————————————

Kembali kekamarnya yang sunyi dan hampa,Jung Ah merasakan tubuhnya lemas seperti tenaga sudah terhisap habis.Ia daritadi berjalan dengan langkah gontai dan lututnya seolah sudah tidak kuat menompang tubuhnya.Mendadak jantungnya berdetak lebih cepat,menjadi tidak tenang dan juga pernafasan tidak berjalan baik,begitu menyesakkan dada.Bibirnya kelu.

Jung Ah menutup kembali pintu kamarnya lalu tubuhnya merosot.Air mata yang awalnya ditahan kuat itu turun mengalir dipipinya.Ia mendapati dirinya sendiri sedang goyah.Kedua telinganya berdenging suara Go Ara barusan dan semua ucapannya seperti penghantam kuat jantungnya.

Flashback

“Apakah kamu masih belum menyadari kemanakah Yunho pergi?Apa kamu tidak merasa pria itu sedang menghilang dari sisimu beberapa hari terakhir?Asalkan kamu tahu,dia sekarang sudah pergi ketempat sangat jauh dan mungkin kalian tidak bertemu lagi dalam waktu panjang.”

Jung Ah tersentak setelah mendengar ucapan dingin Go Ara.Wanita itu juga menatap dirinya dengan tatapan sinis.

“Dia pergi demi kamu,Jung Ah.Semua itu karenamu.” Go Ara menekan kalimatnya lalu menarik nafas dalam,berusaha tidak terbawa emosi. “Yunho oppa meminta kami membatalkan pertunangan dan dia melakukannya didepanku,appa -Tuan Go- dan Tuan Jung.Aku benar benar tidak percaya Yunho melakukan hal hal seperti ini bahkan dia rela menghadapi kemurkaan Tuan Jung.Dia terus terusan memohon untuk menghilangkan pertunangan dan itu perbuatan sangat nekat namun dia tidak memedulikan resikonya.Saat itu aku merasa duniaku nyaris runtuh.Aku menyukainya sejak pertama kali meski dia tidak pernah memandangiku tapi aku tidak peduli karena suatu hari dia jadi suamiku.”

Pikiran Jung Ah langsung kosong,tidak dapat berpikir apapun lagi.Tiba tiba sekujur badannya bergetar lalu ia meneguk sisa moccachino-nya dengan gugup.

Go Ara mencengkram pelan tangan Jung Ah yang terus bergetar sehingga Jung Ah mengangkat kepalanya,menoleh kearahnya.

“Yang paling tidak disangka olehku,Yunho akan bersikap seperti itu.Sulit bagi dia yang angkuh dan dingin itu menundukkan kepalanya bahkan berlutut.Itu karenamu,Jung Ah dan bukan untukku.Dia hanya ingin menikahimu.Mengetahui ini saja sudah membuatku hatiku hancur karena ternyata selamanya dia tidak pernah menganggap keberadaanku.Hatinya sudah terkunci untuk wanita lain kecuali kamu.”

Ara menatap lurus mata Jung Ah yang mulai tergenang air matanya.Sama seperti Jung Ah,Ara juga ingin menangis tapi ia harus menyelesaikan kalimatnya.Masih banyak yang harus disampaikan pada gadis dicintai tunangannya.

“Hanya ada satu cara membatalakan pertunangan,dia harus menerima tantangan Tuan Jung dan dia menerimanya tanpa berpikir panjang.Kau tahu apa tantangannya?Yah…dia harus tinggal di Inggris untuk membangun jaringan perusahaan cabang Jung Corp sampai suskes.Jika dia berhasil maka dia bebas menikahi dengan wanita diinginkannya.Cara itu sama sekali tidak mudah dan butuh waktu panjang membuat perusahaan menjadi suskes besar.”

Setelah menghela nafas,Ara meraih cangkir lalu diteguknya.Ia menatap lurus keluar jendela dan dadanya cukup sakit.Patah hati sedang dialaminya sekarang.

“Yunho tidak memberitahu siapa wanita yang ingin dinikahi pada kami semua.Hal itu terus menganggu pikiranku sehingga aku menguntit kemanapun kepergian Yunho agar aku bisa tahu siapa wanita itu.Kuikuti mobilnya dengan mobilku.Akhirnya tepat disungai malam itu,aku melihat kejadian menarik diantara kalian dan kusimpulkan kaulah wanita dimaksud Yunho.”

Tesss….air mata Jung Ah menetes.Ia bisa mendengar suara sedih Ara dan menyadari wanita itu juga sama dengannya,sama sama mencintai pria berhati dingin.

“Aku terus memperhatikan setiap mimik Yunho saat menemukanmu disungai.Aku bisa melihat wajah kecewa dan terluka.Aku sadar ternyata dia benar benar mencintaimu.Pertama kalinya aku melihat ekspresi wajahnya seperti itu.Biasanya didepan orang lain dia akan bersikap dingin dan sulit didekati tapi denganmu,dia berbeda dan terang terangan dimata dia hanya memperhatikanmu.”

 Ara menyeka air mata Jung Ah dengan tisu dan tersenyum miris “Mengapa kamu begitu bodoh, menolaknya?Tidakkah kamu biarkan memberinya kesempatan.Percuma kamu menangis dan menyesal.Dia sudah terlanjur pergi ke Inggris bahkan merahasiakan ini padamu,agar kamu tidak tahu maksud kepergiannya.”

Kepala Jung Ah tertunduk,air mata malah turun semakin deras.Ia tidak bisa berkata apapun.

“Mianhae…aku tidak ingin menyalahkanmu tapi aku tidak tahan lagi.Sebagai wanita dicintai Yunho,kau harus tahu sendiri dimana letak kebodohanmu.Sekarang dia di Inggris sampai tidak tahu sampai kapan.Dan…sekarang kamu hanya bisa menunggu bagaimana takdir mengatur kalian bertemu lagi.Tergantung bagaimana takdir kita dimasa depan,Yunho akan berhasil menikahimu atau malah tetap menikahiku jika Tuan Jung menghendakinya.”

Kepala Jung Ah rasanya sakit setelah mengulang kembali semua perkataan Go Ara.Segalanya terbuka dan bodohnya dirinya meragukan pria itu.Itulah kesalahannya dan sekarang adalah hukumannya. Ara benar…tidak berguna jika menyesal.

Mianhae…” gumam Jung Ah berulang kali seraya memegangi dadanya yang rasanya jauh lebih sakit dari ketika mendengar kabar pertunangan.

Kepala Jung Ah terangkat dan menghapus tangisnya.Ia merasakan rasa bersalah secara mendalam dan kekecewaan besar terhadap diri sendiri.Sudah terlambat dan itu rasanya menyakitkan.Hanya bisa menunggunya entah sampai kapan.

————TBC—————

Ayo…ayo yang sudah baca sampai selesai wajib meninggalkan komentar dikotak komennya atau boleh juga ditwitter saya @Mischa_Jung.Harta karun diblog ini adalah respon kalian dalam karyaku seperti komen,saran dan kritik.Kalau ada typo atau ceritanya gak menarik,saya minta maaf ya.

Kebetulan temanku ada yang baru memulai menulis ff dan dia butuh reader agar dia bisa lebih berkembang.Aku mengakui karya dia cukup baik untuk ukuran pemula dan castnya juga keren bagi cassie terutama fans Jaejoong atau ELF sparkyu.Silahkan visit ff buatannya: Skyline.Oh ya yang cassie (Yunho atau Jaejoong fans) atau ELF (Sparkyu) pasti nyambung ngobrol ma dia silahkan follow twitternya: @R_Wihanhyukyuka.

Don’t be silent reader!Give me your comment!!Kamsahamnida…


Criminal (Part 5)

$
0
0

Cast:

Lee Donghae

Kang Yong Eun

Henry Lau

Genre: Drama,Romance,Angst.

Written By: @Mischa_Jung.

Previous Part: Part 1  Part 2  Part 3  Part4

—————————————————-

Saya minta maaf sebesar besarnya bagi reader yang sudah menunggu part ini.Banyak kegiatan yang harus kulakukan sehingga cukup terhambat untuk menulis ff,belum lagi imajinasinya buntu atau moodnya jelek.Warning…jika ada typo atau alurnya aneh+kurang menarik.Happy Reading! Have fun!

—————————————

“Apa yang kau lakukan disini,Henry-ah?” Yong Eun memelankan suaranya,masih terkejut dan tidak percaya kemunculan pria yang sudah lama pergi dari kehidupannya.

Henry hanya tersenyum kecil.Ia sudah menebak sejak awal mengenai bagaimana reaksi Yong Eun sebelum berniat datang kerumah ini. Ternyata tebakan benar 100 %.

“Hanya ingin berkunjung saja.Kebetulan aku lewat kesini dan tiba tiba teringat kau” jawabnya. “Hmm…jika tidak keberatan bolehkah kita duduk dan mengobrol didalam?”

Yong Eun terdiam sejenak,mempertimbangkan pertanyaan Henry lalu membuka pintu lebih lebar dan menyaratkan pria itu masuk kedalam. Henry tanpa basa basi langsung masuk dan mendaratkan pinggulnya disofa ruang tengah.

“Rumah ini tidak berubah,tetap nyaman seperti dulu.” komentar Henry mengedarkan pandangan kedalam rumah,memperhatikan apakah ada berubah dari rumah ini.Ia memang tidak asing dengan suasana rumah Yong Eun sebab dulu sering mondar mandir disini.

Yong Eun memilih duduk dikursi lain dibandingkan duduk satu sofa panjang yang ditempati Henry. Sejak patah hati,ia jadi cenderung kaku, khususnya pada Henry.Yong Eun lebih berhati hati sekarang. Ia mengatur perasaannya agar tidak terbawa emosi perasaan lama.

“Sudah lama kita tidak bertemu atau mengobrol lagi.” Henry membuka topik pembicaraan seraya mencairkan kecanggungannya.Tiba tiba dia menyipitkan matanya,memperhatikan perubahan fisik maupun raut wajah gadis itu “Bagaimana keadaanmu selama ini?Apakah kau sedang berada disuatu masalah berat?” tanyanya dengan mimik cemas.

“Mwo?”tanya Yong Eun mengangkat sebelah alisnya.Sedikit kaget pria notabene ex-boyfriend sedang menanyakan keadaannya.Padahal sejak memutuskan dirinya,dia tidak begitu memedulikan lagi tentangnya.

Ne…kau baik baik saja?Sepertinya wajahmu lebih pucat,matamu sedikit bengkak dan juga kau terlihat tidak sehat.Pasti ada yang menganggu pikiranmu.” jawab Henry. “Bisa saja kau menceritakan padaku jika memiliki masalah.”lanjutnya menawarkan diri menjadi pendengar baik.

“Hmm…kau tidak perlu mengkhawatirkan aku. Lagipula kau juga tidak usah bersikap seperti ini.” ujar Yong Eun pelan dan ketus.Pandangannya lurus kedepan,sama sekali tidak menoleh kearah Henry sedikitpun.”Kau tidak perlu memedulikan aku atau bersikap khawatir padaku.Masalah apa yang terjadi padaku itu bukan urusanmu lagi.”

Terdengar suara hela nafas panjang Henry seraya mereklasasikan diri agar tetap tenang.Ia mencoba tidak terpengaruh ucapan dingin Yong Eun. Kemudian Henry membenarkan posisi duduknya, menoleh kepada gadis itu.

“Aku datang kesini sebagai temanmu,bukan ingin mencari masalah.” balasnya lalu berdehem. “Aku tahu kau marah dan benci padaku karena aku memutuskanmu demi wanita lain.Sejak itu kau menghindariku.Mungkin aku tidak tahu seberapa sakitnya yang kamu rasakan tapi aku memaklumi apapun alasanmu yang bersikap seperti itu padaku.”

Mulut Yong Eun terkatup rapat.Ia meremas jari jarinya,merasakan emosinya naik turun.Lagipula sudah menjadi gadis cengeng karenanya dan mengapa pria itu menyadari kesalahannya sekarang. Rasanya seperti ada batu menghantam jantungnya berulang kali.

Mianhae…aku sudah banyak menyakitimu.Jujur saja aku sangat bersalah dan tidak tenang melihatmu terus terusan menghindariku.Yah…aku tahu aku tidak pantas bicara seperti ini.” ujar Henry dengan hati hati,takut menyinggungi gadis itu. “Dibandingkan aku,Seung Rin paling merasa bersalah.Dia menganggap dirinya telah merebutku darimu dan menjadi teman pengkhianat.Padahal waktu itu perasaanku untukmu memang sudah hambar dan kebetulan disaat bersamaan,aku jatuh cinta pada Seung Rin.”

Henry mengeluarkan kejujuran yang terdengar miris.Secara tidak langsung,Henry menjelaskan alasan rusaknya hubungan berakhir bukan salah Nam Seung Rin,teman terdekat Yong Eun.

Yong Eun tertegun dan mematung.Ternyata sesakit ini mendengar pernyataan mantan kekasihnya meski tidak mencintai orang itu lagi.Rasanya Yong Eun ingin berteriak agar pria itu berhenti bicara.Muak mendengar nama Seung Rin atau sesuatu berhubungan kisah cinta masa lalunya.

“Kau tidak datang pernikahan kami dan membuat rasa bersalah Seung Rin semakin dalam.Dia pikir kau tidak sudi memaafkannya.Dihari pernikahan,aku dan dia sangat menantikan kedatanganmu dan ingin meminta maaf sekali lagi setelah gagal entah berapa kali menemuimu.” sambungnya menatap intens Yong Eun yang daritadi tidak mengubrisnya.

Yong Eun menelan ludah.Pria itu benar,Seung Rin dan Henry dulu sering mendatangi kelas atau rumahnya.Namun Yong Eun lebih sering menghindar duluan dan tidak ingin melihat wajah wajah telah menghancurkan hatinya.Sudah terlalu sakit hati pria dicintai memilih wanita lain bahkan teman sendiri mengambil kekasihnya.Semenjak itu ia menjadi lebih tertutup dari sebelumnya.

Entahlah ucapan Henry hati Yong Eun yang awalnya tidak peduli apapun mengenai mantan kekasihnya kini sedikit lebih terbuka.Kemudian ia menarik nafas dalam dalam dan memberanikan diri untuk membuka suara.

“Sebenarnya aku datang kepernikahanmu.”

Mwo?A..aku sama sekali tidak melihatmu disana” ujar Henry terkejut.

“Tentu saja kalian tidak melihatku karena aku langsung pergi ketika kalian resmi menjadi suami istri oleh ikrar pernikahan.”

Wae?”

Yong Eun menahan nafasnya dan mencoba tenang melanjutkan kalimatnya “Karena waktu itu aku masih mencintaimu dan dipernikahanmu,aku tidak sanggup melihatmu lagi.Perasaanku sangat terguncang dan aku memutuskan pergi sebelum mengacaukan pernikahan kalian.”

Kepala Henry tertunduk lemas.Perasaan bersalah makin melebar.Rasanya sangat buruk telah mengkhianati hati gadis yang pernah mengisi perasaaannya.Yong Eun adalah gadis ceria dan ekspresif tapi memiliki hati yang terlalu lembut dan rapuh.Seharusnya Yong Eun tidak pantas disakiti.Dan Henry menyesali itu.

“Tapi aku bersyukur perasaanku hanya sampai disitu saja.Semuanya berkat dia,aku bisa melupakanmu sepenuhnya.”

“Dia?” tanya Henry menautkan alisnya.

Bibir Yong Eun tersungging.Namun Henry menangkap senyuman Yong Eun seperti sedang menyembunyikan kepahitan.Ia yakin dirinya telah melewatkan banyak cerita gadis itu.

Ne…dia pria yang awalnya mengesalkan dan aku sama sekali tidak menyukainya semenjak pertama kali bertemu.Aku benci sifatnya yang selalu seenaknya dan kemunculannya juga cukup mengangguku.” kata Yong Eun tertawa singkat,mengingat kemunculan Donghae yang menurutnya sama sekali tidak menyenangkan.

Henry menyandarkan tubuhnya dan mencari posisi duduk yang rileks.Ia semakin tertarik mendengarkan kelanjutannya dan ingin tahu apa yang terjadi selanjutnya.Kedua mata sipitnya memandang lekat lekat perubahan mimik wajah Yong Eun.Awalnya gadis itu bersikap kaku dan dingin tapi sekarang digantikan dengan sisi lain,terkesan sedikit sedih dan lemah.

“Kemudian dia perlahan mempengaruhiku dan aku mulai terbiasa dengan kehadirannya. Kelembutan dibalik sifat menyebalkannya membuatku tercengang.Semua yang pernah dia lakukan telah merasuki perasaanku dan ucapannya suskes membuatku tertegun”

Yong Eun menelan ludahnya.Mencoba melepas beban tertambat didada melalui Henry. Entahlah mulutnya tiba tiba mencurahkan apa yang ingin dikeluarkan dan menjadikan pria itu sebagai pendengarnya.Sesaat ingatan Yong Eun berputar.Beberapa kalimat bermunculan begitu saja diotaknya.

‘Biarkan aku yang menuntunmu kedalam sana.Kurasa kau membutuhkan genggaman kuat untuk menahan tubuhmu selama pernikahan berlangsung.’

‘Kau tidak perlu menyiksa dirimu sendiri untuk melihat semuanya.Aku tahu kau tidak akan sanggup’

‘Aku tidak berniat mempermainkanmu.Ciumanku pertama dan kedua itu tulus’

‘Yong Eun-sshi,kumohon lihatlah diriku.Aku tidak mau kau takut padaku.Itu sangat menyakitiku jika kau membenciku’

‘Bodoh…jangan sok kuat jika tubuhmu lemah seperti ini.Seharian inipun tidak makan apapun dan itu cukup bisa membuatmu mati dalam sehari.Biarkan aku mengkhawatirkanmu karena kau memang sedang tidak baik baik saja’

‘Terus disampingku,pelihara aku dan buatlah aku bisa tetap hidup.Aku mencintaimu…jadilah harapanku tersisa selama aku hidup’

‘Oke….kuhargai usaha kekanakanmu,aku akan bernyanyi untukmu tapi ada syaratnya,tidak ada lagi nama Henry atau kisah cintamu bersama pria itu dari mulutmu.Pria itu cuma bagian masa lalumu dan dimasa depanmu itu hanya aku seorang…Ingat itu!’

‘Saranghae…’

Satu per satu kalimat itu saling bersahutan ditelinganya.Ia sudah tidak asing lagi dengan kata kata itu. Selalu terngiang ngiang seolah suara Donghae bertiup langsung ditelinga padahal pria itu tak ada disampingnya.Yong Eun mengigit bibirnya kuat,pandangannya memburam oleh air mata ditahannya.

“Menangis saja!Jangan paksakan dirimu!” ucap Henry lembut sekaligus tegas. “Dari dulu kau begitu,selalu saja memaksakan diri tetap kuat padahal tidak mampu melakukannya.Keluarkan saja dan sifat memendam perasaan itu tidak pantas untukmu.” tambahnya.

Akhirnya tangisan Yong Eun meleleh.Sudah tidak peduli lagi jika harga dirinya jatuh dan terlihat cengeng didepan mantannya.Ia sudah lelah dengan apapun yang membuat dadanya sesak selama berhari hari.Tipe ‘gadis kuat’ sama sekali bukan karakternya.

Henry tersenyum tipis.Ada sedikit kelegaan ketika Yong Eun menangis.Lebih baik gadis itu mengeluarkan emosinya agar jiwa dan batinnya bisa terasa lebih membaik.Cara itu yang terbaik.

“Aku tidak tahu kelanjutan ceritamu dan juga seperti apa pria itu tapi sepertinya dia pria yang penuh arti untukmu.” gumam Henry ditengah isak tangis gadis itu.

Yong Eun mendongkahkan kepala,menatap wajah Henry.Tidak berubah…pria itu daridulu memang sangat mengerti dirinya.Akhirnya Yong Eun tersenyum tulus untuk pertama kalinya pada Henry setelah insiden patah hati

——————————————

Henry melangkah keluar dari rumah melalui pintu utama dan diikuti Yong Eun dibelakangnya. Langkahnya tiba tiba berhenti,kemudian pria itu berbalik seolah baru teringat ada sesuatu yang harus disampaikan sebelum benar benar meninggalkan tempat ini.Ia menggosok hidungnya dan sedikit gugup.

“Gumawo kau sudah menerima kedatanganku.Aku senang kau membiarkan aku jadi pendengar ceritamu.” ujar Henry tersenyum lembut.

Yong Eun terpaku sebentar dengan senyuman Henry.Pria itu memang tidak jahat tapi semenjak dia telah melukai hatinya,Yong Eun tidak mempercayainya lagi bahkan tidak berniat memaafkannya.Kali ini Yong Eun mulai menerima baik Henry dan sudah mulai terbuka bahkan menganggap teman pria paling memahami dirinya dari siapapun.

“Kau masuklah kedalam,makanlah sesuatu jika belum makan dan juga harus banyak istirahat!Tadi kau banyak menangis,pasti banyak tenaga keluar. Aisshh..aku khawatir jika ada wanita sendirian dalam kondisi seperti itu.Maka kau harus menjaga pola hidup dengan benar.”

Yong Eun tersenyum simpul dengan kecerewetan dilontarkan pria dihadapannya.Henry Lau,dia selalu begitu.Tipikal pria lembut dan penuh perhatian, itulah alasan Yong Eun jatuh cinta padanya.

“Berhentilah memberi perhatian yang berlebihan kepada wanita lain selain istrimu.” Yong Eun memaksakan diri tertawa agar terlihat baik baik saja. Ia tidak nyaman dikhawatirkan.

Henry kehabisan nasihatnya dan menatap cemas Yong Eun.Tidak tega meninggalkan gadis sedang dalam keadaan tidak baik.Meski hubungan sebatas teman,Henry masih menaruh kepeduliannya sebab ia tahu betul bagaimana karakter Yong Eun dan ditambah lagi,gadis itu tidak punya siapapun.

Arraseo…aku akan mengurangi perhatian dan sifat overprotektifku.Kuharap hidupmu membaik dan lebih tenang besok.Aku pulang dulu. Kasihan Seung Rin sedang sendirian dirumah.” pamit Henry sebelum benar benar meninggalkan Yong Eun.

Henry menyalakan tombol kunci otomatis kearah mobil diparkir tepat depan rumah lalu membuka pintu dan duduk di jok pengemudi.Tepat Henry hampir menginjak pedal gas,suara ketukan berasal dari kaca mobil membuat Henry batal tancap gas dan menoleh kesumber bunyi tersebut.Keningnya mengerinyit menemukan sosok Yong Eun disana.

Tangan Yong Eun bergerak menyaratkan Henry membuka kaca mobil.Begitu kaca terbuka lebar, Yong Eun menatap Henry dengan serius.

“Soal hubungan kita dulu,aku rasa kau benar.Semua itu memang salahmu yang mudah jatuh cinta dengan Seung Rin,temanku sendiri.”

Kedua mata Henry membulat.Ia terperangah tiba tiba Yong Eun berbicara seperti itu.Entah angin menusuk tengkuknya sampai merasa gugup mendengar kelanjutan yang dikatakan gadis itu.

“Aku akan memaafkan kalian berdua karena sama sama telah menghancurkan perasaanku tapi bukan berarti kalian bebas dari masalah ini sebab aku masih belum sepenuhnya melupakan bagaimana kecewanya aku pada kalian.Intinya kalian masih berutang padaku.”

Yong Eun tersenyum geli melihat reaksi serius Henry.Kening pria itu berkerut,tidak mengerti apa yang ingin disampaikannya.Yong Eun mengangkat kedua pundaknya,bermaksud menambah kalimat lebih jelas lagi.

Well…kurasa kalian berutang padaku bahwa kalian harus menghasilkan keponakan manis untukku.”

Henry mengerjapkan matanya dan mulutnya mengangga kecil.Antara percaya atau tidak tapi ini cukup mengejutkannya.Diluar dugaan,Yong Eun telah berbicara seperti ini.Berikutnya ekspresi shock berganti dengan mimik sumringah dan senyumnya mengembang.

“Baiklah…aku berusaha membayar utangmu.Hanya tinggal tunggu waktunya saja.” kata Henry menunjukan seringaian penuh percaya diri.

“Semoga kau tidak hanya omong besar saja.Katakan pada Seung Rin,dia tidak perlu bersalah padaku karena itu sepenuhnya adalah kesalahanmu, Henry-ah.”

Henry mengangguk angguk “Yeah…aku pantas dipersalahkan.” serunya meringgis mengaku salah. Tak lama kemudian,Henry memandang lekat wajah Yong Eun,memperhatikannya.

Yong Eun menggaruk pipinya,merasa tidak terlalu nyaman dengan tatapan Henry. “Mengapa melihatku seperti itu?Ada salah dengan ucapanku?”

Gumawoyo…” ucap Henry. “Aku senang kau bisa menerima kami.Aku yakin kau tulus pada kami. Mungkin rasa bersalahku tidak sebanding dengan perasaan sakit yang kau alami tapi aku akan berusaha menebusnya.”

Yong Eun melipat tangannya didepan dada dan mengangkat tinggi dagunya,menunjukan sedikit keangkuhannya yang dibuat buat “Tentu saja harus membayar kesalahanmu jika rasa bersalahmu benar benar ingin terhapus.Ahh…aku merasa jadi orang baik hari ini padahal dulu aku tidak berniat memaafkan kalian.”

Henry sedikit terkekeh mendengar ucapan gadis itu.Kemudian ia tersenyum lebar sampai deretan giginya terlihat “Kau telah berubah.”

M..mwo?”

“Kau berbeda sekarang.Entahlah sepertinya kau menjadi lebih dewasa.Apakah pria itu telah merubahmu?”

Yong Eun terdiam sebentar.Jantungnya berdesir cepat dan tubuhnya menegang.Donghae membuat dirinya berbeda?Benarkah itu?

“A..aku tidak tahu apakah aku lebih dewasa.Yah…aku telah mengalami banyak permasalahan dan kurasa aku mulai belajar dari situ.Kebetulan dia muncul dimana aku sedang terpuruk dan mengenggam tanganku melewati beban itu.Akupun juga ingin melakukan hal sama ketika dia membenci kehidupan menyedihkannya.Ternyata aku dan dia saling bergantung agar bisa hidup bahagia karena kami tidak punya siapapun.”

Henry tertegun,ia tidak berkedip.Suara halus yang bergetar dan sorot pilu dimata Yong Eun membuatnya tidak berkutik.Ada rasa simpati menjalar didadanya.Tanpa diketahui,gadis itu menerima hidup berat setelah dirinya meninggalkan gadis itu sendirian.Rasanya ada lubang besar didada,lagi lagi bersalah.

“Hei…jangan berekspresi sedih seperti itu.Aku tahu kau sedang bersalah karena membiarkanku sendirian menghadapi masalah” sahut Yong Eun menyentakkan lamunan Henry.Ia bisa membaca apa dipikirkan pria itu. “Lagipula itu sudah lewat dan kita sudah punya kehidupan sendiri.Anggap saja takdir kita seperti itu.”

Henry langsung membuka pintu mobil,buru buru turun dari jok pengemudi tanpa menutup kembali pintu mobil.Tepat berada dihadapan Yong Eun, langsung ditariknya pundak gadis itu kedalam pelukannya.Bibirnya mengumam pelan dengan penuh penyesalan “Mi..mianhae..jeongmal mianhae.

Sesaat Yong Eun terdiam dalam pelukan spontan Henry.Kemudian,ia menelungkup kepalanya dipundak pria itu dan tersenyum kecil sambil menepuk punggungnya sedikit keras.

“Sssttt…berhentilah mengucapkan ‘mianhae‘ berkali kali.Aku bosan mendengar kata yang sama dari mulutmu.” balas Yong Eun melepaskan pelukan. “Ah…bukannya kau bilang Seung Rin sendirian dirumah.Pasti dia sekarang sedang menunggumu.”

“Astaga aku melupakan istriku.Aku yakin dia akan mengomel dan menanyakanku macam macam. Yah..kau tahulah temanmu satu ini posesif dan pecemburu” Henry refleks mundur selangkah dan mengeluarkan mimik memelas.

“Anggaplah sifat posesif dan pencemburunya itu bentuk perhatian yang spesial dan khusus untukmu.” ujar Yong Eun tertawa kecil mengingat Donghae juga bersikap seperti itu.

Gumawo…Aku akan pulang sekarang.Jaga dirimu baik baik!”ucap Henry sebelum masuk kemobil. “Ah…kapan kapan ajaklah pria itu makan bersama kami.” tambahnya mengulurkan kepala keluar kaca mobil.

Yong Eun tersenyum simpul dan mengangguk kecil.Ia menunggu mobil Henry akan meninggalkan rumahnya dengan kecepatan lumayan tinggi. Mungkin pria itu berusaha sampai rumahnya secepat mungkin.Tepat mobil Henry menghilang ditikungan,Yong Eun berbalik dan memandang nanar kearah rumahnya.Rumah ini terasa terlalu besar dan hampa untuk sendirian.

———————————————–

Awalnya perasaaan ringan karena bisa sedikit tertawa lepas bersama Henry itu mulai hilang. Kembali lagi dalam waktu kesendirian,batinnya. Yong Eun membenci keadaan itu semenjak Donghae muncul.Ia tidak tahu bagaimana caranya tidur nyenyak dan bangun tanpa melihat sosok pria menyebalkan sedang berkeliaran dirumah atau disekitarnya.Hidup jadi berbeda 180 derajat.

Tepat Yong Eun meraih gagang pintu kamar,ia menyadari angin kencang berhembus meniup beberapa kertas berterbangan dari meja yang terletak disamping pintu kamarnya.Ia berbalik dan menemukan kaca jendela ruang TV terbuka lebar.Keningnya mengerut bingung lalu Yong Eun menghampiri jendela.Ia melonggokkan kepalanya keluar jendela,melihat keluar dan memeriksa keadaan disana.Tidak ada sesuatu ganjil diluar,pikirnya.

“Memang tidak ada yang aneh diluar tapi kenapa jendela ini terbuka lebar?”lirihnya penuh tanya.

Biasanya Yong Eun rutin menutup jendela sebelum menjelang malam.Sepulang kerja,Yong Eun yakin sudah menutup jendela.Saat Henry datang, keadaan jendela itu masih tertutup rapat dan mengapa bisa terbuka lebar jika tidak ada yang membukanya.Inilah keganjilan hari ini.

Yong Eun memutuskan tidak berpikiran aneh aneh atau sesuatu buruk.Akhirnya ia menganggap mungkin saja hari ini kebetulan lupa menutup jendela. Gadis itu langsung menutup kaca jendela. Kemudian tubuhnya menegang secara tiba tiba dan matanya melebar menemukan sosok yang terlihat dari pantulan kaca jendela.

“Yong Eun-ah”

Yong Eun memutar tubuhnya perlahan sehingga membelakangi jendela.Tubuhnya bergetar hebat dan rasa shock meluap.Air mata mulai memenuhi pelupuknya.Bukan tangisan biasa yang menetes, kali ini berupa tangis haru.Rasanya seperti mimpi.Sosok pria berdiri dihadapannya bahkan meyebut namanya dengan suara yang seolah sudah lama tidak didengar.

Entah kekuatan apa timbul sehingga mendorong Yong Eun segera berlari,melompat kearah pria itu dan memeluk erat tubuh pria itu seolah takut kehilangan kedua kalinya.Menumpahkan tangisan dipundak kekarnya dan menghirup wangi khasnya.Yong Eun menemukan kembali kehangatan pria itu…Lee Donghae…

“Aku pulang.” bisik Donghae tersenyum tipis merasakan gadisnya mendekap kuat tubuhnya.Ia menaruh dagu dipundak Yong Eun, terdengar jelas tangis kecil gadis itu.Kedua tangannya sibuk menahan pinggang Yong Eun dalam gendongannya.

Neo nappeun (kamu jahat).Donghae pabbo.” Yong Eun memaki dengan suara parau dan masih memeluk Donghae.

Mianhae…”

Yong Eun melonggarkan pelukannya,mengangkat kepalanya.Kedua mata sendunya menatap lurus Donghae.Pria itu terlihat kuyu bahkan cenderung kucel seakan telah melakukan perjalanan jauh.

“Apakah kau baru saja melewati masalah berat?” tanya Yong Eun penuh kekhawatiran,menyentuh sebelah pipi Donghae.

“Yah…sangat berat dan melelahkan.Aku hampir tidak punya tempat pulang dan menjadi tuna wisma sementara.” jawab Donghae tersenyum lembut merasakan kehangatan tersalurkan dari telapak tangan Yong Eun menyentuh pipinya. “Apa kau sendiri juga tidak hidup baik?Mukamu pucat dan terlihat tidak sehat.”

“Jangan pertanyakan karena cuma kamu penyebabnya.Jika saja kamu tidak pergi tanpa kabar mungkin aku akan segila seperti ini. Pabbo.”balas Yong Eun mengerucutkan bibirnya lalu mencubit keras pipi Donghae.

“Aww..ss..sakit..” Donghae mengaduh merasakan kerasnya cubitan dipipi.Selanjutnya ia merasakan elusan lembut dipipi.Gadis itu meraba pipinya dan sakitnya lenyap dengan cepat.

Yong Eun terkekeh melihat raut kesal Donghae setelah menerima cubitan.Beban sebelumnya yang awalnya menumpuk didada sudah lepas begitu saja.Perasaan senang bergelora seolah dunia mulai tersenyum lagi.Ia menjinjitkan kaki, berusaha menyamakan tinggi badan Donghae dan kemudian gadis itu melakukan sesuatu disalah satu bagian wajah pria itu.

Chu….

Sesaat kedua mata Donghae membulat menerima surprise kiss.Diluar dugaan Yong Eun yang pasif telah mengecup kilat dibibirnya.Setelah mencium Donghae,gadis itu mengigit bibirnya malu dengan pipi bersemu merah.Ia menunduk kepalanya,tidak berani menatap wajah Donghae sementara.

“A…aku terlalu senang dan refleks menciummu.” ujar Yong Eun mengakui kenyataan yang ada diperasaannya.Ekspresi khas gadis pemalu tersirat jelas diwajahnya.

Donghae masih terdiam dan menelan ludahnya sendiri.Perlakuan gadis itu sepertinya baru saja melumpuhkan otak sekilas.Jantungnya berdebar ketika kedua matanya tidak lepas dari wajah gadis sedang menahan malu.

“A..aku harus menyiapkan makan malam untukmu.”tanya Yong Eun mencoba mencari cara kabur dengan situasi menurutnya memalukan. Entahlah ia salah tingkah dan gugup ketika mencium bibir Donghae.

“Tidak usah,aku tidak lapar.Aku cuma….” potong Donghae menarik lengan Yong Eun yang akan beranjak pergi.

Ne?” Yong Eun menoleh kebelakang,tepat kearah Donghae dan menunjukkan ekspresi bertanya Tanya.Menunggu lanjutan ucapan terputus itu.

“Aku hanya ingin tidur disampingmu.Aku sudah terlalu merindukanmu.”

Tubuh mungil Yong Eun masuk kedalam pelukan pria itu.Donghae telah mendekapnya dari belakang dan tangannya melingkar dipundak gadis itu.Punggung Yong Eun merasakan denyut jantung Donghae.Ucapan pria itu juga menggetarkan dadanya pula.Sepertinya Yong Eun bisa merasakan sekujur tubuh memanas tapi justru disitulah ia nyaman dan tentram.Pelukan pria itu seolah olah mengatakan ‘aku butuh kamu’ secara tidak langsung.

“Aku sudah terlalu lelah beberapa hari terakhir ini dan mungkin kau bisa membantuku mengangkat bebanku.” lanjut Donghae terdengar lembut dan hangat.

Pelukan pria itu longgar dan gantinya Yong Eun merasakan kedua tangan Donghae membalikkan tubuhnya sehingga posisi mereka saling berhadapan.Yong Eun nyaris lupa cara bernafas setiap memandang tatapan Donghae yang lembut dan penuh kesepian tapi sangat…memikat..

Dengan pelan,kepala Donghae mulai bergerak maju.Yong Eun tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.Sekarang Yong Eun tinggal memenjamkan matanya serta menunggu beberapa detik lagi kehangatan yang memenuhi jiwanya terjadi secara nyata.

—————————————–

Hoahhhmmm….

Donghae terbangun dari posisi tidurnya sambil mengerjapkan matanya sebentar sekaligus mengumpul tenaga yang masih belum pulih.Ia menaruh tangannya kedepan mata,begitu silau dan belum terbiasa dengan cahaya matahari masuk disela ventilasi yang menusuk matanya.Ia menebak mungkin sekarang sudah hampir siang lalu melirik jam weker.Bingo…jam menunjuk 07:15 AM.

Pertama terbangun ia mencium wangi manis khas perempuan.Tentu saja semalaman tidur dikamar Yong Eun dan berbagi tempat tidur cukup sempit. Ia merasakan tangannya masih digenggam gadis masih pulas.Mungkin butuh waktu lumayan lama genggaman ini lepas sampai gadis itu terbangun dari mimpi.

Donghae melepaskan secara hati hati genggaman tangan Yong Eun dan berhasil.Tepat ia beranjak turun dari tempat tidur,tiba tiba ujung kaosnya dicengkram kuat.Donghae spontan menoleh kebelakang.Rupanya gadis itu masih belum sadar dari mimpi tidurnya tapi masih bisa menahan langkahnya.Senyum Donghae melengkung sempurna dan terkekeh.

“Sepertinya ada yang ketakutan disini jika aku pergi lagi.”

Donghae mengamati wajah Yong Eun tanpa dosa dan menghela nafas.Tawanya masih belum lenyap lalu ia kembali duduk sambil menyibak rambut yang menghalangi wajah gadis itu.

“Apakah kau mengijinkan aku buang air kecil disini jika kau masih tidak melepaskanku?” seru Donghae menyeringai.

Yong Eun sedikit menggeliat sebagai respon suara Donghae tapi tetap tidak membuka mata ataupun setidaknya sedikit terbangun.Sepertinya mimpi gadis itu dalam tidurnya terlalu sulit ditinggalkan. Apakah mimpi hari ini sangat indah?

Donghae mendesah dan mulai bosan karena Yong Eun tidak kunjung bangun.Dengan hati hati,ia melepas cengkraman Yong Eun dikaosnya dan berhasil. Donghae menarik selimut keatas sampai keleher gadis itu lalu berjalan mendekati jendela, berniat menyibak tirai.Sudah waktunya cahaya matahari bekerja menerangi ruang kamar.

Tiba tiba tangan Donghae mengepal dan mencengkram kuat tirai yang belum terbuka lebar.Raut wajahnya berubah menjadi ekspresi geram seolah menahan kemarahan yang hampir meluap.Bibirnya mengumam kecil tapi suara terdengar jelas.

“Brengsek….mereka disini.”

Terlihat dua pria yang amat dikenali Donghae sebagai agen polisi.Tentunya dua agen yang paling berambisi dan punya dendam pribadi padanya.Mereka berada ditempat tersembunyi namun terlihat jelas dari lantai dua -jendela kamar Yong Eun-.Donghae tahu dua agen sedang melakukan kegiatan pengintaian secara rahasia. Sekarang target mereka adalah Kang Yong Eun.

Donghae langsung cepat menutup rapat tirai, tidak membiarkan terlihat dari luar.Ia langsung berbalik dan tidak ingin melihat wujud dua pria itu lagi.Keringat dingin mulai menguasai dirinya. Nasib buruk masih ada didekatnya.

Pikiran mulai memenuhi isi kepalanya.Kecemasan luar biasa semakin bertambah kuat setiap melihat Yong Eun sedang terbaring damai dan tidak tahu apa apa dengan yang terjadi dibelakangnya.Gadis itu sama sekali tidak mengetahui tentang dua agen sedang mengintainya.

“Mereka tidak akan bisa merenggutmu dari aku.” batin Donghae dengan mata mengkilat tajam.

—————————————–

Kedua alis Yong Eun bertautan,mimik bingung diwajahnya.Ia sudah memperhatikan Donghae beberapa kali sambil memasak hidangan sarapan. Sejak Yong Eun bangun dari tidur,Donghae tidak banyak bicara dan hanya tersenyum tipis menyambutnya.Sama sekali jauh diharapkannya. Yong Eun ingin Donghae memberikan kiss atau kata ‘good morning‘ setiap dirinya membuka mata dipagi hari.

Donghae sekarang sedang duduk dimeja makan, lagi lagi termenung.Biasanya pria itu selalu merecoki Yong Eun didapur atau berteriak tidak sabar menunggu hidangan makanan matang tapi kali ini dia tidak melakukannya dan malah terus terusan diam seraya sedang memikirkan sesuatu. Yong Eun menggeleng kepalanya,semakin tidak mengerti dibalik perubahan Donghae hari ini.

Gadis itu meletakkan nampan berisi hidangan sarapan dimeja makan setelah matang.Omelette rice dan secangkir coffe siap mengisi perut diawal hari ini. Donghae masih tidak berkutik dan sibuk melamun sampai tidak sadar sarapan sudah didepan mata.

“Donghae oppa.” Yong Eun mengguncangkan tangan Donghae sampai pria itu terperangah. “Kau sedang banyak pikiran hari ini?”tanyanya sedikit cemas.

Donghae menyunggingkan senyum tipis -terlihat palsu- dan menggeleng.Ia langsung melahap sarapannya tanpa banyak bicara.Sementara Yong Eun mencurigai jawaban pria itu.Ia yakin Donghae sedang tidak baik baik saja,namun pria itu menyembunyikan darinya.Hal ini membuat Yong Eun jadi gelisah dan pikirannya terusik.

“Hei..kenapa diam saja?Makanlah!”

Suara Donghae menginterupsinya dan senyum lebar terukir diwajahnya.Ah…senyuman itu akhirnya terlihat juga,spontan Yong Eun ikut tersenyum.Sebagai anak penurut,ia segera memakan sarapannya. Yong Eun segera membuang jauh jauh kekhawatirannya barusan. Yang penting pria itu baik baik saja dan sudah kembali disisinya…itu sudah cukup…

——————————————-

Yong Eun mengayunkan langkahnya menuju TK Sunny,tempatnya bekerja.Sesekali ia merapatkan coat hijaunya dan menenggelamkan sebagian kepala dibalik syal yang melingkar dilehernya. Bibirnya tersungging dan kedua mata tersirat ekspresi senang.

Tampaknya ini akan menjadi hari baik dihari pertama musim dingin tahun ini.Yong Eun mendongkahkan kepalanya,memandang langit cerah dan belum turun salju.Dihari pertama dimusim dingin tahun ini,Yong Eun tidak perlu sendirian sambil menyalakan mesin penghangat seperti tahun sebelumnya.Tahun ini ia berharap bisa memeluk tubuh hangat Donghae,sebuah kebahagiaan yang direncanakannya nanti jika salju turun lebat.

Bibirnya mengumamkan senandung.Sejak pria itu pulang,moodnya berubah menjadi lebih baik dan bersemangat lagi.Mungkin nanti ia tidak perlu dipandangi penuh kekhawatiran oleh murid atau guru satu TK seperti kemarin.Perasaan yang enteng ketika semua menganggunya telah terselesaikan dalam sehari,salah satunya soal masalah Henry dan Donghae sudah pulang.

Senyumnya mendadak lenyap.Ia telah melupakan satu hal yang tidak boleh dianggap enteng. Donghae masih berstatus criminal dan tentunya bersembunyi dari agen polisi.Kepala mendadak pusing jika membayangkan Donghae tertangkap. Ia tidak ingin hal itu terjadi.

Bukankah Donghae tidak melakukan suatu pembunuhan?Lalu mengapa dia masih terus bersembunyi?Astaga…aku lupa menanyakan apa dibalik alasan Donghae melarikan diri jika dia tidak bersalah.Inilah yang mengusik pikirannya sekarang.

Yong Eun menghela nafas lalu menggeleng kepala.Setelah tenang dan menyingkirkan rasa penasarannya,ia kembali melanjutkan perjalanannya. Aktifitas mengajar akan dimulai 15 menit lagi.Sebagai guru,Yong Eun tidak ingin telat dan terpaksa berlari kecil menuju gedung TK yang letaknya masih setengah jalan lagi.

——————————————–

Dua agen polisi,Jang Jae Byuk dan Han Siwoo terus menatap lurus dan menjaga jarak beberapa meter dari targetnya.Ia sama sekali tidak melewatkan satupun gerak gerik seorang gadis sedang berjalan disana.Terus mengikuti langkah dimanapun gadis itu berjalan dan tentunya tanpa sepengetahuannya.Begitulah kegiatan pengintaian.

Kemanapun Yong Eun berada,maka mereka akan ada dibelakangnya dan terus mengamati aktifitas dilakukan gadis itu.Dua agen memfokuskan diri pada target kecil demi mendapatkan tangkapan besar.Tentunya ia tidak akan menyia nyiakan cara ini sebab tangkapan terbesar mereka masih misterius keberadaannya.

Melakukan pengintaian sudah beberapa hari dan memang belum bisa berhasil menemukan Aiden Lee tapi mereka bisa mengendus jejaknya melalui Kang Yong Eun.Entahlah apa yang membuat mereka sangat yakin.Mungkin itu semua karena insting kuat polisi dan tentunya sebagai orang paling berambisi meringkus pria bernama samaran Aiden Lee.

————————————–

Donghae menurunkan ujung topinya sampai wajahnya hampir tak terlihat.Kedua iris dibalik kacamata terus menangkap dua sosok yang paling dihindarinya dari jarak beberapa meter.Dengan lihai,ia tetap menyembunyikan keberadaannya sehingga dua agen yang daritadi melakukan pengintaian tidak sadar bahwa orang ingin mereka tangkap justru ada dibelakangnya,sedang mengawasi mereka.

Donghae berkonsentrasi mengawasi dua agen dan Yong Eun secara bergantian dalam waktu bersamaan.Ia bisa melihat apa saja yang dilakukan dua agen.Cukup sulit dan tentunya sangat menantang.

Meski terlalu nekat tapi Donghae merasa ia harus melakukannya.Dengan cara ini,Donghae merasa bisa menjaga Yong Eun dari kelicikan dua agen. Yeah…semua demi gadis itu.

—————————————

Diruang kelas TK bernuansa full color yang disukai anak anak,dinding ditempel berbagai karya anak murid sekelas serta hiasan hiasan lucu.Yong Eun menyunggingkan senyum hangat dan memandangi satu per satu muridnya yang sibuk menggambar dikertas masing masing. Yuph..pelajaran hari ini adalah menggambar bebas.

Begitu lucu dan menggemaskan jika anak anak sedang sangat serius menekuni aktivitasnya.Yong Eun ingin mencubit pipi bulat muridnya karena terlalu gemas.Tiba tiba ia merasakan ujung roknya sedikit ditarik sehingga Yong Eun langsung menoleh.

Songsaengnim,apakah gambarku bagus?” tanya anak perempuan berambut pendek dengan mata bulatnya.

Yong Eun menekuk lutut,menyamakan tinggi anak tersebut lalu diamatinya gambar dipegang anak itu “Wah…manis sekali gambarmu,Dal Hyun-ah.” jawabnya mengelus dagu anak bernama Dal Hyun.Setelah memuji,kening Yong Eun mengerut sebagai mimik heran “Kau menggambar putri dan pangeran.Itu putri dengan namamu tapi kenapa pangerannya tidak ada nama?”

Dal Hyun terkikih khas anak kecil dan matanya berbinar binar “Pangerannya belum ada nama sebab aku belum menemukannya.Eomma bilang padaku, pangeranku akan datang nanti ketika aku sudah besar dan bertemu orang yang ditakdirkan untukku.”jawabnya senang.

Mata Yong Eun melebar lalu tertawa kecil dengan kepolosan anak anak “Hmm…Berarti kamu akan mengisi nama pangeran jika kau besar nanti?”

Dal Hyun mengangguk antusias lalu menatap lurus kearah Yong Eun sambil memiringkan kepalanya dengan mimik penasaran “Apakah songsaengnim sudah bertemu dengan pangeran?”

Mata Yong Eun melebar.Otomatis wajah Donghae langsung muncul dipikiran Yong Eun ketika Dal Hyun melempar pertanyaan seperti itu. Kemudian ia mengulum tawanya.Lee Donghae sama sekali tidak pantas dengan gambaran pangeran yang diimpikan anak perempuan.

Kemudian,Yong Eun mencubit gemas namun pelan dipipi Dal Hyun “Mungkin aku sudah bertemu pangeran.” jawab Yong Eun beranjak berdiri.

Tiba tiba Yong Eun tercekat merasakan tubuhnya yang mulai gamang.Kepalanya terasa amat sangat berat dan mendadak pandangannya gelap. Tubuhnya merosot dan tergeletak dilantai begitu saja,ia kehilangan kesadarannya.Samar samar terdengar suara muridnya yang berteriak memanggil namanya berulang kali dengan suara cemas.

———————————————-

Derap langkah tergesa gesa ditengah koridor rumah sakit yang sepi.Donghae mengedarkan matanya satu per satu papan nomor tiap pintu dengan ekspresi panik.Dipikirannya cuma bagaimana ia ingin sampai ditempat kekasihnya, Kang Yong Eun. Donghae nyaris tidak bisa bernafas ketika melihat Yong Eun dalam keadaan hilang kesadaran dan dibawa salah satu rumah sakit terdekat.

Tepat ia berbelok kekoridor yang diyakini letak ruang Yong Eun berada,nafas Donghae tidak beraturan lagi dan peluh keringatnya sudah membasahi tubuh.Ia mendadak memundurkan langkahnya perlahan.Tangannya terkepal kuat sampai uratnya keluar dan rahang mengeras.Lagi lagi ada dinding besar menghambat dirinya menemui Yong Eun.

Siwoo terlihat sesekali mengintip ruang rawat Yong Eun lalu berbisik ditelinga rekannya, Jaebyuk.Mereka terlihat serius terlibat suatu pembicaraannya.Donghae tidak peduli ataupun penasaran apa yang sedang dibicarakan dua agen.Dipikirannya hanya ingin melihat keadaan Yong Eun secara langsung.

“Rasanya sebentar lagi aku akan gila.”pikirnya mencengkram kuat rambutnya.Ia sudah mulai frustasi dengan situasi tidak menguntungkan.

Donghae langsung bersembunyi dibelokan koridor.Dipandanginya pintu ruang Yong Eun dengan tatapan nanar.Ia tidak bisa kesana dan disitulah kekecewaan Donghae makin menguat. Kemudian memejamkan matanya kuat dan memutar otak.Ia tidak bisa diam begitu saja, pasti ada cara menemui Yong Eun.

Beberapa menit kemudian ia mendengar derap langkah yang mulai menjauh,Donghae sedikit melonggokan kepala dari tempat bersembunyinya dan melihat tidak ada seorangpun lagi didepan ruang rawat Yong Eun.Dua agen itu tampaknya sudah pergi meninggalkan tempat ini.Mungkin itu kesempatan bagus.

Setelah memastikan aman dalam beberapa menit, Donghae memberanikan diri keluar dari tempat persembunyiannya dan berjalan pelan menuju ruang Yong Eun.Tepat didepan ruang Yong Eun, ia terdiam sebentar sambil memegangi kenop pintu.Namun Donghae masih merasakan sedikit keganjilan disekitarnya.Kemudian Donghae melihat kearah kiri-kanan dengan mata elangnya seraya memastikan kondisi sudah benar benar aman.

—————————————

Diruang serba putih berukuran tidak terlalu besar dengan bau khas cairan medis menusuk hidung Yong Eun yang terbaring lemah.Kedua matanya bergerak perlahan ketika kesadaran berangsur pulih.Ketika mata sudah mulai terbuka,sekitarnya terlihat sekelebat bayangan lalu mengerjapkan- nya beberapa kali sampai penglihatan lebih jelas.

Nafasnya tertahan mendapatkan dirinya berada ditempat asing dan disampingnya ada seorang wanita muda berseragam perawat.Spontan Yong Eun bangun dari posisi tidurnya seolah panik dan kaget.Kemudian,ia melirik kekanan kiri dan bingung.

“Tenanglah,aggaeshi.Anda baru saja diberi perawatan dirumah sakit sejak dua jam lalu.” ujar perawat lembut memegangi pundak Yong Eun, menenangkan pasiennya.

Yong Eun mengangkat sebelah tangannya yang sedang diinfus lalu ia memegangi kepala yang masih terasa pening.Baru teringat dirinya telah pingsan ditengah jam mengajar dan tentunya pasti terjadi kehebohan dalam beberapa saat disekolah.Yong Eun melirik perawat sedang sibuk mencatat kondisinya dan sesekali memperhatikan takaran kantong infus yang sudah tinggal setengah.

“Suami anda pasti senang mendengarnya.” sahut perawat dengan nada ramah setelah menyelesaikan aktifitas yang dilakukannya barusan.

Kedua alis Yong Eun bertautan dan ekspresi bingung terlihat diwajahnya.Ia bisa melihat wajah sumringah perawat seolah punya kabar menggembirakan siap mengejutkannya.

“A..aku tidak punya suami.”

Perawat itu langsung menutup mulutnya dan kaget lalu ia membungkuhkan tubuhnya seraya mengucapkan maaf berkali kali.Sikap perawat itu makin membuat tanda tanya semakin besar bagi Yong Eun.Ia sama sekali tidak mengerti apa kesalahan perawat itu sampai meminta maaf.

“Memang apa yang terjadi?Aku tidak tahu dimana salahmu dan mengapa kamu memohon maaf seperti ini?” tanya Yong Eun menggeleng heran.

“Ah…itu..aggaeshi..saya pikir anda sudah menikah sebab anda sedang mengandung anak.” jawab perawat itu dengan hati hati.

Tubuh Yong Eun langsung menegang.Seperti ada petir menyambarnya ketika mendengar kabar tersebut.Ia merasakan jantungnya nyaris berhenti dan terlalu shock sampai tidak bisa berbicara. Kemudian,ia menyentuh perutnya dan merasakan ada detak kehidupan disana.Wajah yang pucat itu masih terkejut dan bingung antara percaya atau tidak.Benarkah ia hamil?

“B..bisakah kamu jelaskan bagaimana keadaan kehamilanku?” pinta Yong Eun berusaha menyelesaikan kalimatnya.

“Menurut prosedur pemeriksaan dan tanda tanda aggaeshi memang menunjukkan ada janin sedang berkembang dalam rahim.Kondisi janinnya pun masih muda dan berumur 3 minggu.” ujar perawat itu lagi lagi dengan wajah cemas.

Pundak Yong Eun melemas dan tercengang.Mata mulai berkaca kaca dan sulit bernafas sekarang. Ia yakin semua ini karena pria itu…Lee Donghae. Hanya dia yang menyentuhnya selama ini. Bagaimana ini bisa terjadi diluar pernikahan? Yong Eun tidak bisa memikirkan apa selanjutnya nanti dan mulai takut anak ini semakin tumbuh karena hubungan yang sebenarnya dilarang agama maupun aturan masyarakat.

Mata Yong Eun terpenjam sehingga air matanya menetes,mengalir dipipinya.Mulai terbayang bayang dimana saat Donghae mencumbuinya dan ia membiarkan perlakuan itu tetap berlanjut. Beginilah hasilnya dan ia tidak bisa dicegah lagi. Benih pria itu terlanjur tertanam dalam rahimnya dan secara bertahap akan tumbuh.Yong Eun mengepal tangannya kuat,mencengkram selimut.

Ckleekkk….

Spontan Yong Eun membuka matanya dan menoleh kearah pintu yang bergeser.Sosok pria dengan wajah pucat dan menampakan kegundahan.Rupanya perawat sudah keluar dari ruangan dan muncul Donghae diujung pintu.Pria itu melangkah linglung masuk kedalam setelah menutup kembali pintu.

“Benarkah itu?K..kau hamil?”

Yong Eun terdiam dan tampak sedikit gelagapan. Ia merasakan tubuhnya semakin bergemetaran hebat dan mendengar suara Donghae yang terputus putus itu membuatnya semakin takut. Yong Eun mengigit jarinya dan tampak gusar.

“Yakh…kenapa diam saja?Apa kamu sedang mengandung anakku,Yong Eun-ah?” Donghae meninggikan suaranya sampai gadisnya tersentak kaget.

Dengan nafas tercekat,Yong Eun mengangguk pelan.Akhirnya ia harus menyatakan kejujuran.Ia berusaha membuka mulutnya yang awalnya tidak bisa menjawab dan selanjutnya ia tidak pernah tahu apa reaksi Donghae berikutnya.

“A..aku hamil dan kandungan sudah berumur 3 minggu.” jawabnya dengan suara parau sambil menundukkan kepalanya.Entahlah ia tidak berani melihat wajah Donghae saat ini.

Lutut Donghae melemah seketika.Sebenarnya ia tahu kehamilan ketika tidak sengaja mendengar percakapan perawat barusan.Namun ia mencoba memastikan sendiri sekali lagi jika telinganya tidak salah dengar.Rupanya benar Yong Eun sedang mengandung anak darinya.Sudah 3 minggu berarti terjadi ketika dirinya pertama kali menyentuh Yong Eun dan kejadian keduanya dimobil.Setelah memikirkan hal itu terjadi,lutut Donghae terjatuh membentur ubin dan ia bersimpuh dilantai.

Rahang Donghae mengeras,kedua tangan terkepal kuat.Menyesal.Sudah seharusnya ia tidak melakukan apalagi pada gadis disayanginya. Menyesali kesalahannya telah mengacaukan kehidupan gadisnya bahkan bisa berpengaruh dimasa depannya.Tidak bisa menahan nafsunya, itulah kesalahannya.Donghae semakin depresi setiap melihat wajah Yong Eun sedang terisak pelan tanpa suara.Gadis itu tampak goyah sambil memegangi perutnya sendiri.

Donghae beranjak berdiri dan melangkah mendekati Yong Eun.Tepat disamping tempat tidur,ia mengangkat kepala Yong Eun lalu disekanya pula air mata dipipi.Kedua mata Donghae memandang lurus mata basah milik Yong Eun.Disitulah gadis ini terlihat sangat rapuh.Sambil membulatkan tekad,mulut Donghae meluncur kalimat menurutnya sebagai pemecah ketegangan masalah ini.

“Aku harus bertanggung jawab atas kehamilanmu.Maka menikahlah denganku!”

———-T.B.C——–

Thanks yang sudah baca ff ini sampai habis…Seperti biasa aku memohon kalian meninggalkan komentar.Diterima baik saran maupun kritik.

Don’t be Silent Reader!Please Give Me Your Comment!

Love Letter

$
0
0

Cast:

Kim Jonghyun

Han Saeyoung

Genre: Romance

By: @Mischa_Jung

—————————————-

Buat reader yang suntuk menunggu ff ‘Bad Guy Bad Romance’ atau ‘Criminal’,aku mengeluarkan ff oneshoot dulu.Happy reading!!!

********************

Backsound: FT Triple – Love Letter

Jonghyun mengayunkan langkahnya dengan pelan, hidungnya menghirup udara musim dingin dinegara Inggris.Lagu bertempo slow berdendang lembut dikedua telinganya yang disumpal headset.Ia berjalan ditengah kerumunan manusia yang memadati area pejalan kaki kawasan Oxford City, London. Kemudian memasukan tangannya yang kedinginan kedalam saku jaket dan ia mendongkahkan kepalanya melihat cuaca hari ini.

Sore ini lumayan cerah namun udara dingin masih membuatnya membeku sehingga ujung hidungnya memerah.Terdapat pula kepulan uap yang keluar dari mulutnya ketika menghela nafas.Jonghyun menghentikan langkah tepat lampu lalu lintas menandakan pejalan kaki tidak boleh menyebrang dan giliran kendaraan bermotor menggunakan jalan.Berdiri, terdiam menunggu lampu merah berubah jadi lampu hijau khusus pejalan kaki.

Jonghyun merasakan dadanya kembali merasakan perasaan yang tidak asing lagi.Sebuah kerinduan telah menyesakkan dada.Tepat lagu berjudul ‘She’s The One‘ dari penyanyi Robbie Williams sedang mengalun ditelinganya yang menyebabkan perasaan itu lagi lagi muncul. Teringat dahulu seberapa seringnya ia menyanyikan lagu itu.Bisa dibilang lagu ini menyisakan seberkas kenangan kecil dibagian masa lalunya.

Jonghyun tidak membenci lagu itu,hanya saja menyesal masih menyimpan lagu tersebut di playlist musiknya.Sekelebat ingatan lama sedang bermain di otaknya.Lagu yang pernah membahagiakannya bahkan ketika gadis itu masih disampingnya.Biasanya gadis itu bersandar dipundak Jonghyun sambil menikmati lantunan nada suaranya.Setelah Jonghyun menyelesaikan nyanyiannya,gadis itu selalu menatapnya lembut dan mengeluarkan senyuman termanis.

Tubuhnya seolah membeku ketika masih menangkap senyum dimatanya meski gadis itu tidak ada disekitarnya.Yeah…itu semua hanya halusinasi yang menggambarkan perasaannya.Tidak bisa mengelak lagi Jonghyun sangat merindukan gadis itu dan  rasanya ingin segera berlari kerumah lalu menekan bel sampai gadis itu muncul dihadapannya. Namun tidak mungkin jika dirinya ingin melakukan hal seperti itu.Keberadaan gadis itupun sudah dipisahkan oleh benua dan Jonghyun tidak ingin meneruskan kontak lagi setelah setahun lalu.

Kedua mata Jonghyun mengerjap pelan dan menghela nafas berat ketika lampu hijau khusus pejalan kaki sudah menyala.Ia menyebrangi jalan dengan pikiran yang tak menentu.Han Saeyoung,nama gadis itu terus terusan menyelimutinya dan membuat perasaan rindu semakin kuat.Lagi lagi menyesali kesalahan yang pernah dibuatnya.Seandainya saja ia tidak bersikap cuek yang melukai gadis itu.

Tepat mencapai gedung kecil berarsitektur eropa klasik seperti bangunan di Inggris pada umumnya, Jonghyun masuk kedalam dan menaiki tangga sampai dilantai 5. Kemudian ia membuka pintu flat apartemennya dan berjalan masuk kedalam kamar sunyi tanpa sambutan siapapun. Sudah lewat tiga tahun tinggal sendirian untuk memenuhi kuliahnya.

Samar samar terdengar derap langkah lain dalam salah satu ruang diflat.Jonghyun  menaruh tas sembarang dilantai dan bergegas.Satu nama muncul dipikirannya membuat ia mengeluarkan suaranya.Ia berpikir pemilik derap langkah adalah orang itu.

“Saeyoung-ah,kamu disini?”

Tidak ada jawaban apapun membuat Jonghyun memutuskan menelusuri sambil mencari arah sumber suara dan tiba tiba dikejutkan seekor kucing ras british short hair melompat kearahnya dari salah satu lemari kecil. Spontan Jonghyun menahan tubuh kucing tersebut dan membawanya keruang tengah.Ia duduk disofa yang bisa ditempati dua-tiga orang sambil membelai lembut bulu kucingnya.

“Bodoh sekali aku mengira Saeyoung ada disini.” ujarnya tersenyum miris menatap kucing yang sudah mendengkur dipangkuannya.

Jonghyun mengangkat kepalanya,menoleh kesekeliling nya dan merasakan terlalu sepinya tempat ini.Ia masih bisa merasakan hawa sosok Saeyoung disini.Sebelum lewat setahun,Saeyoung muncul diflatnya adalah pemandangan biasa dilihatnya.Biasanya gadis itu akan menyiapkan hidangan makanan terutama sayuran untuknya salah satu pembenci sayuran,membersihkan flat sambil mengomel karena pemilik kamar cukup tidak teratur dalam kebersihan sambil  membuang majalah-dvd yang biasa dimiliki pria dewasa atau dia datang untuk sekedar menganggunya jika sedang libur.Jonghyun ingin mencari kembali dimasa itu meski kelakuan overprotektifnya kadang mengesalkan.

Ingin mendengar suara tawa,omelan atau tangisnya yang pernah bergema disini.Kedatangan Saeyoung terlalu banyak meninggalkan kenangan yang mungkin tidak istimewa menurut orang lain.Dan satu satunya peninggalan gadis itu hanya kucing ini.

#Flashback.

“Jonghyun-ah,aku mohon..” Saeyoung menatap Jonghyun dengan tatapan berharap bahkan mengeluarkan mimik innocent andalannya.Ia berdiri didepan pintu flat dan tidak diijinkan masuk oleh sang pemilik sekaligus kekasihnya,Kim Jonghyun.

“Ck…tidak ada binatang didalam flatku.Kembalikan kucing itu ketempat semula atau kamu tidak akan masuk kedalam flat apartemenku selamanya.” seru Jonghyun mendelik tajam sekaligus memberikan ancaman pada gadis yang daritadi memelas.

“Jangan jahat begitu.Ayolah…kasihanilah kucing diterlantarkan.Lihatlah!kucing ini sangat lucu dan juga sangat menggemaskan.” Saeyoung mengangkat kucing dalam pelukannya dan masih belum menyerah meski sudah ditolak keras.

No…”

Please,Jonghyun-ah!Sekali ini saja kabulkan permintaanku.Aku pernah ingin memelihara binatang bersamamu dan kebetulan kucing manis ini adalah binatang tepat untuk kita.”

“Tidak…aku tidak begitu suka binatang.Lagipula kucing ini pasti kamu tinggalkan ditempatku karena teman sekamarmu alergi hewan berbulu. See…pasti aku yang repot mengurusi kucing ini.” Jonghyun melipat kedua tangannya didepan dada,berdiri tepat dipintu dan terus menghalangi Saeyoung agar tidak bisa masuk kedalam flat miliknya.

“Aku janji aku akan sering datang kesini demi mengurus kucing ini.Anggap saja kucing ini adalah anak kita.Ayolah…kumohon!” kata Saeyoung seraya menangkup kedua tangannya, memohon pada pria masih keras kepala.

“Kalau kamu ingin anak,kita bisa mendapatkannya nanti jika kamu jadi istriku…atau…. kamu malah mau sekarang?” balas Jonghyun enteng sambil tersenyum menyeringai.Ia sengaja mendekatkan kepalanya, menyisakan beberapa senti jarak antara dirinya dengan wajah Saeyoung.

Pipi Saeyoung langsung memerah lalu menggeleng cepat setelah mendengar ucapan Jonghyun bahkan ia refleks mundur selangkah.Pria itu menggodanya.

“Jangan mesum!” teriaknya.

Jonghyun menegakkan tubuhnya sambil mendesah kecil “Kalau begitu kembalikan kucing itu ketempat semula! Tidak selamanya kucing akan menjadi binatang lucu.” katanya mencoba memberi pencerahan untuk Saeyoung.

Saeyoung menundukkan kepalanya,kedua pundaknya lemas.Kecewa.Tanpa bicara banyak atau berargumen lagi,gadis itu berjalan pergi sambil membawa kucing. Jonghyun menggeleng kepala melihat sosok belakang Saeyoung sedang menuruni tangga seraya membawa pergi kucing itu.

Melihat aura yang muram seolah tidak bahagia itu membuat Jonghyun menghela nafas dan terpaksa mengalah pada egonya.Selalu begitu…ia tidak akan tega jika gadis itu seperti itu.Mungkin benar kata orang terdekatnya,Han Saeyoung adalah titik kelemahannya.

“Saeyoung-ah..” panggil Jonghyun sehingga langkah gadis itu berhenti sejenak tapi masih membelakangi kekasihnya. “Masuklah dan tentukan nama kucing itu untuk kita rawat bersama!” sambungnya sedikit dingin dan ketus.

Kedua mata Saeyoung langsung berbinar dan ia berbalik menatap pria itu dengan ekspresi tidak menyangka.Kemudian dia berlari tergesa gesa menaiki tangga,kembali dihadapan Jonghyun dengan senyum lebarnya dan terlihat jelas rasa senang tersirat darinya.Sementara Jonghyun meringgis menanggapi ekspresi Saeyoung lalu beralih menatap kucing itu dengan malas dan merasa kalah.

 #End Flashback

Odith…begitulah Saeyoung memberi nama kucing itu. Ia mencuri nama dari salah satu dewi kecantikan ‘Aphrodithe’ dalam mitologi Yunani.Jonghyun tidak mengerti sampai sekarang alasan nama itu harus diberikan pada kucing jantan ini tapi ia tidak protes dan membiarkan gadis itu memanggil kucing dengan sebutan ‘Odith’.

Semenjak keberadaan Odith diflatnya cukup mengundang kecemburuan Jonghyun yang merasa perhatian Saeyoung dicuri seekor anak kucing. Namun ia tidak terang terangan menunjukkan rasa iri sebab dirinya bukan tipe seperti itu.Disisi lain,Jonghyun merasa flat lebih ceria setiap tawa nyaring Saeyoung menonton tingkah gemas Odith.Ia cukup menikmati hidup bersama dengan Odith yang membuat Saeyoung lebih sering ada diflatnya sehingga pulang pada jam cukup larut.Gadis itu biasanya merengkek minta ditemani pulang dengan alasan ‘bahaya wanita cantik sendirian dinegara asing’.

Jonghyun menaruh Odith di sofa dan membiarkan tidur nyenyak disana lalu ia menyandarkan punggung. Dipenjamkan kedua matanya dan membayangkan Saeyoung melakukan berbagai aktifitas seolah gadis itu ada disekitarnya.Bayangan Saeyoung sedang mondar mandir didepannya terasa nyata.

——————————————

Han Saeyoung,gadis itu daritadi tidak menyingkir dari hadapan laptopnya.Tidak peduli salju pertama mulai turun dilangit Seoul dan suara riuh anak kecil menyambut turunnya salju diluar rumah serta bermain main.Kedua matanya terpaku menatap layar sedang menampilkan seluruh foto dalam sebuah folder.Foto foto itu berganti secara slide show.

Setiap potret itu berisi pria yang sama.Seorang lelaki yang mengisi hatinya selama tiga tahun terakhir dan berpisah begitu saja.Garis wajah keras yang terbilang tampan,rahangnya tegas dan memiliki badan cukup berotot serta gaya cueknya itu memiliki nama Kim Jonghyun.

Seulas senyum kecil diwajah Saeyoung setiap memandangi satu per satu potret potretnya yang memiliki kesan kuat dan bahagia.Ia cukup usil untuk memotret Jonghyun tanpa ijin.Beberapa foto konyol  yang tertangkap di kamera tanpa pria itu sadar. Namun Saeyoung tidak bisa tertawa lepas seperti dulu ketika foto konyol itu didepan matanya.

Rasanya sulit jika mengingat sudah lumayan lama ia tidak berhubungan lagi dengan pria itu bahkan kehilangan kontak.Tidak pernah bertemu itu sudah sewajarnya karena sudah terpisahkan oleh waktu dan benua.Rasanya sulit jika bertemu lagi meski masih punya perasaan yang belum berubah. Perpisahan adalah paling disesalinya tapi sudah takdir mereka seperti ini.

Titik bening mulai memenuhi pelupuk matanya ketika salah satu potret Jonghyun sedang tersenyum sambil menggendong Odith,kucing yang dipelihara olehnya bersama pria itu.Ingin kembali kemasa masa itu lagi meski harus melewati pertengkaran tidak berguna.

“Seandainya aku tidak pernah mengatakan ‘kita berpisah saja’ atau bersikap terlalu kekanakan, mungkin saja aku masih ada disana…ditempatmu..”

Setelah gumaman itu terucap,lelehan air mata turun dipipinya.Merindukan Kim Jonghyun adalah kondisi terberat dialaminya.Kemudian ia membuka salah satu web layanan email dan mulai menulis sesuatu disana.

To: Kim Jonghyun

Cc:
Subject: Untitle Message

Bagaimana kabarmu diInggris?Apakah disana sedang turun salju seperti di Seoul?Apakah disana sangat dingin?Mungkin aneh jika aku menanyakan kabarmu setelah kita tidak saling bicara selama setahun dan pulang ke Seoul.

Disini sangat dingin membuatku beku.Aku ingin lagi dipeluk olehmu seperti yang biasa kau lakukan ketika kedinginan.Hahahaha…..aku bodoh sekali masih saja mengharapkan kebaikanmu lagi padahal aku sendiri pergi dan mengakhiri semua antara kita.Kau boleh menganggapku wanita jahat.

Percaya atau tidak ketika aku kembali ke Seoul,aku sering terbangun lalu buru buru keluar karena harus menepati janjiku mengurus Odith dan juga menemuimu.Ketika aku keluar rumah setelah berpakaian lengkap,aku melihat lingkunganku berubah dan sadar bahwa aku telah meninggalkanmu.Inilah ketololanku.

Masakanku yang selalu kau makan dengan lahap terasa hambar dilidahku.Aku tidak mengerti mengapa bisa seperti ini?Aku tidak dapat makan dengan baik. Sulit menelan makanan sampai kenyang karena aku selalu membayangkan kau ada duduk didepanku, makan bersamaku.

Menangisimu sudah jadi kebiasaanku.Aku masih mencintaimu tapi aku bukan orang penyabar yang bisa menghadapi sifatmu yang terlalu cuek dan sibuk dengan dunia sendiri.Seandainya saja aku bisa bertahan lebih lama lagi tapi ternyata aku terlanjur mengatakan kalimat menyakitkan.Jika seandainya waktu itu kamu memintaku kembali,aku pasti mengabulkan itu tanpa berpikir panjang.Sayangnya kamu tidak melakukannya sehingga aku tidak bisa apa apa selain pergi dan kehilangan harapan.

Sudah dari sejak awal kita memang berbeda dan berbanding terbalik.Kau dan aku sering tidak sejalan dan tidak satu sepemahaman.Dari dulu aku tahu sebenarnya kita tidak cocok tapi aku tidak peduli hal itu karena aku menyukaimu.Kenyataan tetaplah kenyataan…ketidakcocokan itu justru menjadi perpisahan antara kita.Aku yang memulainya tapi juga yang mengakhirinya.

Mungkin karena kamu akan mendapat wanita lebih baik dan hidup baik tanpaku.Mungkin saja nasib kita memang seperti itu.Kuharap kamu selalu sehat dan bahagia.

Air mata Saeyoung menetes tepat diatas tuts keyboard laptop.Tangan  daritadi memegang kendali mouse kini bergetar ketika pointer tepat dikotak send.Ada keraguan terselip didadanya.Tidak bisa mengirim e-mail dan tidak ingin pria itu membaca apa yang ingin diungkapkan.Sama sekali tidak bisa menyampaikan tulisan yang diketiknya.

Mendadak suara Jonghyun menyanyikan bait lagu ‘She’s The One’ bergema digendang telinganya seolah suara itu berada sangat dekat dengannya.Tubuh Saeyoung bergetar hebat dan sulit bernafas sekarang. Rasanya sesak dan tidak bisa mengendalikan air matanya lagi.

Tangannya menggerakan mouse sehingga pointer mengklik kotak draft.Ia tetap tidak bisa mengirim e-mail sampai kotak draft sudah menyimpan lebih dari 50 e-mail yang ditujukan ke akun pria yang sama.Hati menjadi miris ketika melihat seberapa banyaknya ia mengetik email dan tidak pernah dikirim.

—————————————–

Pintu kamar tidur terbuka lebar dan terlihat sedikit berantakan.Inilah yang terjadi setelah gadis itu pergi. Bukannya Jonghyun tidak bisa mengurus diri tapi hanya saja ia sulit melakukannya.Entahlah semenjak Saeyoung pergi,keadaan jadi berbeda dan tentunya lebih terasa….hampa…

Jiwanya seolah kosong dan dunia jadi tidak berharga, itulah yang dipikirannya.Merasa tidak berguna sebagai manusia.Ketika gadis itu ada, setidaknya ia bisa menjadi penjaganya ataupun membagi sedikit perhatian untuknya meski dirinya bukan tipe peduli terutama mengenai wanita.Khusus pada Saeyoung, Jonghyun bisa jadi berbeda dari sifat aslinya dan entahlah kelembutan yang tersembunyi akan keluar secara alami.Hal itu membuktikan bahwa Han Saeyoung adalah…wanita teristimewanya.

Terlalu mudah mengubah jati dirinya jika sekali melihat gadis itu tersenyum.Panas yang terik pun terasa damai dan hangat jika dia bergelayut manja ditangannya.Kecupan kecil mampu meredakan setiap amarahnya yang Jonghyun yakini itu adalah senjata terampuh gadis itu.Tangis kecil meluluhkan hati dingin dan keegoisannya.Jonghyun bersikap seolah tidak peduli dan gengsi bilang ‘saranghae’ namun didalam batin terus mengulang kalimat itu.

Jonghyun mendekati meja belajar yang berhadapan langsung dengan jendela.Ia meraih bingkai foto dari atas meja dan tersenyum miris.Siluet wajah cantik dengan senyum yang paling ingin dilihatnya sekarang kini tercetak dalam kertas potret.Kulit putih,rambut panjang digerai dengan warna hitam kecoklatan dan kedua mata tidak begitu besar bahkan cenderung sipit namun berbinar lembut.Sementara Jonghyun dalam potret itu tersenyum disamping gadis itu.Ia ingat awalnya ia tidak ingin menaruh foto dikamar namun gadis itu bersikeras memajangnya bahkan sampai sekarang Jonghyun tidak pernah menyingkirkan bingkai itu sampai sekarang.

Kemudian Jonghyun menaruh bingkai foto ketempat semula.Lagi lagi perih menyerang dada.Selalu begitu. Pertengkaran kecil yang konyol menjadi seperti kenangan indah namun menyakitkan juga.Jonghyun menarik kursi lalu duduk.Terdiam sambil menatap kosong kearah beberapa lembar kertas dan pulpen yang tergeletak diatas meja.Ia mengenggam pulpen lalu mengoreskan rangkaian kalimat diatas kertas kosong.Semua ditujukan untuk Han Saeyoung yang masih mengisi otaknya.

London,4 December 2010.

Are you doing okay?Aren’t you sick?Aku selalu mempertanyakan dua kalimat setiap mengingatmu. Ini kebiasaanku sekarang,mengkhawatirkanmu tanpa aku. Apakah kamu makan dengan baik?aku takut kamu tidak menjaga gizimu karena aku tahu kamu tipe suka lupa makan jika sedang sibuk dan fokus suatu kegiatan.Kuharap kamu makan dengan baik seperti yang kau tegaskan padaku.

Disini musim dingin?Apakah disana juga sangat dingin ataukah mungkin sudah turun salju.Pakailah baju hangat ketika kedinginan.Aku mengkhawatirkan- mu yang mudah kedinginan.Disana tidak ada yang bisa memberimu pelukan yang menghangatkanmu seperti kebiasaanku disini bersamamu.

Ketika aku berjalan keluar malam malam,aku mengingatmu dan cemas.Siapa yang kau panggil jika kamu takut berjalan sendirian dimalam hari.Aku berharap ada yang menjagamu disana atau pergilah bersama teman dan jangan pernah sendirian diluar pada malam hari.

Kekhawatiranku tidak bisa dihentikan.Ternyata aku sangat peduli tentangmu.Aku tahu seharusnya aku tidak bisa seperti ini tapi tetap saja aku terus memikirkanmu sepanjang hari meski kamu pergi sendiri,meninggalkanku.Mungkin kekhawatiranku saja terlalu berlebihan.

Ingin menertawakan pada pria cengeng yang menulis surat tapi nyatanya itulah terjadi padaku.Aku selalu mengejek pada seseorang yang tidak bisa menyampaikan isi perasaannya. Namun aku telah menertawakan bagian diriku yang melakukan seperti itu dan hanya bisa menulis surat yang tidak bisa disampaikan.

Membayangkanmu sedang tersenyum,aku ikut tersenyum.Ketika teringat kedua matamu yang basah dan menangis membuatku tersiksa seperti apa yang kualami saat terakhir kali aku melihatmu.Pundak kecil yang bergetar dan isak tangismu sambil mengatakan ‘kita berpisah saja’ itu seperti mimpi buruk.Aku yang bodoh…aku yang tolol telah membuatmu seperti itu dan harimu jadi sulit karena berhadapan dengan pria sepertiku.

Aku tidak tahu mengapa aku diam saja ketika kamu memutar tubuhmu,membelakangiku dan berjalan menjauh.Mengapa saat itu kakiku terasa kaku sehingga sulit rasanya mengejarmu dan memohon kau kembali.Suaraku yang seharusnya mencegah kepergianmu itu tertahan ditenggorokan dan tidak bisa kukeluarkan.Saraf saraf tubuhku seolah lumpuh mendadak dan kurasakan air mataku juga turun tanpa kusadari.Aku telah menangis?Pertama kalinya tangisanku keluar karena wanita.

Ketika kamu masih disampingku,kenapa aku tidak menyadari bahwa dirimu begitu berharga?Mengapa aku sangat cuek padamu ketika kamu datang dan tidak tahu kamu butuh perhatian lebih dariku?Ketika cinta pergi,aku terus mencari lagi dan tersadar kamu sudah tidak ada disebelahku lagi.Tidak ada lagi yang selalu merangkul tanganku atau menyandarkan kepala didadaku lagi.

Bodohnya aku baru memahami ketika kamu pergi bahkan setelah memberi luka dihatimu.Aku meminta maaf meski mungkin kamu tidak bisa mendengar ucapanku ini.Penyesalan itu tidak pernah sembuh dan aku terus menyimpannya.

Kuharap kamu terus baik baik saja dengan kehidupan sekarang…tanpaku.Berbahagialah dan jangan pernah tangisi pria yang sudah memberimu banyak kepedihan atau tidak bisa menghargai ketulusanmu sepertiku. Kamu sepantasnya tersenyum,tangisan bukan sesuatu yang cocok diwajahmu.Berbahagialah dan aku  mendoakan untukmu.

Pulpen digenggam Jonghyun terlepas dari tangannya sampai mengelinding.Air mata tidak bisa keluar meski dadanya tercabik sampai perih.Seluruh kalimat yang mewakili apa yang dipikirkan tertuang diatas selembar kertas membuat Jonghyun tertegun.Ini terlalu cengeng untuk pria sepertiku namun aku telah menulis,pikirnya.

Diraihnya amplop kosong lalu diselipkan kertas kedalamnya.Setelah amplop disegel,Jonghyun bangkit sehingga kursi bergerak mundur, menimbulkan suara gesekan dilantai.Ia mengambil kotak berukuran sedang dari laci meja.Dibukanya penutup kotak itu sampai memperlihatkan isinya.

Jonghyun menelan ludahnya seolah ada sebongkah batu tersangkut ditenggorokan.Nafasnya tertahan. Tumpukan amplop yang memenuhi satu kotak bahkan hampir tumpah.Terlalu banyak surat disimpan.Semua nya adalah surat berisi tulisan tulisannya selama setahun.

Jonghyun meletakkan surat terbarunya kedalam kotak dan bergabung dengan surat surat lain yang tidak pernah disampaikan.Kemudian,ia menutup kotak itu dengan senyum mirisnya. Membiarkan apa yang ingin dikatakannya pada surat itu tidak pernah dibaca gadis itu.Baginya,gadis itu tidak perlu mengetahuinya.

————————————–

One day of years 2012.

Saeyoung mengetuk kecil meja sambil membaca buku. Sesekali melirik kearah pintu dan menunggu seseorang yang seharusnya sudah datang dari 15 menit lalu.Pria itu sudah melanggar batas perjanjian dalam pertemuan.Percuma saja menggerutu sebab gerutuan hanya menjadi hal tidak berguna.

Ia berjanji pada seorang pria dicafe mungil kawasan Gangnam.Cafe bergaya rumahan terbuat dari kayu yang memberi kesan klasik sesuai dengan namanya, Poem’s Classic Kafe. Dindingnya dihiasi tulisan tulisan potongan kisah sastra barat dan puisi berbahasa inggris berasal abad pertengahan. Musik dari piringan hitam menambah suasana antik.

Gadis itu memilih duduk didekat pintu agar lebih mudah ditemukan pria itu.Saeyoung menggeleng kepala sambil melirik jam antik terpajang dicafe lalu meneguk secangkir mocca.Ia menompang dagu dengan tangannya dan sudah tidak ada  mood lagi melanjutkan bacaannya.Tiba tiba terdengar suara denting lonceng mengetuk kaca pintu menandakan ada yang datang membuat perhatian Saeyoung langsung beralih kearah pintu.

Pernafasan gadis itu langsung memberat dan kedua matanya melebar shock dan tidak percaya.Sosok pria yang tidak begitu berubah tiga tahun lalu kecuali potongan rambutnya telah muncul didepan matanya. Kim Jonghyun telah kembali dari Seoul. Wajah Saeyoung memucat seperti telah menemukan hantu.

Pria itu,Kim Jonghyun tampak tidak menyadari mantan kekasihnya berada ditempat yang sama.Yang ia lakukan adalah menuju ke meja counter, memesan salah satu jenis minuman coffe dan membayar- nya.Setelah americano coffe pesanannya sudah ditangannya, Jonghyun langsung meminumnya sambil mengedarkan tatapannya,mencari meja kosong untuk ditempatinya.Kemudian,pandangannya terhenti disalah satu meja dan membuatnya mematung.Han Saeyoung ada disini…

Setelah beberapa detik mata mereka saling bertemu dan tidak berkedip seolah terkejut dengan pertemuan tidak disangka sangkanya.Apakah Seoul terlalu kecil? Semudah itu kebetulan bertemu dengan mantan kekasih.Jonghyun menarik nafas dalam dan memutuskan menghampiri Saeyoung. Tidak mungkin dirinya mengabaikan orang dikenalnya.

Annyeong…sudah lama tidak bertemu.” Jonghyun menyunggingkan senyum kecil dan terdengar sedikit canggung dari nada suaranya.

Saeyoung hanya tersenyum tipis dan mengangguk kepala sekali.Ia menatap wajah Jonghyun sebentar lalu melirik kearah lain seolah takut memandanginya lama lama.

“Apakah aku boleh duduk disini?” tanya Jonghyun menunjuk kursi kosong yang berhadapan dengan Saeyoung.

“Eh..si..silahkan..” ujar Saeyoung gugup.Dalam hati mengutuki diri sendiri.Bodoh…kau sedang membuat janji dengan pria lain tapi kau malah mengijinkan Jonghyun duduk dihadapanmu,batinnya.

Jonghyun menarik kursi dan duduk.Ia merasakan betapa gugupnya dan situasi canggung. Diperhatikannya Saeyoung sedang mengaduk aduk coffe dengan cemas,beberapa kali melirik kearah lain seolah takut bertemu pandang kearahnya.Sikap gadis itu tampak sedang tidak nyaman dengan kedatangannya.

“Errr…bagaimana kabarmu?” Jonghyun membuka pembicaraan,mencairkan suasana kaku.

“Heemm…baik baik saja.” jawab Saeyoung singkat.

“Oh..syukurlah.Itu terlihat jelas dengan keadaanmu sekarang.” Jonghyun tersenyum kecil lalu menatap cover buku tergeletak di meja. “Masih saja suka membaca cerita cengeng.Apa kamu masih harus menyiapkan sekotak tisu setiap membaca buku sejenis itu?” sindirnya.

Spontan Saeyoung merenggut dan mencibir “Yakh… sudahlah jangan bicarakan soal kebiasaanku yang memalukan.” balasnya kesal sambil meraih bukunya dan memasukannya kedalam tas.

“Kau sama sekali tidak berubah.” Jonghyun  tertawa pelan melihat mimik gadis itu.Seperti dulu,dia akan menggemaskan jika disindir.

Deg!jantung Saeyoung berdegup tidak normal.Sialan beginilah selalu terjadi. Kemudian,Saeyoung meneguk rakus secangkir mocca untuk meredakan perasaan anehnya. Tak lama kemudian,ia merasakan ponselnya bergetar.Saeyoung langsung mengeluarkan ponsel dari tas dan nafasnya tertahan melihat nama seseorang yang menelponnya.Ia menatap antara takut dan ragu menjawab panggilan didepan Jonghyun.

“Kenapa didiamkan saja?Angkat saja teleponnya.” Jonghyun mengangkat sebelah alisnya, bingung.

“Ah..itu..” Saeyoung tergagap lalu melihat panggilan ponselnya berhenti dan ia menghela nafas lega. Dilihatnya Jonghyun sedang menatapnya aneh dan bingung namun Saeyoung tidak peduli.

“Kapan kembali dari Inggris?” tanya Saeyoung mencoba mengalihkan suasana.

“Sebulan lalu setelah wisuda kelulusan.”

“Oh…begitu lalu…err..bagaimana kabar Odith?” Suara Saeyoung menjadi lebih kecil ketika menanyakan kucing dipeliharanya bersama Jonghyun.Kucing itu salah satu pengikat hubungannya dengan pria itu.

Ekspresi Jonghyun jadi lebih muram dan senyumnya berubah jadi senyum miris.Ia mengaduk americano coffe-nya.

“Odith sudah mati tiga bulan lalu.”

Mata Saeyoung mengerjap pelan dan menutup mulut- nya seolah tidak percaya dengan kabar itu.Odith, kucing atraktif sudah mati.Tiba tiba pandangannya memburam dan merasa sangat sedih.Ia meneteskan air mata,menangisi kematian kucing yang dirawatnya bersama meski akhirnya dirinya sendiri meninggalkan Odith bersama pria itu.

“Dia sudah tenang disana setelah aku menguburkannya dipekarangan apartemenku.” ujar Jonghyun pelan.

Saeyoung mengangguk lalu tersenyum tipis seraya menyeka air mata “Bodoh sekali…aku menyesal waktu itu aku tidak merawatnya dengan baik dan kutinggalkan begitu saja.Mianhae…aku tidak menepati janjiku bahwa akulah mengurus kucing tapi malah akhirnya aku pergi.”

Jonghyun terdiam sebentar lalu melirik keluar jendela “Sudahlah…tidak perlu membahas apa yang sudah terjadi dan apa yang sudah berlalu.Aku mengerti alasanmu pergi.” ujarnya sedikit lebih dingin.

Saeyoung mengigit bibirnya dan dada jadi sesak. Entahlah kalimat Jonghyun itu menusuk hatinya.Ia menelan ludah dan tidak tahu harus berbicara apapun lagi.

“J..jonghyun…aku..aku…tidak bermaksud pergi begitu saja.”

Jonghyun memalingkan pandangannya dari kaca jendela dan beralih menatap dalam wajah gadis itu yang sedih sekaligus gugup,kedua matanya tersirat seolah dia telah terluka.

“Kepergianku karena aku merasa harapanku hilang ketika berpisah denganmu.Awalnya itu cuma ucapan kekanakan dari wanita sepertiku dan berharap kamu mengejarku kembali untuk bersamamu.” kata Saeyoung tersenyum miris lalu menarik nafas dalam. “Dan kamu tidak melakukannya apa yang kuharapkan. Ternyata aku sadar mungkin sebaiknya kita berpisah agar tidak saling melukai satu sama lain dan kamu bisa hidup tanpa penganggu sepertiku.” tambahnya.

Pria itu tidak bersuara sama sekali dan tertegun. Ia merasakan dadanya sakit mendengar alasan gadis itu pergi.Bodoh…satu kata paling pantas untuk dirinya sendiri.Kemudian dia mengulurkan tangannya dan perlahan mengenggam tangan Saeyoung.

Gadis itu tampak terkejut merasakan pria itu telah menyentuh tangannya.Perasaan sakit tiba tiba menghilang namun ia bisa melihat raut wajah bersalah Jonghyun.

Mianhae…aku tidak melakukannya tapi aku sangat menyesali itu.” ucap Jonghyun lembut bahkan menatap halus gadis itu.

Tiba tiba senyum Saeyoung merekah.Mendengar kalimat itu membuat bebannya terangkat seolah harapan yang dikiranya sudah hilang itu ternyata masih ada untuknya.Merasa bahagia dan tenang mendengarnya.

Kemudian seorang pria bermata sipit  membuka pintu dari luar cafe sehingga lonceng mengetuk pintu menarik perhatian.Saeyoung melihat siapa yang datang dan spontan ia menarik tangan dari genggaman Jonghyun sebelum pria bermata sipit itu melihat apa yang terjadi.

“Saeyounggie…mianhae aku telat tapi kenapa tidak membalas teleponku?” tanya seorang pria bermata sipit menghampiri meja ditempati Saeyoung lalu dia menoleh kearah Jonghyun. “Siapa dia?”

“Ah..itu…Kim Jonghyun,temanku waktu kuliah di Inggris.” Saeyoung memperkenalkan Jonghyun pada pria itu dengan nada gugup.Jonghyun langsung berdiri dan menjabat tangan pria yang baru ditemuinya.

“Senang bertemu denganmu.Aku Lee Jinki,tunangan Saeyoung.” balas Jinki ramah membalas jabatan tangan Jonghyun. “Aku pernah mendengar beberapa kali tentangmu dari Saeyoung.”

Nafas Jonghyun tercekat mendengar status yang diakui Jinki.Pria itu…tunangan dari gadis yang masih dicintainya sampai sekarang.Rasanya peluru telah mencabik dada menyadari kenyataan.

Sementara Saeyoung menatap nanar Jonghyun dan ia tidak ingin hal ini terjadi namun tuhan telah menakdirkan pertemuan dua pria itu.Ia tidak bisa menghindari situasi ini lagi.

“Saeyoung,ayo kita fitting wedding dress sekarang! Dua jam lagi aku harus kembali ke kantor. Masih ada rapat.” Jinki melirik jam tangannya lalu menarik tangan Saeyoung,mengajaknya pergi.

Saeyoung mengangguk tanpa bicara apapun.Ia tidak berani melihat bagaimana reaksi Jonghyun.

“K..kalian akan menikah?”

Kepala Saeyoung terangkat setelah mendengar pertanyaan Jonghyun.Ia mengigit bibir bawahnya dan tidak tahu harus menjawab apa.Demi tuhan…ia tidak ingin Jonghyun tahu soal ini.Memang egois,Saeyoung masih mencintai Jonghyun dan menginginkan pria itu kembali disisinya sementara dirinya akan menikah dengan Lee Jinki.

Ne…dua minggu lagi.” jawab Jinki antusias dengan senyum lebarnya sampai memamerkan gigi kelincinya. “Aku akan mengirimmu undangan pernikahan kami. Beri aku alamatmu lewat kontak ini.” tambahnya mengeluarkan kartu nama dari saku kemeja.

Jonghyun memaksakan senyumannya setelah menerima kartu nama lalu menatap dua orang dihadapannya bergantian “Baik…akan kukirim alamatku kontak nomor ponselmu. Kamsahamnida, Jinki-sshi.” ucapnya.”Aku  ikut senang mendengar kalian akan menikah.” sambungnya  berbohong.

“Ahahaha…kamsahamnida.” ucap Jinki terkekeh lalu melirik Saeyoung yang sudah memucat. “Meski kami dijodohkan oleh orang tua kami tapi ternyata kami  saling menyukai dan cocok satu sama lain.”

Jonghyun menahan sesuatu yang memanas didadanya dan lagi lagi memakai topeng, menutupi apa yang dirasakannya.Ia menatap Saeyoung yang tidak berani memandanginya lagi.Ternyata senyuman gadis itu barusan hanya kebahaagiaan sesaat.

“Oh…syukurlah.Kuharap kamu selalu berbahagia dengan Jinki-sshi,Saeyoung-ah.” ujar Jonghyun tersenyum kecil.

Saat itu Saeyoung merasa tubuhnya lemas dan ingin menangis keras.Berikutnya Jinki menggandengnya berjalan keluar dari cafe setelah berpamitan dengan Jonghyun lalu menuntunnya kearah mobil milik Jinki yang terparkir diluar cafe.

Setelah mobil Jinki berjalan meninggalkan cafe. Saeyoung menutup kedua mata sehingga air matanya mengalir lembut.Ia langsung membuang muka keluar jendela seraya menatap setiap pemandangan dilewati mobil agar Jinki tidak curiga kalau dirinya sedang menangis.

Mianhae,Jonghyun.Kita tidak bisa bersama mungkin  memang takdir kita.” batinnya.

“Saeyoung,kamu baik baik saja?Kenapa diam saja?”

Suara lembut Jinki membuat Saeyoung buru buru mengusap air mata dan menoleh kearah pria itu sambil tersenyum lebar.Ia memasang topeng agar tidak dikhawatirkan.

Ne…aku hanya merasa sangat mengantuk.” jawab Saeyoung berbohong.

“Tidurlah!aku akan membangunkanmu jika sudah sampai di bridal.” Jinki mengelus kepala Saeyoung dengan tangan sebelahnya sebab tangan satunya sedang memegang kendali setir mobil.

Lee Jinki,calon suami berhati tulus dan memiliki senyuman yang lembut, persis apa yang menjadi tipe idealnya dan juga pilihan orang tuanya. Saeyoung harus membuka hatinya lebar lebar untuk Jinki dan tidak mau menyakiti pria yang disayanginya kedua kali.

“Aku menyayangimu,Jinki.” ucapnya tersenyum kecil dan disambut senyum lebar pria disampingnya. “Yeah… aku harus mencoba yang terbaik.” batinnya tanpa didengar siapapun.

————————————

Jonghyun menatap sekotak berisi tumpukan surat surat yang selalu ditulisnya.Ia membawa kotak berisi surat dari London dan menyimpan di kamarnya. Senyum miris bertengger diwajah Jonghyun setelah membaca ulang surat suratnya.

Kuharap kamu terus baik baik saja dengan kehidupan sekarang…tanpaku.Berbahagialah dan jangan pernah tangisi pria yang sudah memberimu banyak kepedihan atau tidak bisa menghargai ketulusanmu sepertiku. Kamu sepantasnya tersenyum,tangisan bukan sesuatu yang cocok diwajahmu. Berbahagialah dan aku  mendoakan untukmu.

“Sepertinya doa terakhirku dalam surat ini telah dikabulkan tuhan.” lirihnya setelah membaca salah satu tulisan disuratnya.

Ia menarik nafas dalam lalu memasukan kembali surat kedalam kotak itu.Jonghyun mengangkat kotak itu dan membawa keluar rumah.

Dipekarangan rumah,Jonghyun meletakkan kotak berisi surat ditanah.Kemudian ia mengeluarkan fliter api dari sakunya dan dilemparkan fliter itu ke tumpukan surat surat yang ditulisnya bertahun tahun. Dengan cepat,api menghanguskan kertas kertas dan mengubahnya jadi abu.

“Mari kita cari kebahagiaan dijalan masing masing dan saling melepaskan satu sama lain.Aku terima takdir ini.” gumamnya menatap surat surat terbakar dan berharap juga menghanguskan perasaannya kepada Saeyoung. “Selamat tinggal,Han Saeyoung.Setidaknya aku lebih lega ada pria menggantikanku.”

————-THE END————-

Gumawo sudah mau mampir dan baca ff ini sampai habis.

Give Me Your Comment!Don’t Be Silent Reader!


Dirty

$
0
0

Cast:

Jung Yunho

Son Jung Ah

Park Yoochun

Support Cast: You can found it alone…

Genre: Romance,Angst,NC

Written By: @Mischa_Jung

————————————

Annyeong reader!!!Adakah yang merindukanku???Khehehehe….aku munccul lagi dengan casting ff ‘Bad Guy Bad Romance’ Series.Ini bisa dibilang versi lainnya BGBR tapi beda cerita dan juga beda pemeran juga.Buat yang menunggu BGBR series dan Criminal series,sementara da ff itu pending dulu tapi tetap aku lanjutin kok.Semoga ff terbaru ini memuaskan dan mendapat respon banyak dari kalian. Happy reading!!!!!

NB: Disini disediakan link backsound buat baca ff.Inilah beberapa lagu yang menginspirasi saya dalam per adegan.Lebih bagus lagi kalau kalian tahu arti lagu” ini eheheheheh…..

———————————————-

Listen: Brown Eyed Girl -  Sign

Hentak musik keras yang dimainkan seorang DJ berdarah asing telah meledak disalah satu club besar yang terkenal tempat hura hura kaum high class. Son Jung Ah, gadis itu sedari tadi berusaha menahan diri berada ditempat yang menurutnya seperti neraka. Tidak tahan dengan bau alkohol memekakkan hidung, kepulan asap rokok yang terhirup yang mungkin bisa membuat umur berkurang serta dihujani lirikan para pria yang menelusuri tubuhnya dengan liar.

Beberapa pria mencegat langkah Jung Ah, melemparkan godaan seolah dirinya adalah wanita murahan yang bisa dibeli uang atau kartu kredit. Mereka sengaja menutup jalan.Kemudian sekelompok pria hidung belang tertawa ketika Jung Ah sudah terkurung dalam lingkaran yang mereka buat.Gadis itu merutuki penampilannya yang justru mengundang pria seperti mereka.

Hei pretty girl…what your name?” tanya salah satu pria  berjas bermerk bergerak maju dan langsung menarik pinggul Jung Ah seenaknya.

Please…don’t touch me!” Jung Ah menepis tangan pria itu.Ia mengatakan kalimat itu dengan ketus.

“Wow…you’re so hot when show your angry face.” sahut pria tersebut menyeringai diiringi tawa teman pria lain yang sama brengseknya.Tawa sedang meremehkan.Ia menarik dagu Jung Ah untuk melihat lebih jelas wajah gadis yang diterpa lampu club.

“Kita butuh wanita cantik dan sexy sepertimu untuk bergabung dengan kita.Jika ada kau,maka party akan lebih menyenangkan.”

Wajah Jung Ah memerah,menahan emosinya lalu ia memutuskan tidak menanggapi apa yang dikatakan pria itu.Ditariknya nafas dalam meski ia ingin sekali menampar satu per satu wajah pria itu.Ditegakkan punggungnya dan menunjukkan tindakan penolakan secara terang terangan.Ia melangkah melewati lingkaran sekumpulan pria elit bermoral buruk dengan tenang meski harus beradu pundak.Jung Ah bersikap seolah wanita dingin dan tidak takut apapun.

“Kenapa pergi?Kamu tidak mau bermain bersama kami?” Pria itu lagi lagi menahan langkah Jung Ah dengan merangkul pundaknya.Jung Ah bisa mencium bau alkohol pekat dari hawa nafasnya.

“Aku disini bukan untuk bermain dengan pria bajingan seperti kalian.Apakah kalian mengenal Jung Yunho? Aku memiliki urusan dengan pria pemilik nama itu.” sahut Jung Ah memicingkan matanya,menunggu reaksi berikut para pria jika menyebutkan nama pria yang menjadi tujuan kedatangannya.

Ekspresi wajah pria itu langsung berubah jadi kaget setelah mendengar nama yang disebut Jung Ah.Ia spontan melepaskan rangkulan dipundak Jung Ah. Mendadak muka pria itu jadi pucat lalu menyaratkan teman lain mundur.Teman temannya langsung berbalik pergi meninggalkan Jung Ah sendirian dan tidak menganggunya lagi.Dalam kondisi seperti itu, nama pria itu seperti senjata terbaik Jung Ah untuk mengusir pria pria elit bermoral buruk.

Setelah sekumpulan pria bajingan itu pergi,Jung Ah mengedarkan pandangan keseluruh club eksekutif. Matanya mengarah ke dance floor yang menempatkan kerumunan orang orang berpakaian merek mahal  sedang asyik menari seraya meliuk liukan tubuhnya seolah berusaha menarik perhatian lawan jenis. Kemudian tatapannya beralih ke meja dimana bartender beraksi meramu minuman alkohol sejenis cocktail,tequilla,vodka atau sejenisnya.Wajah Jung Ah jadi pucat dan bergidik ketika melihat dipojok club, menemukan sepasang pria wanita asyik berciuman dengan liar tanpa peduli sekitarnya.Begitulah kehidupan malam yang sangat bebas.

Jung Ah menggeleng kepalanya,mengusir rasa takut dan gelinya yang sendirian ditempat yang bukan dunianya.Ia benci tempat ini tapi suatu alasan yang mengharuskan menginjak tempat laknat seperti ini.Seraya mengumpulkan keberanian, Jung Ah menaiki tangga besi menuju private lounge yang terletak dilantai atas.

Private lounge merupakan ruangan khusus berdekorasi mewah yang biasanya dimiliki seorang yang sangat kaya dan memakai tempat itu sesuka hati tanpa diganggu siapapun.Didepan pintu private lounge,Jung Ah merasakan tubuhnya kaku dan berkeringat dingin.Ia tahu kemalangan akan datang dan lebih hebatnya ia sendirian menghadapinya. Dengan hati goyahnya,gadis itu memutar kenop pintu private lounge sampai seisi ruangan itu tertangkap luas dalam indera penglihatannya.

Tenggorokan Jung Ah tercekat dan nyaris tidak bernafas.Pemandangan berlangsung didepan matanya. Dua wanita berpakaian minim  sedang menggoda seorang pria satu satunya di ruangan.Mereka terlihat saling berciuman liar dan tangan wanita itu menggerayangi bagian kejantanan masih tertutup celana atau mengelus otot ditubuh kekar pria itu. Sementara si pria hanya menikmati service yang diberikan dua wanita sampai beberapa kancing teratas kemeja kasualnya terbuka dan memperlihatkan dada bidang.

Lutut Jung Ah terasa lemas dan menelan ludahnya menyaksikan pemandangan penuh gairah.Terlalu jijik dan tidak tahan lagi,Jung Ah memutar tubuhnya dan berniat keluar dari ruangan.Tepat tangannya terulur memegangi kenop pintu,suara pria itu keluar seraya menyergah kepergiannya.

“Kamu tidak perlu pergi,Jung Ah.”

Gadis yang disebut namanya tertegun.Rupanya pria itu sudah menyadari kehadirannya ditengah permainan penuh gairahnya.Kemudian Jung Ah memutar tubuh dengan gerakan linglung dan melihat pria itu sudah melepaskan rangkulannya bahkan juga menghempaskan tangan dua wanita yang daritadi bergelayut manja.

“Kalian berdua pergilah” ujar pria itu enteng sambil meneguk segelas red wine tanpa memandang wajah dua wanita yang telah memberi pelayanannya.

“Yunho…” Dua wanita itu mengerang manja ketika diusir oleh pria tersebut.Mereka masih tidak bergerak dari tempatnya sebab tidak mau pergi.Terlihat ekspresi tidak senang mereka bahkan melirik sinis kearah Jung Ah seolah gadis itulah penyebab berakhirnya aktifitas bersenang senang.Dua wanita itu adalah wanita yang selalu memimpikan Yunho menjadi milik mereka siang-malam.Mereka yang menginginkan belaian Yunho.

“Wanita kesayanganku sudah muncul dan aku tidak butuh kalian lagi.Maka enyahlah kalian berdua dari pandanganku!” Yunho meninggikan suaranya dengan suara dingin.

Jung Ah masih tidak bergerak dari posisi berdirinya dan hanya terdiam.Tempramen Yunho yang dingin seolah tidak berperasaan terlihat jelas dimatanya.Pria itu menggunakan dirinya sebagai alasan mengusir dua wanita itu.Hati Jung Ah sakit seolah Yunho menganggap dirinya sama saja dengan benda mati ketika menyebutkan dirinya ‘wanita kesayangan’.

Kedua wanita itu langsung membenarkan letak pakaian minimnya yang sudah tidak beraturan lagi sambil menggerutu kesal.Namun mereka tidak satupun berani membantah perkataan pria itu. Layaknya gadis penurut,dua wanita itu berjalan menuju pintu untuk keluar dari private lounge milik Yunho.Sebelum melangkah keluar, salah satu wanita itu sempat sengaja menabrak pundak Jung Ah sampai melangkah mundur.Kedua wanita itu menunjukkan sikap permusuhan secara terang terangan.Mereka benar benar menganggap Jung Ah adalah penganggu.

Terdengar suara pintu tertutup keras menandakan dua wanita itu sudah pergi.Jung Ah masih menundukkan kepala dan sama sekali tidak berani melihat pria sedang duduk di sofa besar didepan sana.Sekarang diruangan ini cuma ada dirinya sendiri dan Yunho dalam ruangan ini.

Jung Ah benci situasi ini.Ia tahu kedua mata pria itu sedang memandanginya secara keseluruhan dengan tatapan liarnya.Itulah penyebab Jung Ah selalu menghindari kontak mata dengan Yunho.

Seulas smirk bertengger diwajah tampan Yunho ketika mengamati keseluruhan penampilan Jung Ah. Ia merasakan kulitnya berdesir hebat ketika tubuh gadis itu terlihat sempurna dengan dress hitam cukup ketat. Wajah innocent dan mata sayu Jung Ah semakin menambah nafsu liar Yunho.

“Kemarilah…mendekatlah padaku!”

Jung Ah merasakan tubuhnya bergetar hebat ketika suara Yunho keluar seolah adalah perintah yang harus dituruti.Ia mengangkat kepala dan menatap Yunho yang masih memandanginya dengan intens.Pria itu memiliki wajah tampan,rahang tegas,badan tegap dan maskulin.Fisik sempurna Yunho yang melelehkan setiap wanita.Sorot mata tajam dan memikat pria itu selalu memandangi Jung Ah yang selalu menolak semua pesonanya.

Bukan hanya ketakutan yang menyelimuti Jung Ah, begitu juga dengan kegugupan. Gadis itu segera menghampiri lalu duduk sofa tepat disamping Yunho. Ia menatap lurus tanpa mau melihat Yunho bahkan sengaja memberi jarak antara dirinya dengan pria itu. Atmosfir mulai dingin.Hanya terdengar suara nafas yang memenuhi ruangan tanpa ada yang bicara.

Jung Ah meremas kedua tangan yang terasa dingin dan kegelisahan semakin bertambah ketika merasakan deru nafas Yunho yang berhembus ditengkuknya.Pria itu telah mengecup lehernya sekilas lalu mendekatkan wajah tepat ditelinga Jung Ah.

“Benar dugaanku,kau akan terlihat indah dengan dress yang kupilih.Kau sangat cantik…”

Yunho menyeringai setelah berbisik.Ia menjauhkan kepala dari telinga Jung Ah dan merasakan tubuh gadis itu sedang bergetar.Gadis itu selalu ketakutan padanya seolah ia seorang monster.Yunho tidak pernah peduli itu selama Jung Ah masih ada ditangannya.Gadis itu datang padanya karena dia bergantung padanya maka Yunho mengambil timbal balik.

Dirasakannya tangan Yunho memeluk pinggang Jung Ah dari belakang,gadis itu mengigit bibir dan menahan diri untuk tidak memberontak.Hidung Yunho menghirup kuat wangi pundak gadis itu.Kemudian pria itu meraih dagu gadis itu dan mempertemukan bibir mereka dengan lembut.

Jung Ah terdiam dan tanpa perlawanan merasakan lumatan kecil Yunho.Jantungnya berdesir hebat dan sekujur tubuhnya menegang.Merasa posisi tidak nyaman,Yunho meraih pinggang Jung Ah sampai mereka saling berhadapan.Diangkatnya tubuh gadis itu sehingga duduk dipangkuan Yunho lalu ia menekan tengkuk Jung Ah sehingga kedua bibir menyatu lagi. Awal yang lembut namun perlahan jadi lebih dalam. Yunho mengigit kecil bibir bawah Jung Ah agar mudah menelusupkan lidahnya ke rongga mulut.

Erangan kecil Jung Ah keluar tepat saliva Yunho mengerayangi liar dimulutnya dan menautkan lidahnya.Tangan Yunho juga tidak diam saja,ia menelusuri punggung gadisnya lalu ditariknya risleting dress.Jung Ah mulai memberontak ketika nafas sesak.Ia butuh oksigen tapi Yunho masih meneruskan ciuman liarnya.Setelah risleting sudah terbuka,ditelusupkan tangan Yunho dibalik dress dan meraba kulit punggung gadis itu.

“Ngghh…c-cukupp…” desah Jung Ah melepaskan ciuman sejenak ketika mampu mendorong tubuh Yunho sekuat tenaga.Ia mengambil pasokan oksigen sebanyak mungkin.

Yunho tidak memberi kesempatan banyak untuk Jung Ah bernafas sepuasnya.Ia menyerang lagi bibir gadis itu.Dihisapnya kuat sampai bibir Jung Ah memerah lalu dilumat secara bertubi tubi.Jung Ah kewalahan menghadapi perlakuan Yunho tapi layaknya boneka,ia hanya bisa membiarkan pria itu memperlakukannya seperti itu.Bukankah ia datang kesini untuk menjadi boneka pria ini.

Ciuman Yunho turun menelusuri leher Jung Ah. Diberikannya jilatan dan gigitan kecil sampai memerah.Ia paling menyukai meninggalkan kiss mark dikulit Jung Ah seraya menandai gadis itu punya pemilik dan tidak boleh disentuh siapapun kecuali dirinya.Yunho memperlakukan Jung Ah dengan sentuhan posesif yang mengekangnya.

Jung Ah menutup kedua matanya dan tangannya mengepal keras.Ia benci diperlakukan seperti wanita hina.Namun dirinya harus membuang harga diri karena pria ini sama saja penanggung seluruh hidupnya dan pengaruh Yunho sangat kuat sampai Jung Ah tidak dapat lari.Berkali kali menerima perlakuan Yunho seperti itu membuat Jung Ah jadi benci diri sendiri bahkan menganggap dirinya wanita menjijikan.

Yunho menenggelamkan wajahnya diantara belahan dada Jung Ah sehingga dress merosot,memperlihatkan tubuh bagian atasnya.Seringaian Yunho keluar dan matanya berbinar tajam ketika dua gundukan didada Jung Ah dibalut bra berenda putih.Jung Ah memalingkan kepalanya,tidak mau melihat reaksi pria melihat tubuhnya.Meski sudah berkali kali pria itu menyentuhnya tapi tetap tidak mengubah rasa malu.

Tangan Yunho dipunggung Jung Ah sigap membuka pengait bra secara paksa lalu dilepaskan kain yang menutupi payudara yang selalu menggodanya.Nafsu liar Yunho semakin meningkat.Dengan tidak sabaran, ia menenggelamkan kepala digundukan dada dan menjilat puncaknya.Kedua tangan Yunho aktif meremas payudara Jung Ah, sesekali dipilin nipplesnya.Ia memperdulikan nafsunya yang harus selalu terpuaskan.

Gadis itu segera mengerang ketika lidah Yunho menyapu bagian istimewanya. Wajahnya memerah dan digigitnya bibir.Spontan tangannya menjambak rambut Yunho.Ia tidak tahan dengan sentuhan tidak biasa dibagian tubuhnya.Jung Ah yakin kiss mark sudah mulai banyak di dadanya,ia tahu seberapa banyaknya sebab Yunho telah mengulum payudara dengan kuat.

Digeladahkan kepalanya,Yunho menatap wajah Jung Ah dan kedua matanya saling bertautan.Jung Ah menelan ludah seolah sulit menolak seberapa dalamnya tatapan Yunho.Ia merasakan pria itu selalu ingin memilikinya seutuhnya meski Jung Ah tidak pernah mencintainya.Benci dengan seseorang yang merenggut keperawanan sejak pertama kalinya bertemu.Yunho memajukan kepalanya tepat dihadapan wajah Jung Ah.

“Jangan bersikap membosankan!” Yunho memaksakan Jung Ah tetap melihatnya sambil memegang dagu. Kemudian didorong maju kepala gadis itu dan meraup bibirnya.Terulang lagi ciuman liar khas Yunho.

“Balaslah ciumanku atau aku akan menghancurkan hidupmu dan pacar bodohmu itu!” perintah Yunho tajam dan kali ini matanya mengkilat emosi.

Air mata Jung Ah yang memenuhi pelupuknya langsung jatuh dipipinya.Ia meraih pipi Yunho dan menciumnya dibibir.Dilandaskan rasa keterpaksaan,ia melumat bibir Yunho.Kali ini dirinya yang memulai french kiss dan Yunho tinggal mengikuti alurnya. Yunho membalas setiap lumatan Jung Ah dan tangannya mengusap air mata gadis itu dipipi tanpa melepaskan ciuman.Ia tahu ciuman Jung Ah tidak mempunyai perasaan apapun namun Yunho tidak peduli.

Payudara Jung Ah diremas kuat oleh Yunho dan mereka masih saling mencium satu sama lain.Jung Ah merangkul pundak Yunho seraya memperdalam kiss. Hatinya remuk sekarang seolah ribuan jarum menusuk dada.Lagi lagi terjatuh ditangan pria yang sama…seseorang yang dibenci.

“Bagus anak pintar.Puaskan aku seperti biasanya!” Yunho tersenyum smirk sambil mencium helai rambut gadis itu ketika Jung Ah melepaskan ciuman untuk mengatur nafas.

Emosi dan harga diri wanita tercoreng,Jung Ah hanya menangis tanpa suara dan tak bisa melawan.Pasrah, begitulah dirinya.Ia bukan wanita kuat.Pria tidak berperasaan itu memerintah dirinya seperti wanita gampangan.Dengan tangan bergetar,Jung Ah melepaskan seluruh kemeja sampai dada bidang Yunho terlihat lalu ia membukakan kemeja beserta jas kasualnya sampai Yunho telanjang dada.

Tatapan kosong Jung Ah memandang dada kekar Yunho yang berotot dengan six pack.Mungkin wanita lain akan berdecak kagum namun berbeda dengan Jung Ah.Ia benci tubuh seseorang yang selalu menghimpit tubuhnya secara paksa lalu menikmati apa yang dimilikinya.Jung Ah meraba dada Yunho dengan segan.

Terlalu gerah dengan gerakan pasif Jung Ah,Yunho tidak bisa bersabar lagi.Ia mendorong Jung Ah berbaring di atas sofa dan mengambil posisi diatas sehingga tubuh mereka berhimpit.Payudara gadis itu menempel di dada Yunho.

“Kamu sangat membosankan.Baiklah…aku akan memberimu pelajaran!” geram Yunho dingin.

Hanya dibalas dengan tatapan memelas Jung Ah,pria itu langsung melahap payudaranya dan berikutnya gadis itu mengerang.Tangan satunya mengangkat paha gadis itu lalu dibelainya.Sementara tangannya yang bebas memilin ujung payudara Jung Ah.

“Aahh….sshh…agh..” Jung Ah tidak berhenti mendesah.

Setelah puas bermain di dada Jung Ah,Yunho turun keperut datar gadis itu lalu disedotnya kulit sampai memerah.Jung Ah refleks memegangi pundak Yunho dan mencengkramnya.Yunho tersenyum puas ketika Jung Ah menjerit lebih keras dan membuatnya semakin terangsang.Kemudian ia menarik kaki Jung Ah dan menurunkan celana dalam gadis itu sampai di betis.Ia mengangkang kaki Jung Ah dan terdiam sebentar menatap surga yang akan memanjakan kejantanannya nanti.

Didekatkannya kepala Yunho kebagian sensitif Jung Ah lalu menjulurkan lidahnya masuk kedalam.Gadis itu meneteskan air mata lebih banyak merasakan bagian terlarang dikoyak secara liar oleh lidah Yunho dan merasakan antara geli bercampur perih.Ia tahu Yunho tidak akan berhenti sampai disitu saja dan dirinya akan mengalami rasa sakit lebih dari sekarang.

Berikutnya,Yunho membuat Jung Ah lebih tersiksa dari sebelumnya.Ia memperlebar kaki Jung Ah untuk memudahkan masuknya alat vital Yunho kedalam liang kewanitaan.Tidak ada suara selain jeritan Jung Ah bercampur desahan Yunho yang menikmati apa yang dirasakannya.Jung Ah tidak dapat menahan betapa perihnya dibagian sensitifnya dan Yunho telah menguasai dirinya sekarang.Sekujur tubuhnya sudah diresapi oleh Yunho dan tidak dapat dihentikan lagi.

———————————————–

Jung Ah menuruni tangga besi dengan langkah gontai dan merasakan tubuhnya remuk.Dress hitam sedikit berantakan.Yunho…pria itu berhasil mendapatkan apa yang dia mau.Mata Jung Ah bengkak dan aliran air mata masih membekas. Rambutnya juga agak acak acakan dan make up juga sedikit luntur.

Tidak peduli orang lain memandang aneh kearahnya seperti menemukan seseorang yang menyedihkan.Ia menundukkan kepalanya dan tidak bisa berjalan dengan nyaman.Terlalu perih diantara kedua paha bahkan cairan sperma Yunho masih tersisa disana. Sekarang sudah jam 2 pagi dan kehidupan malam club ini masih terus berjalan.Semakin larut maka akan bertambah ramai.

Dipeluknya tas kecil dan bibirnya bergetar.Ada luka di bibir akibat ciuman kasar Yunho.Ia seperti gadis yang telah melewati waktu terburuknya.Tenaganya sudah habis membuatnya seperti nyaris mau mati. Jung Ah melewati kerumunan orang orang yang menengak minuman alkohol,berusaha keluar dari tempat menakutkan ini.

“Oppss…sorry.”

Tidak sengaja seorang pria menabrak tubuh Jung Ah sampai mundur beberapa langkah.Dia langsung mengucapkan maaf dengan sopan.Jung Ah sedikit mengangkat kepala dan tidak berkata apapun atau membalas ucapan pria itu,kemudian ia meneruskan langkahnya sambil menundukkan kepalanya.

“Hei..apa kau baik baik saja?”

Pria itu mencekal lengan Jung Ah secara tiba tiba. Langkah Jung Ah tertahan lalu menoleh kearah pria tersebut dengan mata bengkaknya.Ekspresi pria itu berubah terkejut melihat raut wajah gadis dihadapannya.Kemudian Jung Ah mengangguk lemah seolah berkata dia baik baik saja lalu bergegas pergi.

Sambil memandang punggung Jung Ah,pria itu tertegun lalu menaikkan sebelah alisnya.Entahlah ia tertarik apa yang terjadi pada gadis yang baru ditemuinya. Penasaran mengapa wajah gadis itu pucat, matanya juga seperti baru menangis berjam jam dan tatapan juga terlihat hampa.Berbeda dengan wanita kebanyakan disini yang sedang hura hura.

“Yoochun hyung.Apa kabar?”

Seorang pria berjas biru dengan tubuh jangkung menepuk pundak Yoochun sehingga menoleh kearahnya.Yoochun tidak menjawab melainkan menepuk dada temannya dengan punggung tangan.

“Kau tahu wanita itu?” tanyanya datar dan kedua mata masih belum lepas dari sosok belakang Jung Ah yang berusaha melewati kerumunan.

Shim Changmin,teman Yoochun berjas biru mengerinyitkan keningnya lalu menyipitkan matanya untuk melihat arah lurus yang dimaksud Yoochun. Berikutnya keluar gumaman kecil berbunyi ‘Ah!’.

“Jika kamu tertarik padanya,sebaiknya lupakan saja sebelum kamu mendapat masalah besar!” peringat Changmin mendengus.Yoochun meliriknya dengan mimik tidak mengerti.Changmin mengangkat sebelah ujung bibir sambil menyerahkan segelas cocktail yang baru diambil dari meja bar “Kulihat dia keluar dari private lounge di atas dengan keadaan berantakan. Dapat kusimpulkan wanita itu salah satu milik musuhmu sendiri. Sepertinya mereka juga telah bermain sepanjang malam.”

Yoochun melebarkan matanya dan terkejut mendengar jawaban Changmin.Ia mendecakkan lidahnya dan mata berubah jadi kilatan tajam.

“Oh..jadi dia salah satu wanita dari sekian banyaknya wanita dimiliki bajingan itu.” Yoochun mengumam lalu meneguk cocktail yang diberikan Changmin.

Alkohol yang terkandung di cocktail  mengalir di tenggorokan,Yoochun tidak sengaja melihat ke arah lantai atas dan menemukan Yunho berdiri disana.Ia mendesis melihat sosok paling ingin dihabisinya. Namun Yoochun menyadari ada yang aneh dari Yunho. Pria itu,Jung Yunho sedang memandangi kejauhan dengan sorot mata dalam meski tetap tajam dan dingin.Mengapa tatapan itu terkesan berbeda dari biasanya?Hal itu menarik perhatian Yoochun sehingga dia melihat arah lurus tatapan musuhnya dan mencari jawabannya sendiri.

Berikutnya Yoochun menyeringai.Wanita itu yang diperhatikan Yunho.Sekali melihat Yunho seperti itu, Yoochun mudah menyimpulkan apa yang terjadi pada musuhnya.Sambil mengamati Yunho diatas sana dan Jung Ah akan menghilang dibalik pintu utama secara bergantian.

“Sepertinya aku perlu membuat sebuah permainan menarik.” lirihnya tersenyum penuh kelicikan lalu meneguk lagi  cocktail.

————————————–

Tepat lift berhenti dilantai 8 dan menimbulkan suara berdenting disusul pintu yang terbuka,Jung Ah berjalan keluar dari lift menuju flat apartemen miliknya.Ia berada diapartemen mewah yang terletak dikawasan elit,Gangnam.Hidup Jung Ah berubah 180 derajat dari sebelumnya.Dulu tinggal dirumah kecil dan hidup sederhana. Awalnya hidup tidak seburuk itu sampai kekasihnya,terlilit utang dan dikejar kejar rentenir.

Son Jung Ah,gadis yang dijual kekasihnya sendiri kepada pria kaya yang mengendalikan bisnis perusahaan besar dan dua buah club elit.Ia dijadikan penebusan utang kekasihnya bahkan direnggut keperawanannya demi pelunasan utang.Cinta yang bernasib buruk.

Semenjak bertemu Yunho,pria itu menjadi penanggung hidupnya dan memberikan fasilitas serba nyaman untuknya.Diberikan satu flat apartemen mewah,dibelikan baju mahal atau biaya hidup yang menunjang.Untuk membalas budi,Jung Ah harus menjadi boneka yang selalu memenuhi panggilan Yunho dan melayaninya.

Air mata Jung Ah mengalir deras seraya mengutuk kemalangan membuatnya menderita.Menjalani hari yang kelam dan kotor.Jika mau,ia bisa saja mengakhiri hidup dengan cepat.Namun sebenarnya Jung Ah adalah gadis taat beragama tapi sudah dilumuri dosa. Jung Ah benci memandangi diri sendiri, menganggap dirinya menjijikan setiap melakukan ‘hubungan’ dengan pria kaya itu.

Langkah Jung Ah terhenti didepan pintu flat apartemen dan menekan kombinasi password di mesin keamanan.

“Jung Ah….”

Suara berupa sergahan mengejutkan Jung Ah.Kedua matanya melebar setelah mendengar suara yang tidak asing.Spontan ia berbalik,menemukan pria berdiri dibelakangnya dengan wajah sendu.

“Junsu….” Jung Ah awalnya terkejut lalu dengan cepat memasang mimik datar.Sorot matanya tersirat tidak senang dengan kemunculan pria itu “Kenapa kamu datang kesini?”

Junsu mendekat perlahan “Mianhae…aku bersalah dan seharusnya tidak melakukan ini padamu.” ujarnya sedih dan nyaris bergetar.

Mianhae?Wow…apa aku harus bertepuk tangan atas keberanianmu mengatakan ini bahkan masih berani menampakan diri setelah menjual pacar sendiri pada pria yang tidak kukenal sama sekali.” Jung Ah mengeluarkan nada sinis dan rautnya terlihat geram, menahan emosi.

“Saat itu aku tidak punya pilihan lain.” Junsu menarik tangan Jung Ah dan mengenggamnya. “Aku sangat mencintaimu dan aku menyesal… sungguh….”.

“Cissh…dimana pikiranmu saat itu?Kenapa harus aku yang dikorbankan jika kamu mencintaiku.Kaupun sama sekali tidak tahu apa yang terjadi padaku. Asalkan kau tahu,aku hidup seperti wanita jalang karenamu.Disaat seharusnya kamu ada untuk melindungiku dicengkraman pria lain tapi kau…” Jung Ah menaikkan nada suaranya dan setengah membentak.Ia terdiam sebentar merasakan air matanya turun. “K..kau malah menghilang tanpa kabar.Begitukah yang kau sebut cinta?Aku mempertanyakan ini padamu.”

Junsu menundukkan kepalanya,menunjukan rasa penyesalan mendalam.Suara amarah Jung Ah yang begitu keras ditelinganya.

“Apa yang kamu bisa lihat ditubuhku sekarang?” Jung Ah melepaskan coatnya yang menutupi dress hitam ketatnya lalu coat itu dijatuhkan ke lantai.

Junsu mendongkahkan kepala lalu meringgis menemukan banyak bercak kemerahan dan juga memar dikulit mulus Jung Ah.Luka luka itu menandakan bahwa gadis itu banyak menderita.Hati Junsu seolah mendapatkan lubang yang terbelah mengangga.

See…kamu bisa lihat aku hidup seperti apa setelah kamu menjualku dan pergi.” kata Jung Ah menunjukkan kilat marah dimatanya. “Kau lihat tempat ini..apartemen mewah yang menjadi tempat tinggalku sekarang.Ah..kau juga harus liat pakaian yang kupakai!Ini merek terkenal yang berharga jutaan.Aku memang hidup serba mewah sekarang tapi hatiku tidak pernah bahagia.Aku harus melepas pakaian dan tubuhku dipertontonkan oleh pria kaya kejam itu.”

Melihat Jung Ah kini berteriak histeris,Junsu segera meraih tubuh gadisnya dan dipeluk erat.Dirasakan Jung Ah memberontak dalam pelukan tapi Junsu tidak mau melepaskan.

“Pergilah!Aku tidak melihatmu sekarang.Sudah cukup hidupku hancur dan kau jangan menambah rasa sakit hatiku.” kata Jung Ah dengan keras, suara cegukan terselip diantara kalimatnya.

“Aku tidak bisa pergi,Jung Ah.Setelah aku melakukan ini,aku sangat menyesal dan tidak bisa hidup dengan baik.Sungguh…aku harus hidup denganmu.” balas Junsu mengeratkan pelukannya,merasakan tubuh kecil gadis yang bergetar hebat. Ia menelan ludah dan menarik nafas dalam “Saat itu aku hampir mati tapi dia membiarkanku hidup asalkan aku menyerahkan wanita kucintai pada orang itu. Aku tak punya pilihan lain.Aku terpaksa harus memilih hidup karena adik kecilku masih membutuhkanku setelah kematian orang tua. Aku sangat berat ketika menyerahkanmu pada orang itu.”

Jung Ah tertegun dan isakannya berhenti.Ia mengangkat kepala,menatap ekspresi terluka Junsu. Mata pria itu tersirat kejujuran dan tidak bisa mengelak bahwa Junsu juga meneteskan air mata seperti dirinya.

Mianhae,Jung Ah.Kembalilah padaku dan kutebus kesalahanku.Aku bersumpah berusaha merebutmu kembali dari pria itu.Aku sedang memiliki pekerjaan sekarang dan bekerja keras.Setelah itu,aku akan mengumpulkan uang untuk membayar utang dan kau bisa lepas darinya.”

Ucapan penuh sumpah dan keyakinan meluncur dari mulut Junsu.Kalimat itu membuat Jung Ah bergeming dan tidak bisa berkata apapun.Jika ia jujur,dirinya masih sangat mencintai Junsu tapi pria itu sudah memberi luka amat sangat dalam seolah dikhianati begitu saja.Hati kecilnya masih meragukan apapun yang dilakukan Junsu sekarang.

“Bodoh…kenapa baru sekarang kau bicara seperti itu? Kemana saja kamu selama ini? Kamu sudah terlambat dan hidupku juga sudah diikat Yunho.Aku sekarang bukan wanita seperti dulu lagi,aku berbeda dan aku…” kata Jung Ah dengan suara parau seolah hampir kehabisan suara sampai tidak bisa melanjutkan ucapannya lagi.

“A..aku tidak peduli.Perasaanku tetap sama.Bagiku kamu sama seperti dulu atau berbeda,aku tetap mencintaimu.Aku berani bersumpah jika kamu ingin.” Junsu mengusap air mata Jung Ah yang turun dipipi.Ia memegang pipi gadisnya dan memandang lekat wajah cantik yang tertutup make up.

Jung Ah menundukkan kepalanya,menenggelamkan sesunggukan tangisnya didada Junsu.Ia kehabisan kata kata dan sudah merasa kalah dengan pria dicintainya.Jung Ah sudah lemah dengan cinta meski menusuknya secara berkali kali.Dirasakan kehangatan Junsu telah mvenyergap tubuhnya.

“Huh…apa kamu berniat berselingkuh dibelakangku?”

Kedua mata Jung Ah melebar dan terperangah. Tubuhnya bergidik takut setelah mendengar suara tersebut.Kemudian,Jung Ah spontan melepaskan tangan Junsu yang memeluknya dan menoleh ke ujung lorong.Jung Yunho, pria itu berdiri dengan ekspresi geram setelah melihatnya didalam pelukan pria lain. Mata Yunho mengkilat tajam dan hati terbakar seolah miliknya paling berharga direbut orang lain.

Nafas Jung Ah nyaris hampir terputus dan jantung berdebar keras ketika Yunho menghampirinya dan Junsu.Derap langkah sepatu Yunho terdengar dilorong terasa mengerikan.Ia tahu sebentar lagi akan ada situasi terburuk.Berikutnya,Yunho menarik tubuh Jung Ah secara kasar,memisahkannya dan berdiri dihadapan Junsu.

“Ah…kau rupanya,pria lemah yang telah menjual kekasihnya padaku.” ujar Yunho dengan nada mencemoh. “Apa kau datang kesini memohon wanita ini kembali padamu?”

Wajah Junsu memerah dan menahan emosi.Jung Ah mencelos ketika tangan Junsu mengepal erat sampai urat nadinya menonjol.Kemudian,Yunho mengalihkan pandangannya kearah Jung Ah lalu mendorongnya dan menghimpit tubuh mungil gadis itu kepintu flat.Ia segera mencium bibir gadis itu dengan kasar.

Kedua mata Jung Ah membelalak dan tidak bisa bergerak ketika Yunho melumati bibirnya.Tangannya juga ditahan kuat oleh pria itu jika memberontak.Seperti biasanya, Yunho yang tidak pernah menerima penolakan.Kemudian mata Jung Ah mengarah Junsu berada dibelakang tubuh Yunho dan dia terkejut melihat apa yang terjadi pada Jung Ah dengan Yunho. Perasaan Jung Ah tercabik cabik.Lengkap sudah penderitaannya hari ini.Dan terburuknya,pria dicintainya telah melihatnya berciuman dengan pria lain.

Setelah beberapa detik,Yunho menjauhkan kepala dan menjilat bibirnya sendiri.Ia berbalik dihadapan Junsu dan menatap pria itu dengan senyum penuh kemenangan.Tawa dingin seolah mengejek itu membuat Junsu terintimindasi.

“KAU!Brengsek!” Junsu spontan menarik kerah kemeja Yunho.Kedua mata Junsu seolah hampir keluar dan urat lehernya tampak.Rahang juga mengeras.

Yunho tertawa sinis “Kenapa marah?Bukankah kamu sendiri menyerahkan wanita ini padaku.” ujarnya meremehkan.

BUUKKK!!!!!

Yunho langsung terjerembap ke lantai setelah menerima pukulan Junsu dirahangnya. Ia merasakan darah mengalir disudut bibirnya akibat tidak sengaja mengertakan gigi saat dipukul.Tanpa basa basi, Yunho beranjak berdiri dan menatap penuh dendam ke arah pria dihadapannya sambil mengusap darahnya.

“Aku tidak akan membiarkan hidupmu tenang setelah memukulku dan juga menganggu wanitaku!” ancam Yunho menunjukkan ekspresi geram.

“Apa yang mau kau lakukan?Apa kamu mau membalasku dengan pukulanmu juga?” balas Junsu dengan nada menantang.

Yunho menyunggingkan seringaian dan memicingkan matanya ke ujung lorong. Beberapa pria berseragam serba hitam dengan tubuh besar sudah ada disana dan melangkah menuju kearahnya kemudian langsung memegangi tangan Junsu sebelah kiri-kanan.Junsu memberontak dalam cengkraman orang orang yang diperintahkan Yunho.Rupanya Yunho sudah menyiapkan bodyguard.

“Sayangnya aku tidak mau mengotori tanganku untuk menghabisimu tapi mereka akan menggantikanku.” Yunho terkekeh puas dengan kilat mata penuh kemenangan seraya mengejek Junsu. “Silahkan bawa pria ini pergi!Kau rasakan akibatnya menganggu wanitaku.” perintahnya pada orang orang berseragam hitam sekaligus menambah tekanan batin Junsu.

PLAAKKK!!!!!

“Siapa yang kamu sebut wanitamu?” Jung Ah menampar pipi Yunho dengan wajah memerah akibat emosi dan kedua matanya basah.

Yunho terkejut menerima tamparan gadis itu,begitu juga dengan Junsu yang melihat kejadian tersebut. Pipi Yunho memerah karena tamparan Jung Ah cukup keras. Yunho tidak terima perbuatan gadis itu dan ia menatap tajam Jung Ah.

“Bagaimana kamu setega dan kejam seperti ini? Apakah hidupmu memang seperti sampah?” Jung Ah meninggikan suaranya dan nafasnya terengah engah. “Lepaskan Junsu!Mau berapa banyak orang lagi yang kau buat menderita?”

“Perhatikan ucapanmu jika berbicara padaku atau kau tahu akibatnya!” ujar Yunho merendahkan suaranya dan mendesis dengan semua perkataan dilontarkan gadis itu. “Baiklah jika kau tidak takut dan berani membantahku.Atas berdasarkan apa kamu berani melawanku?Apa karena dia,Kim Junsu?Kamu masih mencintainya.” tambahnya mencengkram tangan Jung Ah.

Jung Ah mengangkat dagunya tinggi dan matanya tersirat kemarahannya.Ia mengatur nafasnya yang sudah tidak teratur dan dirasakannya cengkraman kuat Yunho ditangannya.Diliriknya Junsu yang masih ada disitu ditengah pegangan dua pria bertubuh paling besar.

Ne…aku mencintainya dan aku tidak peduli dia telah menjualku padamu.” jawab Jung Ah tajam.

Raut wajah Yunho berubah lebih menakutkan. Rahangnya semakin mengeras dan terdengar giginya bergemericik.Telinganya terasa sangat panas setelah mendengar pernyataan Jung Ah.Kecemburuan telah menguasai dirinya dan ia tidak dapat mengendalikan lagi.

“Cih…kalian bawa bajingan lemah ini pergi dari sini! Pastikan dia tidak bisa menginjak tempat ini ataupun menganggu wanita ini!” perintah Yunho pada beberapa orang suruhannya sambil menatap lurus Jung Ah dengan sorot mata dingin dan tidak peduli.

Jung Ah terkesiap dan menggeleng kepala.Ia berniat mengejar Junsu yang sudah diseret paksa oleh orang orang suruhan.Namun tubuhnya sudah ditahan duluan oleh Yunho sehingga ia tidak bisa melakukan apa yang diinginkannya.Seberapa kerasnya memberontak,pria itu tetaplah terkuat. Ditengah penglihatan Jung Ah, Junsu sempat melihat kebelakang atau tepat kearahnya sambil mengelengkan kepala.

“Bodoh…jangan kejar aku!Ini sangat berbahaya untukmu.” teriak Junsu sebelum menghilang dibalik pintu lift bersama pria pria berbadan besar.

Begitu pintu lift tertutup rapat,tubuh Jung Ah terkulai lemas dan melirik Yunho dengan tatapan penuh kebencian.Tangisannya keluar lagi.Ia semakin membenci pria bernama Jung Yunho dan berpikir pria ini adalah iblis berkedok manusia.

“Mengapa kamu mau menghabisi Junsu?Aku masih mencintainya.” tanya Jung Ah memukul keras dada Yunho secara membabi buta.

“Justru karena kamu mencintainya,maka dia harus menghilang diantara kita.” jawab Yunho didepan wajah Jung Ah dan tidak peduli pukulan gadis menghantam dadanya.

“Ternyata hidupmu memang tidak lebih dari sampah. Kamu adalah terburuk dari manusia buruk.Pergi saja ke neraka!” teriak Jung Ah histeris dan kali ini menangis lebih keras.

Yunho tidak terintimindasi dengan makian Jung Ah.Ia hanya menatap gadis itu dengan ekspresi datar dan gaya dingin khasnya.Kemudian,Yunho mencengkram dagu Jung Ah.

“Seberapa kamu membenciku tapi aku akan tetap menahanmu disini.Kamu tidak akan bisa lari dariku seberapa kerasnya kau berusaha.” kata Yunho tajam. “Pergilah masuk kedalam dan tidur!Aku tidak mau melihatmu pingsan kelelahan.” tambahnya lirih.

Yunho memutar tubuhnya dan meninggalkan Jung Ah sendirian dilorong apartemen. Membiarkan gadis itu sendirian dalam kondisi seperti itu.Sikapnya sekarang sangat menunjukkan dirinya merupakan pria buruk berhati setan seperti dikatakan Jung Ah.Sosok Yunho yang angkuh terlihat kejam dimata gadis itu.

Jung Ah terduduk lemas dilantai sambil memegangi kepalanya yang berdenyut sakit. Ia sudah terlalu frustasi dan merasakan dirinya semakin remuk. Kemudian dipenjamkan matanya dan mengigit bibir bawahnya dengan kuat sampai berdarah.Ia ketakutan sekarang.Relung hatinya mengharapkan Junsu tetap hidup lalu menolongnya keluar dari tangan Yunho sesuai janjinya.

————————————–

Sepeninggalan Yunho dan isak tangis Jung Ah mengema dilorong apartemen.Semua lengkap disaksikan sepasang mata seorang pria yang sebenarnya sudah ada disana semenjak Junsu muncul sampai Yunho membuat situasi menjadi kacau. Kehadiran pria itu tidak disadari oleh seorangpun karena ia menyembunyikan diri.

Selesai melihat semuanya,pria yang daritadi bersandar dinding sambil melipat tangan didepan dada sembari mengulas senyum lebar diwajahnya.Ia sudah tahu semuanya dan ia juga tahu apa rencananya.

“Jung Ah,gadis malang dan Jung Yunho,bajingan yang tak punya hati.” gumamnya lalu ia mengintip sedikit kearah Jung Ah masih menangis ditengah lorong. “Calm down,girl.Aku akan menolongmu sebab kurasa kaulah titik kelemahan si bajingan itu.”

—————————————

Listen: Sunny Hill – Pray

Jung Ah menatap nanar gedung rumah sakit jiwa.Ia baru saja turun dari taxi.Hatinya bergemuruh sesak melihat sekelilingnya.Beberapa pasien mengalami penyakit mental berkeliaran di taman dan tentunya dalam pengawasan suster.

“Jung Ah aggaeshi..” Seorang suster berperawakan paruh baya dengan kacamata membingkai wajahnya. Terlihat jelas suster yang menyapa Jung Ah merupakan suster senior di situ.

Jung Ah menyunggingkan senyum tipis dan sedikit membungkuhkan tubuhnya.Ia mengenal suster ini sebab tiap minggu selalu bertemu.Suster mengamati wajah Jung Ah dengan perhatian.

“Kau tampak sedang kelelahan.Apakah kurang tidur?” tanyanya.

“Eh…begitulah.” jawab Jung Ah memegang wajahnya sendiri.Ia sendiri sudah tahu bagaimana wajahnya ketika sempat bercermin sebelum pergi. Wajah yang pucat tanpa make up,kantung hitam dibawah matanya. Tentunya ia telah menghabiskan waktu untuk menangis dan tidak  tertidur sama sekali. “Aku ingin menemui eomma. Permisi.”sambungnya sebelum pergi.

Setelah suster itu mengangguk,Jung Ah melesat menuju ruang kamar yang sudah ia hafal bahkan selalu datang hampir tiap hari.Berhenti dikamar yang terdapat papan bertulis ‘Oh Jisun’,gadis itu membuka pintu dan masuk kedalam.

Eomma…”
Seorang wanita paruh baya mengenakan piyama sedang duduk diatas tempat tidur dan menatap keluar jendela dengan pandangan kosong seperti tak hidup. Jung Ah mendekati eomma dan tersenyum tipis. Meski sulit tersenyum tapi khusus untuk didepan wanita yang melahirkannya,ia harus bisa tersenyum sekecil apapun. Dipandanginya wajah berkeriput yang datar dan tidak punya ekspresi bahkan tidak menyambut kedatangan putrinya.

“Diluar sangat cerah.Bagaimana kita ke taman?” cetus Jung Ah mengeluarkan nada cerianya dan berpura pura sedang tidak sedih.Tanpa basa basi,ia menggandeng tangan eomma dan menuntunnya keluar dari rumah sakit.

Ditaman rumah sakit,Jung Ah duduk bersama  eomma dibangku kosong.Sengaja ia memilih bagian yang sepi dan ingin berduaan saja tanpa diganggu siapapun. Dirasakannya angin berhembus lembut menerpa kulitnya sehingga rambut Jung Ah tersibak angin. Taman rumah sakit ini sedikit membuat setidaknya sedikit lebih tenang terutama tanaman yang terawat.

Eomma…Bisakah bicara sepatah kata padaku?” Jung Ah menaruh kepala dipundak eomma. “Semenjak kematian appa, eomma tidak pernah berbicara padaku lagi.Aku tahu bagaimana menderitanya eomma setelah mendengar kabar appa kecelakaan mobil bersama wanita lain. Putrimu juga terluka saat itu tapi ternyata eomma lebih menderita selama ini.Aku tidak tahu mengapa eomma mempertahankan appa padahal eomma tahu dia berselingkuh jauh sebelum kecelakaan.”

Hela nafas eomma terdengar lembut ditelinga Jung Ah.Wangi eomma yang tercium dihidungnya membuat teringat bau yang sama ketika eomma memeluknya. Derai air matanya mengalir lagi,Jung Ah sudah banyak menangis kesekian kalinya.Ia menyayangi eomma sekaligus mengasihani.Setiap melihat keadaan eomma seperti ini,ia jadi membenci sosok appa.

Keluarga…Cinta…Mengapa semuanya menghilang?batinnya melingkarkan tangan dipundak eomma.

“Buatlah aku berhenti menangis.Setidaknya kamu membelai lembut dikepalaku sambil melihatmu tersenyum itu saja sudah cukup.Aku ingin kamu sadar bahwa putrimu masih ada untukmu bahkan membutuhkanmu.”

Jung Ah beranjak dari bangku lalu bersimpuh dihadapan eomma sambil mengenggam erat tangan hangat wanita itu.Ia menghela nafas berat dan menatap lekat wajah tirus eomma.

“Aku tidak punya siapapun lagi selainmu.Harga diriku rusak dan tidak bahagia.Ingin mati saja tapi aku harus hidup karenamu meski aku harus hidup seperti wanita jalang.”

Eomma menatap lurus putrinya.Ia tidak bereaksi apapun kecuali menunjukkan mimik datar.Mendengarkan tapi tidak melakukan apa apa.

“Pertama,pria yang membuat mengkhianati ketulusan eomma.Kedua,pria yang menjualku padahal dia mencintaiku.Ketiga,pria kaya yang memperlakukanku dengan hina.Mengapa kaum lelaki bisa berbuat sekejam itu?”

Tubuh Jung Ah bergemetar hebat setelah menumpah- kan kalimat kalimat yang bermunculan dikepala.Tidak ada tempat lagi untuknya merendam air matanya kecuali eomma-nya.Kehilangan kepercayaan diri untuk tetap bertahan.Kemudian gadis itu merebahkan kepala di paha wanita yang melahirkannya dan mata Jung Ah terpenjam.

———————————–

Listen: Infinite – Paradise | MV with Indo Subtitle

Mobil porsche boxster hitam terparkir dipinggiran jalan samping taman.Pemilik mobil itu,Jung Yunho duduk dikursi pengemudi dan membuka kaca tidak begitu lebar. Sedari tadi ia sudah disitu bahkan mungkin cukup lama.

Kedua mata memandang kejauhan.Seorang gadis sedang menangis dipangkuan salah satu pasien rumah sakit jiwa.Yunho tidak melewatkan sedikitpun gerak gerik gadis itu.Perempuan yang selalu menangis dan tidak pernah tersenyum.Entahlah ia merasa gadis itu selalu mudah hancur dan rapuh.

Yunho mencengkram setirnya dengan tangan yang terkepal.Ia sudah melakukan apapun untuk Jung Ah. Memberikan uang banyak, hidup yang layak dan juga membiayai perawatan rumah sakit jiwa.Apapun yang dilakukannya,gadis itu tetap tidak menunjukkan senyumannya sedikitpun.

Hati bekunya terluka lebih dalam dari sebelumnya. Sudah lebih dari cukup melihat gadis itu menangis berkali kali.Ia tetap tidak bisa membiarkan gadis itu lari darinya meski akan lebih terluka jika tetap bersama pria seperti dirinya.Perasaan yang egois dan juga melawan keinginan gadis itu.Yunho menarik nafas lalu menginjak pedal gas mobil dan memutuskan pergi dari tempat itu sejauh mungkin.

—————————————–

Senandung kecil meluncur manis dari bibir Yoochun. Setelah menghirup wangi black coffe,ia merasa suasana hati sangat baik.Jemarinya membuat ketukan kecil di meja diiringi musik klasik yang diputar oleh cafe.Hari ini cerah sama seperti raut wajahnya.tercium aroma coffe yang memenuhi ruangan.

Ting…

Suara lonceng kecil mengetuk pintu kaca didominasi kayu.Dialihkan matanya dari luar jendela menuju pintu yang terbuka lalu mendesah malas ketika melihat pria berbadan jangkung yang baru datang.

“Sepertinya kau tidak bahagia melihatku.” Changmin menyengir dan menarik kursi kosong dihadapan Yoochun. “Berterima kasihlah padaku karena aku sudah mewakilimu datang ke meeting sementara kamu si boss malah sedang asyik menikmati coffe dan juga sepotong tiramisu cake.” lanjutnya menatapi piring kosong dan hanya tersisa lelehan cream tiramisu.

Mwo?meeting?” Yoochun membulatkan matanya dan kaget.

“Ne…kurasa karena mood yang terlalu bagus sejak pagi sampai kamu melupakan jadwal meeting hari ini.Aku sudah menelponmu berkali kali dan hampir putus asa sebab meeting sudah mulai sementara kau tidak muncul juga.Jika kelalaianmu terjadi lagi maka aku menyumpahi kau akan bangkrut.” Changmin melipat kedua tangan didepan dada dan bersandar.

“Hei…jika aku bangkrut,maka kamu akan kehilangan pekerjaan.Jangan main main dengan sumpah sebab akan bisa terjadi.” balas Yoochun menyesap coffe.

“Tapi setidaknya perusahaan yang meeting bersama perusahaan kita itu memiliki sekretaris yang cantik dan juga sexy.Baguslah…ada pemandangan indah ditengah meeting yang membosankan dan membuatku mengantuk.” Changmin mengeluarkan senyum khas playboy.Meskipun Changmin terkesan suka main main tapi memiliki kemampuan bekerja dengan sangat baik bahkan mengutamakan profesionalitas.

“Selamat siang,tuan.Mau memesan apa?”

Kedua mata Changmin langsung melebar mendengar suara ramah wanita berseragam pelayan cafe tersebut sudah berdiri disampingnya.Ia spontan menoleh kearah pelayan sekilas lalu membaca kertas menu di meja.Buru buru menyebutkan pesanannya.Ia tampak tergagap sekarang.

“Ah..eh…satu cangkir macchiato.”

Yoochun menahan kekehannya menemukan pipi karyawan kesayangannya sudah memerah. Ia tahu Changmin dalam kondisi jatuh cinta.Sudah lama temannya tertarik dengan salah satu pelayan cafe ini. Itulah sebabnya Changmin selalu datang ke cafe setiap hari Jumat dan Sabtu dimana jadwal si pelayan wanita ini memiliki shift kerja.

“Oke..satu macchiato.Ada pesanan lainnya?” tanya pelayan itu lagi setelah mencatat pesanan Changmin.

“Kurasa temanku ini ingin memesan hatimu.” sahut Yoochun tiba tiba sebelum Changmin menjawab lagi.

“Eh?” Kening pelayan itu mengerinyit,menunjukkan ekspresi bingung lalu menatap aneh ke arah Changmin.

Changmin melemparkan tatapan tajamnya yang mengartikan ‘Diam Kau!’ ke arah Yoochun yang sudah berpura pura tidak melihatnya.Kemudian ia buru buru mengklarifikasi ucapan Yoochun sebelum ada kesalahpahaman yang memalukan.

Mianhae…dia cuma bercanda dan memang suka menggoda wanita.Itu saja pesananku.” ujar Changmin tersenyum kecil untuk si pelayan lalu mendelik sinis ke arah Yoochun yang daritadi menahan tawanya.

“Oke…mohon tunggu sebentar.” Pelayan membungkuhkan tubuhnya dan bergegas menuju ke meja barista pembuatan coffe.

“Buahahhahahahaha…sikapmu saja seperti playboy  tapi sekarang kamu seperti pria pertama kali jatuh cinta.Serigala sepertimu langsung berubah seperti kelinci jika bertemu pelayan itu.” Tawa Yoochun meledak dan gencar menggoda Changmin.

Shut up your mouth!Inikah balas budimu padaku yang menggantikanmu meeting.” Changmin mendecakkan lidahnya kesal.Kemudian,ujung matanya mengamati gerak gerik wanita berseragam pelayan dengan rambut panjang dikuncir.Wajah cantik sambil tersenyum manis sedang melayani pelanggan lain dengan ramah yang selalu menarik perhatian Changmin sejak gadis itu muncul pertama kali sebagai pelayan baru di cafe yang biasa didatangi.

“Choi Yoori…”

Changmin melirik Yoochun menyebutkan nama wanita sambil meneguk coffe.Terlihat jelas raut bingung Changmin dan tidak paham mengapa nama wanita tak dikenal meluncur dimulut temannya.Apa istimewanya dari nama itu?

“Choi Yoori..nama pelayan itu.” Yoochun menjelaskan siapa pemilik nama dan disambut ekspresi kaget Changmin. “Aku bertaruh kamu belum bisa mengajak kenalan atau sekedar tahu nama si pelayan itu meski sudah hampir 3 bulan dia bekerja disini dan kamu hanya bisa memperhatikan secara diam diam seperti penguntit.”

Changmin terdiam atau tidak membalas ledekan Yoochun.Memang begitu kenyataannya.Yoochun tahu Changmin seperti apa.Temannya yang sering main di club dan dikeliling wanita cantik tapi sekali jatuh cinta,dia akan menjadi pria polos sama seperti ketika temannya menyukai pelayan ini.Yoochun sedikit menyayangkan kemampuan merayu Changmin yang tenggelam duluan karena gugup melihat Yoori.

“K..kau tahu darimana namanya?” Changmin mengeluarkan pertanyaan dengan curiga.

“Suaramu seperti ketakutan jika aku merebut dia darimu.” Yoochun menggeleng kepalanya sambil tertawa kecil. Ia menepuk meja sedikit keras dan memajukan kepalanya “Sebelum kamu datang,aku sudah menanyakan namanya duluan bahkan aku bertanya jam berapa dia selesai bekerja hari ini lalu..”

Mwo?Kau..” Changmin sedikit memekik sehingga memotong perkataan Yoochun.

“Hei..hei..tenanglah!Jangan putuskan kalimatku dulu!” Yoochun menyergah kesal. Ditariknya nafas panjang ketika Changmin mengunci mulutnya sendiri tapi masih menatap tajam.

Ketika Yoochun ingin melanjutkan perkataannya.Tiba tiba ada tangan putih terulur didepan Changmin seraya menaruh secangkir macchiato di meja. Otomatis Changmin menoleh ke arah pemilik tangan itu.

“Silahkan dinikmati!Kamsahamnida.” ucap Yoori memeluk nampan sambil membungkuhkan kepala dan beralih ke meja lain untuk melayani pelanggan.

Changmin tersenyum lebar dan menyeruput macchiato pesanannya.Yoochun menggeleng kepala melihat kelakuan pria sedang jatuh cinta lalu mendesah panjang.

“Malam ini kamu jangan datang bermain ke club atau membuat janji dengan wanita lain. Kalau perlu,kamu putuskan hubungan dan hapus nomor kontak wanita lain.”

Kedua alis Changmin terangkat.Ia meletakkan kembali cangkirnya “Apa apaan ini?”

“Jam 20.30,kamu harus sudah ada di sini.Sebelum kamu datang,aku mengatakan pada Yoori bahwa ada seseorang ingin mengenalmu lebih dekat bahkan bersedia mengantarmu kerumah.Ah…aku juga bilang padanya,seseorang itu adalah orang yang baik dan tidak perlu khawatir.”

Changmin mengerjapkan matanya tidak percaya “K.. Kau?Maksudmu kamu menyuruhku menemani Yoori di jam pulang kerjanya dan mengantar pulang.”

Yoochun mengangguk “Aku sudah terlalu gerah dengan tahap cinta yang tidak ada kemajuan sepertimu.Terpaksa aku turun tangan.Kau jangan lepas dari kesempatan ini!” serunya beranjak dari kursi sehingga menimbulkan suara berderit ketika kursinya mundur.

Seulas senyum lebar merekah diwajah Changmin. Mata pria itu berbinar binar.Ia buru buru ikut beranjak berdiri “Astaga…kau ini.Aku sangat tidak menyangka kamu melakukan ini untukku.Segitunya kamu menyayangiku.”

“Cih…anggap saja hadiah dariku karena mewakiliku menghadiri meeting.” Yoochun mencibir dan memasang ekspresi mual ketika Changmin mengatakan ‘Segitunya kamu menyayangiku’. Sementara Changmin bersiul siul senang.Yoochun memukul kepala Changmin seraya sengaja menghancurkan mood bahagia temannya “Ayo kita kembali ke kantor!Fokus dengan pekerjaan sekarang.”

Namun Changmin tidak mengomel dengan perlakuan terakhir Yoochun dan malah mengikuti langkah Yoochun dibelakang.Sebelum keluar dari cafe,Changmin sempat mencuri pandang ke arah Yoori lalu tersenyum senang ketika Yoori sempat menatap ke arahnya bahkan tersenyum padanya.

Langkah Yoochun terhenti ketika menyalakan kunci otomatis mobil yang terparkir tepat didepan cafe. Sekilas ia menoleh Changmin yang masih belum lelah mencuri pandang ke dalam cafe lalu beralih menatap jalan raya.Beberapa mobil melaju cepat.

“Aku membantu percintaan teman tapi untukmu,aku akan menghancurkan percintaanmu,bajingan.” batin Yoochun mengangkat sebelah ujung bibirnya ketika melihat mobil porsche boxster hitam melewatinya.Ia sangat mengenali siapa pemilik mobil mewah itu bahkan hafal nomor plat.

—————————————–

Jung Ah menarik nafas dalam ketika berada didepan pintu kamar disebuah gedung kontrakan tua dan sedikit kumuh.Ia mengumpulkan niatnya tapi belum bisa menenangkan rasa gugup sekaligus kekhawatiranya.Diketuknya pintu kayu yang terdapat beberapa kulit mengelupas.

“Permisi…” Jung Ah sekali lagi mengetuk seraya menunggu jawaban dari pemilik kamar yang tidak kunjung membuka pintu.

Tepat beberapa sesaat,pintu terbuka dan Jung Ah melihat anak laki laki sekitar umur 12 tahun yang membukakan pintu.Anak itu melebarkan matanya melihat Jung Ah dihadapannya lalu menghambur- kan pelukannya ketubuh gadis itu.

“Jung Ah noona…hiks…hiks…”

Kening Jung Ah mengerinyit dan tentunya shock ketika anak itu memeluknya tiba tiba bahkan juga menangis.Kemudian Jung Ah menepuk lembut punggungnya dan membiarkannya menangis.Ia sudah menganggap anak itu sebagai adiknya dan otomatis naluri sebagai kakak langsung keluar.

“Kenapa kamu menangis,Junho-yya?” tanya Jung Ah.

Anak bernama Junho melepaskan pelukan lalu menyeka air mata dan merutuki sendiri “Bodoh! Anak laki laki tidak boleh menangis tapi aku malah menangis.Jika Junsu hyung melihat,dia pasti menertawakanku.” ujarnya tertawa tapi terdengar sangat miris.

“Ah…Junsu mana?Aku ingin bertemu dengannya.” Jung Ah teringat tujuan awal kedatangannya lalu ia membungkuh agar menyamakan tinggi Junho,adik laki laki Junsu.

Junsu menundukkan kepalanya lalu menggeleng kepala.Rautnya muram seolah memberi berita buruk untuk Jung Ah secara tidak langsung.

Jung Ah menaruh tangan dipundak Junho dan wajahnya memucat.Tubuh gadis itu menegang dan takut “Apa yang terjadi padanya?” tanyanya dengan suara bergetar.

————-To Be Continued——–

Aseeekkk yang baca sampai habis,aku ucapkan ‘Thanks’.Maaf banget kalau ceritanya bertele tele,membosankan atau hancur.Kalau ada typo, mohon dimaklumin sebab aku emang gak teliti.Seperti biasa,aku menegaskan kalian untuk meninggalkan komentar.Diterima baik kritik atau saran. Pokoknya jangan menambah dosa karena jadi silent reader.

Bagi yang ngefans ma DBSK maupun JYJ pasti tahu siapa Kim Junho.Yaph…dia kembarannya Junsu tapi disini aku jadiin dia adik Junsu yang masih kecil (Padahal cakepan Junho drpada Junsu #ditimpukXiahtic ).Di ff ini aku sekalian memperkenalkan new couple buat project ff terbaru penggantinya Criminal yaitu….

Yuph…ChangYoo couple.Mereka bakalan jadi project ff selanjutnya tapi mereka memiliki kisah sendiri dan tentunya tidak ada hubungan dengan ff ini.

Yang terakhir daripada takut ditimpuk gara” kebanyakan omong,saya mau promote blog temanku.Dia butuh banget reader membaca ff buatannya serta meninggalkan komentar agar dia bisa mengembangkan bakat menulisnya dan makin semangat. Visit ya: Click this blog

Give Me Your Comment!Don’t Be Silent Reader!

Bonus Reader yang udah mampir+kasih komen


Pandora Heart (Teaser)

$
0
0

—————————————————–

“Aku berdiri ditempatmu, kau memandangiku dengan tatapan pilu dan hal itu membuatku terlebam kedalam pusaran air matamu. Setiap mengamatimu, aku merasa kau adalah lentera yang membutuhkan api tapi sayangnya api itu tidak selalu ada bersamamu. Dan akulah seperti api yang bisa membakar senyumanmu. Mengapa cinta kita tidak bisa sempurna meski hati bersatu?”

_Shim Changmin_

………………………………………………

“Sejuta alasan aku mencintaimu dan waktu kebersamaanmu sudah seperti nafasku. Namun ketika kusadari, aku hanya bisa melihatmu dengan sebuah rasa perih yang melingkup dalam diriku. Kau terlihat sangat terang didunia redupku tapi kadang kau menjadi gelap dan menghilang seperti angin. Kau mengatakan kita saling mencintai namun yang membuatku diriku tersayat adalah: Mengapa kau tidak bisa kuraih secara menyeluruh dalam waktuku?

_Choi Yoori_

………………………………………………

“Terlontar ucapan lembut dengan senyuman hangat yang kau berikan padaku. Aku membuat keyakinan besar bahkan tidak peduli apapun yang meragukanku. Ketika kau berjalan sedikit lebih menjauh didepanku dan perlahan menjadi mendingin, hal itu selalu saja  menganggu benakku dan kadang menggoyahkan kepercayaan diriku. Benarkah semua ini adalah palsu?”

_Victoria Song_

…………………………………………

Bertingkah layaknya boneka yang selalu bermain. Menjadi seseorang yang kekanakan dimatamu agar mendengar tawamu. Kumohon jangan ragukan lagi ketika hatiku terkumpul bahkan aku bertingkah seolah mengikuti bagian komedi, aku akan memperbarui perasaanmu seolah kau tidak pernah hancur lagi. Tutuplah kedua matamu dan lihatlah sisiku yang berbeda! Apakah aku yang  lebih muda ini agak memberatkanmu?

_Park Chanyeol_

Sesuai postingan ff Dirty, aku sudah bilang ada project ff Changmin. Ini baru teaser, cerita secara full akan muncul setelah ff  ‘Criminal’ tamat. Kuharap kalian tertarik menunggu ff ini. Silahkan kalian beri komen atau saran. Gumawo :D



Dirty (Chap 2)

$
0
0

Cast:

Jung Yunho

Son Jung Ah

Park Yoochun

Support Cast: You can found it alone…

Genre: Romance,Angst,NC

Written By: @Mischa_Jung

————————————

Hello….I’m back again. Sorry yg sudah menunggu lama sampai jamuran gara gara saya lelet melanjutkan nih ff. Jujur saya aku lg tersendat soal imajinasi dan sering menemui banyak cerita buntu. Aku tetap berjuang keras sebab kalian sudah mendukung saya lewat twitter ataupun komen kalian dipostingan sebelumnya.

Happy Reading!!!!

————————————————-

Previous Part: Part 1

Yoochun melepaskan kacamata hitam yang bertengger diwajah sempurnanya lalu diletakannya diatas dashboard. Ia mengetuk roda setir mobil, menunggu lampu merah berubah disalah satu jalan lalu lintas. Gumaman senandung kecil terdengar lirih, sesekali matanya memandangi orang orang berjalan di zebra cross didepan mobil.

Hyung, aku tidak bisa bersabar menunggu jam 20.30 malam nanti. Aku berhutang budi padamu dengan kebaikanmu untuk pendekatanku dengan Yoori.” Changmin menyela senandung Yoochun dengan suara semangatnya. Ia duduk disamping jok pengemudi, tepat disamping Yoochun. “Tidak….aku tidak perlu berhutang budi sebab hyung sudah banyak merepotkanku dalam pekerjaan.” tambahnya mengelus dagu.

Yoochun mendelik sinis dengan lidah berdecakan. Asisten kerjanya,Shim Changmin mengeluarkan ekspresi polos dan sama sekali tidak segan dengan atasannya sendiri seolah ucapannya adalah kejujuran yang tidak terbantahkan.

Shit..you look like a crab.” balas Yoochun mendesis.

Changmin mendelik tajam. Entah ia cukup kaget mendengar rutukan kesal Yoochun lalu menggeleng kepala “Why? I think I look like a prince. I have a good body and handsome face.

“Huh! Whatever!” Yoochun memandang sinis ke arah Changmin sedang membenahi rambutnya lewat kaca spion mobil. Merasa menggelikan melihat Changmin bercermin seraya mengagumi ketampanan diri sendiri, pandangan Yoochun beralih ke depan dan mengamati orang berlalu lalang menyebrangi zebra cross.

“Wanita itu…” Yoochun spontan mengumam pelan ketika menemukan seseorang diantara penyebrang yang tengah diamatinya.

“Eh? Siapa wanita yang kamu maksud?” respon Changmin berhenti mengamati wajahnya di kaca spion dan menoleh ke samping.

Yoochun menunjuk ke arah zebra cross dengan gerakan dagunya. Sosok wanita berambut panjang dengan simple dress kuning dipadu sweater longgar sedang berjalan gontai menyebrangi zebra cross.

“Sepertinya pernah lihat. Dimana?” Kening Changmin mengkerut seraya berpikir keras menemukan sesuatu yang mengganjal diotak lalu matanya membulat. “Ah… dia salah wanita yang keluar dari private lounge  Yunho. Wah…dia berbeda sekali dibandingkan ketika di club. Dia tampak sederhana sekali jika tanpa make up dan juga pakaian mahal. Meski begitu, dia ternyata cantik juga tanpa bantuan make up.Tidak kusangka, aku sempat berpikir dia sama saja dengan wanita lain yang mengandalkan make up tebal.”

Tanpa mempedulikan Changmin yang masih menyerocos dan berkomentar, kedua mata Yoochun terus mengejar sosok Jung Ah dan memperhatikan secara detail. Entahlah ia jadi sangat tertarik. Nalarnya bertanya tanya apa lagi yang terjadi pada wanita itu. Yoochun melepaskan seat belt-nya dan membuka pintu mobil. Ia kemudian turun dari mobil dengan tergesa gesa.

Changmin spontan menghentikan ocehan nonstop-nya ketika melihat tingkah laku Yoochun yang spontan itu “H..hyung…mau kemana? YAKH…hyung, kembalilah! Jangan tinggalkan aku dan mobilmu ditengah jalan raya!”

Teriakan Changmin diabaikan begitu saja oleh Yoochun. Berikutnya ia segera membuka kaca mobil lebar lebar, melonggokkan kepalanya keluar jendela dan memanggil Yoochun seraya berusaha mencegah kepergian boss-nya yang sudah berlari bahkan sempat menabrak pejalan kaki. Changmin sempat melirik ke arah lampu lalu lintas dan mendadak jadi panik ketika lampu merah sudah berubah lampu hijau. Terdengar suara ribut kendaraan dibelakang sudah membunyikan klakson dengan tidak sabaran.

“H…hyung…cepat kembali ke mobil!”

“Kuserahkan mobilku padamu. Kembalikan ke garasi apartemenku! Kupercayakan padamu.” teriak Yoochun kepada Changmin ketika mencapai trotoar lalu berbalik lagi dan berlari cepat seolah sedang mengejar sesuatu.

“Hei..Hyu…” teriak Changmin tertahan lalu dia mengerang ketika Yoochun sudah semakin jauh. Terpaksa mengambil alih mobil Yoochun sambil menggerutu. “Dasar seenaknya saja! Boss,terkutuklah kau. Jika tidak ingat kebaikanmu membantuku soal Yoori, aku pasti  sudah menusuk paku ke boneka voodo -sebagai alat santet/perantara mantera yang ditujukan pada orang yang ingin dilukainya- yang sudah diberi namamu.”

Changmin menginjak pedal gas mobil sebelum dipelototin secara massal oleh pengemudi kendaraan lain. Mengeluh dengan nasib sialnya tanpa ada satupun menjadi pendengar.

———————————–

Jung Ah melangkahkan sepasang kakinya dengan lemas. Ditengah sore yang mendung, cahaya matahari semakin redup dan hembusan angin bertiup dingin. Rambut panjang sedikit berantakan yang tersibak lembut sehingga sedikit helai helai rambut menutupi sebagian wajah yang memucat itu. Apakah harus tetap bertahan hidup atau tidak? Jung Ah mempertanyakan kalimat yang singgah dipikirannya.

Rasanya mau pecah dan terlalu sakit di kepala jika ucapan Junho, namdongsaeng Junsu terus terngiang ngiang. Hati retak semakin hancur melebur ketika melihat Junho terisak menceritakan keadaan Junsu yang belum sempat ditemuinya sejak kejadian Minggu lalu. Pria itu menghilang dan merusak kepercayaan dirinya sekali lagi.

He leave me again?

Kekhawatiran Jung Ah semakin memuncak. Ia merasakan seluruh saraf jadi tegang dan paranoid. Bola matanya bergerak gerak tidak karuan seolah menunjukkan keadaan tidak tenang. Ucapan Junho tentang hilangnya Junsu membuatnya rasa takutnya semakin meledak. Ia mengigit kukunya dan lantas terbayang sosok wajah Jung Yunho yang dingin. Seluruh pikirannya menuduh pria kaya dan kejam menjadi penyebab dibalik hilangnya Junsu.

Apakah perlu bertaruh nyawa menghadapi pria biadab itu jika dia benar benar mengacaukan kehidupan antara dirinya dengan Junsu, seseorang yang masih ada dihatinya?

Sialan…kenapa satu per satu orang harus pergi dan membuat nasibku seperti pecundang?

Syaraf otaknya merekam sosok wajah orang orang yang dicintainya. Mereka yang datang entah berapa lama dikehidupannya kemudian menghilang seperti angin musim. Rata rata meninggalkannya tanpa ada perpisahan yang indah.

Jemari Jung Ah bergetar hebat bersamaan dengan sekujur tubuhnya yang lemas. Ia merasakan daya tahan tubuh semakin menurun. Bulir bulir air mata mulai menuruni kedua pipi putih itu dan bibir mungil mengumam seraya meracau tidak jelas. Pikirannya terus berputar putar sampai meledak. Ia  kelimpungan dan ketakutan.

Siapapun tolong bawa aku keluar dari kegelapan ini. Aku tidak sanggup jika hidupku begini.Siapa yang perlu kupercayai sekarang?

Digigitnya bibir bawah dan rasa perih semakin menyebar di dalam dada. Harus tegar? Tidak bisa…ini sudah terlalu sakit. Ingin terbangun dari mimpi buruk sekarang. Takdir ditempuhnya ini sudah terlalu kejam. Ingin berteriak sekuat tenaga agar bisa lebih melegakan tapi rasa perih tetap tidak akan lenyap. Ini tidak bisa terobati atau tertolong lagi seperti manusia yang kehilangan arah. Manusia sudah kehilangan kepercayaan diri dan tidak ada lagi tangan yang terulur untuknya lagi.

Memasuki salah satu kawasan cukup sepi ditengah ibukota Seoul. Langit mendung membuat jalanan kota semakin sunyi dan terdengar gemericik ranting ranting pohon bergoyang. Ayunan langkahnya terhenti, ia mendongkahkan kepala menatap gedung berarsitektur barat dan didominasi warna putih. Bangunan tidak terlalu besar, terkesan kuno namun indah dan terawat baik.

Seluruh tubuhnya bergetar pelan dan termanggu dihadapan kapel tengah kota. Ia tidak dapat memalingkan wajah atau meneruskan langkahnya. Jung Ah masuk melewati pagar lalu tangannya terulur seraya mendorong pintu besar terbuat kayu mahogani. Tepat pintu terbuka lebar, kedua mata yang memanas tertuju pada simbol salib dan patung Yesus terpampang di atas altar.

Sepertinya ia telah menemukan dimana tempat yang tepat untuk berlari ketika hilang kepercayaan diri dalam hidup.

Tuhan, aku datang kepada-Mu. Hanya ditempat-Mu, aku bisa berteduh.

————————————-

Suara musik terdengar keras disebuah club elit pusat kota. Beberapa pengunjung terlihat sudah mabuk terus bergoyang dengan terseok seok di dance floor. Diantaranya beberapa pasangan bercumbu mesra tanpa malu sedikitpun. Di sebuah club, perbuatan itu sebuah pemandangan biasa dan sudah tidak aneh lagi.

Gelas kristal berisi red wine kesukaan Yunho hanya diteguknya sedikit seakan kehilangan selera. Pria itu daritadi duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan meja bar sehingga bisa menyaksikan sang bartender beraksi melakukan keahliannya dalam meramu minuman.  Yunho bukan tertarik dengan  yang dilakukan bartender sedang memamerkan melempar dua botol minuman dengan bergaya lalu menuangkan ke gelas, seperti pengunjung lainnya asyik berdecak kagum tapi ia sibuk sendiri dengan suatu pikiran merasuki syaraf otaknya.

Rongga dada yang tidak berpenghuni sekaligus membeku itu membuatnya seperti tidak hidup. Ditengah terpaan lampu club yang remang remang dan ditemani musik yang dimainkan sang DJ bergema keras, sorot mata dinginnya menatap cincin terbuat dari emas putih yang bertahta batu berlian tergeletak di atas meja bar. Meski suasana club minim penerangan tapi masih terlihat jelas kilauan cincin itu.

Terekam wajah Jung Ah selalu membayangi pikirannya. Wanita yang terpantas mengenakan benda tersebut bahkan paling ingin dilihatnya cincin ini telah melingkar dijarinya. Yunho berharap senyuman wanita itu…tidak…sampai kapanpun dia tak akan tersenyum untuknya.

Yunho tersenyum miris ketika melirik tanggal yang tertera di layar ponsel androidnya yang juga tergeletak begitu saja di meja bar. Sudah lewat seminggu tidak menemui Jung Ah bahkan menelponnya. Semenjak malam itu, ketika Kim Junsu, kekasih wanita itu yang paling ingin segera dilenyapkan muncul dihadapan wanitanya.

Ah…aku sadar ternyata aku tetap menyebutnya dia adalah wanitaku…

Ia masih memposisikan Jung Ah adalah wanitanya meski dia sudah menampar pipinya dan tentunya sangat meninggalkan seberkas perih yang mendalam dilubuk hatinya meski ia bersikap seolah tidak terluka sama sekali. Lihai menyembunyikan kondisi hati sebenarnya dengan mengandalkan sisi dingin dan kaku. Itulah sebabnya orang selalu sulit mengerti atau membaca pikiran Yunho.

Teriakan Jung Ah memaksanya berhenti menyakiti Junsu ketika ia memerintahkan para bodyguard  masih terus berputar di otaknya. Ia tidak menanggapi permintaan histeris wanita itu dan seluruh jiwanya sudah terlanjur dikerubungi kecemburuan yang menyesakkan. Emosi sesaat telah menggerakan lidahnya mengatakan perintah yang menambahkan kebencian Jung Ah.

Rasa sakit yang selama ini diterabaikan olehnya malah membuatnya lebih parah. Alkohol juga tidak akan bisa menelan apapun yang menyiksanya. Bayangan Jung Ah didalam dekapan Junsu sungguh membuatnya gila dan tertekan. Terekam baik diotaknya secara berkali kali seolah ejekan ditujukan padanya yang tidak pernah mendapatkan hati wanita itu.

Apakah kamu lupa kekasihmu yang bodoh telah menjualmu padaku? Dan kau kenapa tidak juga membencinya bahkan masih memberi kepercayaan atau kesempatan untuknya? Apakah kamu memang wanita bodoh atau memang sudah dibutakan perasaanmu yang tertutup untuk pria lain kecuali pria lemah itu?

Sebagian diri seolah terbakar jika mengingat Jung Ah menumpahkan tangisannya dalam pelukan Junsu.  Pria lemah itulah mampu menenggelamkan air mata wanita itu. Benci kenyataan jika hati Jung Ah sudah tertutup untuknya dan dari awal Junsu sudah memenangkan dalam persoalan Jung Ah. Yunho ingin dirinyalah menjadi tempat wanita itu bersandar, bukan pria lemah bernama Kim Junsu. Itulah sebabnya Yunho telah memberikan segalanya. Dan wanita itu tidak pernah memahaminya dan sudah terlalu buta.

“Sepertinya kau sedang memikirkan sesuatu yang rumit.”

Yunho melirik sekilas ke arah pemilik suara lalu kembali memandangi cincin. Ia tidak berniat bermain atau bersenang senang sekarang meski disampingnya seorang wanita seksi dengan pakaian yang cukup merangsang hasrat pria normal. Wanita seksi itu tidak peduli Yunho mengabaikannya dan malah menggeser posisi duduk sehingga lebih dekat lalu dia melingkarkan tangannya di lengan atas pria itu dan merasakan otot bisep dibalik jas kasualnya.

“Cincinnya cantik sekali. Untuk akukah?” tanya wanita seksi, Choi Gina dengan mata berbinar dan penuh harap cincin itu ada ditangannya. Ia mengenali cincin itu keluaran brand terkenal dari majalah fashion langganan bahkan model cincin itu cukup langka dan tentunya harga sangat tinggi. Luar biasa jika bisa memilikinya lalu dipamerkan ke teman dunia sosialitanya.

Ujung mata Yunho melirik tajam sehingga cukup membuat wanita seksi itu terdiam dan bergidik. Tanpa berbicara banyak, Yunho mengambil cincin di atas meja kemudian dimasukkan kedalam saku balik jas kasualnya. Wanita disampingnya merenggut tapi tidak menyerah semudah itu. Gina menyibak rambut panjangnya yang dicat coklat pirang kebelakang pundak sehingga memperlihatkan belahan dada yang montok tampak mencuat dibalik dress ketat. Siapapun pria akan menelan ludah melihat penampilannya.

“Bagaimana kita bermain malam ini? Aku merindukan sentuhanmu yang hebat.” ujar wanita itu dengan suara mendesah dan sengaja merapatkan  buah dadanya ke lengan atas Yunho. Tangannya juga tidak tinggal diam, meraba dada bidang pria disampingnya.

Yunho terdiam dan tidak merespon apapun. Ia tetap menatap lurus dengan wajah datar seolah tidak sedikitpun tertarik dengan godaan Gina. Melirik sedikitpun tidak. Suara wanita itu seperti angin ditelinganya.

Look at me,please!”

Dagu Yunho ditarik oleh Gina dan dipaksanya saling beradu mata. Mata wanita yang memancarkan keseksian yang dimilikinya terus berusaha menarik perhatian Yunho. Perlahan wajah Gina semakin dekat lalu meraup bibir pria itu dengan agresif. Ia cukup pintar memainkan bibir dan merangkul leher Yunho seraya membuat lebih panas. Ketika bibir Yunho ikut bermain liar, Gina bersorak gembira dalam hatinya sekaligus menyanyikan lagu kemenangan. Yunho terperangkap ditangannya sekarang.

Beberapa detik bibir mereka saling berpagutan dan Gina terus mengumpulkan hasrat. Yunho memang selalu membuatnya tergila gila dibandingkan pria lain. Pria seperti Yunho selalu membuatnya penasaran. Itulah alasan Choi Gina selalu bersikap agresif. Selama kecupan liar, pundak Gina terdorong sehingga kontak bibir juga terlepas.

Mata Gina melebar dan bulu kuduknya merinding menemukan raut wajah Yunho yang terlihat menakutkan. Sorot mata pria itu mengkilat sangat tajam dan ekspresi geramnya sampai rahang mengeras.

Shit…kau bukan Jung Ah.”

Mwo?” Spontan Gina memekik mendengar ucapan penuh kekesalan dari mulut Yunho. “Astaga kau membalas ciumanku karena berpikir aku adalah wanita lain yang nama tak kukenal sama sekali?” tambahnya menunjukkan nada terkejut.

Tanpa berbicara apapun, Yunho beranjak dari kursi dan bergegas pergi meninggalkan club elit. Ia tidak memberi penjelasan apapun atau meminta maaf. Gina berteriak memanggil namanya tapi tidak digubris oleh pria itu. Yunho dengan cepatnya menghilang dibalik pintu utama club dan tak terlihat lagi.

“Arrrgggghhh…Siapa wanita itu pula?” Gina mengerang kesal lalu melirik gelas red wine milik Yunho yang masih utuh lalu diteguknya rakus. Rupanya red wine belum bisa membuatnya puas. “Berikan aku sebotol vodka!Cepat!” perintahnya pada bartender dengan nada membentak. Frustasi sekarang memenuhi dirinya dan berniat menghabiskan sebotol vodka sendirian sampai mabuk.

————————————-

Yoochun  sedikit melonggokan kepalanya dibalik pintu yang terbuat dari kayu mahogani, mengamati sosok belakang wanita sedang duduk di salah satu bangku yang terletak paling depan. Didalam sana tak ada seorangpun kecuali wanita yang sendirian disitu. Meski berada jarak cukup jauh sehingga keberadaannya tidak diketahui oleh wanita yang diawasinya, Yoochun tahu wanita itu sedang menangis ditengah kekhusyukan berdoa. Hal itu terlihat pada pundak wanita itu sedang bergetar sedaritadi.

Rasa simpati menggerogoti hatinya. Entahlah ia ingin memeluk wanita rapuh atau sekedar menghapus air mata. Mungkin itu naluri lelaki otomatis keluar setiap melihat wanita lemah. Rasanya ingin melindunginya. Yoochun menggeleng kepala, mengusir pikiran aneh dan berusaha menormalkan otaknya.

Apakah dia telah menanggung penderitaan seberat itu? Bagaimana dia bisa bertahan sejauh ini bersama bajingan tak punya hati itu? Aku tidak mengerti kenapa wanita ini terus melakukannya jika sesakit itu?

Setiap potongan kalimat muncul dibenak Yoochun itu sungguh menganggunya. Yoochun menghela nafas panjang lalu bersandar dipintu sambil melipat tangan didepan dada. Kepalanya terdongkah menatap langit semakin gelap dan menampakkan kilat serta angin besar menyapu dedaunan sampai berterbangan. Disaat itulah Yoochun baru sadar wanita itu berdoa sampai malam.

 Semakin tidak tahan lagi melihat beban yang dipegang Jung Ah. Ia tidak bisa menunjukkan wujud dirinya atau mengulurkan tangan pada wanita rapuh itu sekarang. Harus bersabar sedikit lagi sebab waktunya tidak akan lama lagi.

————————————-

Kelopak mata Jung Ah terbuka setelah terpenjam cukup lama. Jari jari tangan yang tadinya saling berkaitan kini terlepas sebab kegiatan doa sudah diselesaikannya. Pikiran yang tadinya menerawang ke bagian mimpi terburuknya perlahan mulai meredup. Beban sedikit terlepas setelah menumpahkan semua curahan dihadapan tuhan dalam agamanya. Rasanya ia telah kembali bernafas lagi.

“Jiwaku tenang karena-Mu. Akankah Tuhan bersedia mengampuni dosa dosaku dan menyelamatkanku dari mimpi buruk?”

Ia berharap mendapatkan pertolongan dari Tuhan. Meski memiliki jiwa yang dianggapnya sangat menjijikan dan dosa kotor menumpuk bahkan mengalami berbagai macam kepahitan dalam takdir tapi masih mempercayai Tuhan-Nya.

Jung Ah melirik kesekitar dan menyadari sejak datang ke kapel ini hanya ada dirinya seorang. Wanita itu menghela nafas panjang dan menyeka sisa sisa air mata diwajahnya yang mulai mengering. Kedua mata masih belum lepas dari atas altar sebelum pergi. Ia berharap Tuhan-Nya mendengarkan doanya dan mengabulkan permintaan hambanya.

—————————————-

Titik titik hujan memenuhi kaca mobil porsche hitam. Hujan deras malam ini menyebabkan taman yang biasanya ramai kali ini terlihat kosong. Yunho duduk terdiam memandangi keluar kaca dengan wajah datar tapi sorot matanya kosong. Hati dingin terasa semakin  membeku. Seperti bongkahan es kutub sedang mengapung didalamnya.

Berjam jam mobil Yunho terparkir sembarang disitu seraya menunggu di jalan yang biasa dilewati Jung Ah ketika pulang di apartemen. Mengharapkan wanita paling ingin dilihatnya segera muncul. Sudah beberapa hari tidak menemui atau mendengar suara Jung Ah sampai hampir melupakan bagaimana wangi tubuhnya dan juga suaranya.

Wanita itu tidak akan peduli jika Yunho sedang merindukannya. Jika wanita itu nekat, dia akan terjun ke jurang daripada hidup bersama pria sepertinya. Seberapa dalamnya kebencian Jung Ah tapi ia tetap mengikat dan memaksakan wanita itu menerima cintanya.

Aku pergi, kau diam saja. Kau melangkah mundur ketika aku mendekat. Aku maju dan kamu bersembunyi agar tak terlihat olehku.

Sikap wanita seperti itu semakin memperkuat kenyataan bahwa dia tidak akan menerimanya. Berusaha tidak memedulikan tentang seberapa inginnya Jung Ah lari darinya atau seberapa terlukanya wanita itu bersamanya. Bagaimana bisa seposesif ini perasaan seorang pria es, Jung Yunho?

Yunho merebahkan punggungnya sambil memejamkan matanya. AC mobil lumayan kencang cukup membuatnya sedikit mengigil serta deru angin kencang diluar sana yang diiringi nyanyian hujan. Hanya beberapa detik, matanya terbuka lagi. Terpaksa mengakui kenyataan bahwa ia sendiri tidak mampu mengusir kegelisahannya yang ingin menemui Jung Ah segera lalu mengisi dirinya dengan wangi tubuh wanita itu. Yunho hanya membutuhkan itu sekarang, tidak ada sesuatu yang lain bisa menggantikan keinginannya.

Terdiam sejenak lalu Yunho membuka pintu mobil dan sepatunya berpijak tepat diatas genangan air memenuhi jalan aspal. Hujan langsung menguyur sekujur tubuhnya. Ia menyandarkan tubuh tegapnya di mobil. Tidak peduli lagi kedinginan menyergapnya ataupun kesehatannya. Dibiarkan basah kuyup seakan bukan sesuatu penting. Berada dalam mobil hanya membuatnya semakin suntuk, maka ia memutuskan menantikan wanita itu diluar meski hujan membasahi seluruh tubuhnya.

Hampir setengah jam berlalu,  Yunho menoleh ke arah jalan di sampingnya setelah mendengar suara derap langkah lain yang telah menginjak genangan air sehingga menimbulkan suara gemericik. Senyum smirk perlahan membingkai diwajah tampannya setelah indera penglihatannya menangkap sosok sedang berjalan dari ujung jalan sana.

“Akhirnya kamu muncul.”

Sepenggal kalimat bernada dingin keluar dari mulut Yunho seraya menatap lurus wanita yang sudah berada beberapa meter darinya. Wanita bersweater longgar dibawah payung transparan, Son Jung Ah ada didepan matanya.

Kerongkongan Jung Ah tercekat. Ditengah hujan deras malam ini bertemu seorang pria yang tidak ingin dilihatnya seumur hidup. Terulang lagi nasib buruk yang selalu mempertemukannya dengan pria itu. Jung Ah mengigit bibir bawahnya dan mengamati penampilan Yunho. Mempertanyakan kenapa pria kejam ini kehujanan tapi Jung Ah bersikap pura pura tidak peduli meski hati kecilnya sedikit cemas.

Entahlah tiba tiba mengkhawatirkan Yunho akan jatuh sakit. Ingin memayungi pria itu tapi Jung Ah tidak akan menunjukkan kebaikan itu. Ia tidak bergerak sedikitpun dari posisinya.

Setitik perasaan hangat  merambat di dada Yunho secara lembut. Reaksi yang sempurna ditengah dinginnya hujan deras. Hanya perlu sekali melihat sosok wanita itu, gejala tubuhnya berubah cepat. Kemudian Yunho mengayunkan kakinya maju selangkah, dua langkah dan seterusnya sampai berhenti dihadapan Jung Ah, menyisakan beberapa jarak diantara mereka. Wanita itu tidak mengubah posisinya, tetap diam pada tempatnya tapi kedua matanya terus mengamati gerak gerik pria itu.

Nafas berat Yunho terhembuskan, memandangi bola mata hitam pekat milik Jung Ah. Meski pandangan sedikit buram oleh tetesan hujan, ia tetap bisa melihat jelas sosoknya yang terus terusan berdiam diri. Tepat Yunho akan mengulurkan tangannya seraya akan meraih tubuh Jung Ah. Wanita itu spontan melangkah mundur.

“Jangan mendekat ataupun menyentuhku!” Refleks Jung Ah memekik keras. Ia sudah memasang peringatan tapi tetap dilanggar oleh pria yang tak pernah mendengarkannya. “Stop!  Kubilang jangan mendekat!” Suara wanita itu lebih menggelegar emosi.

Yunho maju selangkah lagi lalu menangkap tangan Jung Ah dan mencengkramnya kuat sampai tidak bisa dilepaskan meski Jung Ah sudah menghentakkan tangannya berkali kali. Sekilas merasakan tangan wanita itu bergemetar hebat tapi pria itu hanya menatapnya datar. Sudah berkali kali wanita itu memandangnya seperti monster dan hal itu sudah hal biasa baginya.

“K…kau mau apa? Ingin melihatku tersiksa lagi?” tanya Jung Ah sedikit dingin tapi tidak berhasil menyembunyikan kedua matanya  memancarkan ketakutan dan juga penuh kesedihan.

“Aku ingin tahu rasanya menyentuh nafasmu dikulitku. Berbaringlah dipundakku dan berbisiklah ditelingaku, aku menunggu dihujani suaramu. Aku ingin semuanya terjadi nyata.”

Suara Yunho disela sela hujan terdengar jelas ditelinga Jung Ah. Ia terhenyak mendengarnya dan seperti ada batu yang menimpa perutnya. Jung Yunho mengatakan kalimat seperti itu? Apakah dia baru saja menghabiskan lebih dari dua botol minuman alkohol sampai meracau aneh. Jung Ah nyaris tidak percaya ucapan selembut itu bisa keluar dari pria itu.

Ia memberanikan diri mengangkat kepalanya dan penasaran bagaimana mimik Yunho sekarang. Namun yang terjadi sebelum sempat melihat ekspresi wajah pria itu, tangan Yunho segera menarik cepat dibagian belakang kepala Jung Ah sehingga mempertemukan bibirnya masing masing. Otomatis payung dalam genggamannya terlepas begitu saja akibat respon shock-nya. Dalam penglihatannya sekarang hanya menangkap wajah Yunho sedang memejamkan matanya sambil melumati bibir dan hela nafas tajam yang menerpa dikulit. Ia terdiam, tentunya tidak ada pemberontakan sedikitpun.

Tetesan air hujan menelusup disela sela mulut mereka, Yunho sudah tidak peduli lagi mereka sudah kebasahan dan baginya menyembuhkan hasrat yang tersimpan itu lebih penting. Menginginkan Jung Ah sekarang bahkan lebih dari apapun. Semua perasaan Yunho disalurkan melalui ciuman yang mulai liar dan tidak terkontrol. Tidak ada yang bisa menghalangi Yunho lagi jika sudah terobsesi dengan sesuatu.

————————————-

Di tengah malam dan suara hujan deras sudah tidak terdengar lagi kecuali deru nafas yang memburu bergema dikamar tidur yang gelap. Tepatnya diatas tempat tidur sedang ditempati dua orang yang tanpa pakaian yang menutupi tubuhnya. Yunho mengenggam tangan Jung Ah dengan kuat dan penuh perasaan. Ia juga merapatkan tubuhnya, menghilangkan jarak diantara mereka. Merasakan Jung Ah dalam dirinya membuat tubuh Yunho semakin bereaksi.

Apapun yang dilakukan Yunho mampu membuat Jung Ah merasakan tubuhnya sangat panas seolah akan terbakar. Sementara Jung Ah membalas genggaman pria itu dengan erat ketika kejantanan telah memenuhi bagian tersensitifnya. Dirasakannya tangan Yunho menyelinap kebawah lalu melingkar dipinggang rampingnya dan memeluknya sangat erat. Seperti sebelumnya, Yunho selalu mendominasi setiap menguasai dirinya.

Kulit Jung Ah dipenuhi bercak kemerahan ditinggalkan pria itu membuatnya semakin meringgis dan mungkin ia enggan melihat kaca cermin untuk sementara. Bulir air mata memenuhi matanya yang terpenjam. Ia tidak bisa menghindari getaran aneh sedang menguasai tubuhnya. Sangat perih dan menyakitkan sekaligus sensasi lain merasukinya.

Seraya hampir mencapai puncak kenikmatan, Yunho sedikit menundukkan kepala untuk menjilati bibir Jung Ah yang terbuka atau sesekali menelusupkan lidah kedalam rongga mulutnya. Salah satu bagian tubuh pria itu masuk lebih jauh kedalam dan mempercepatkan temponya. Erangan Jung Ah cukup nyaring ditelinganya membuat Yunho semakin ingin merasakan jauh lebih dalam dan menjelajahi apapun yang dimiliki wanita itu. Ia tidak akan pernah puas jika wanita itu adalah Jung Ah.

Yunho menyelipkan jari jarinya kehelai rambut Jung Ah dan mengangkat kepala wanita itu mendekati wajahnya, bibirnya terus berpagutan dengan bibir Jung Ah sampai lidahnya bergulat. Erangan lembut terbisik mesra ditelinga Jung Ah membuat wanita itu mengigit bibir bawahnya dan tidak berani memandangi wajah Yunho lagi. Ia mendengar ucapan pria itu yang bisa membuat tubuhnya mendadak lumpuh.

“Tetaplah disini, aku akan terus memintanya. Aku akan melakukan lebih baik dan memberimu lebih. Bisakah kau memilihku, bukan pria bodoh itu? “

Dan Jung Ah tahu siapa ‘pria bodoh’ yang dimaksud Yunho. Itu adalah…Kim Junsu.

————————————–

03.45 KST,  Yunho’s room, Seoul.

Seorang wanita masih terjaga meski jam weker di meja samping tempat tidur sudah menunjukan hampir pagi.  Punggung Jung Ah menempel di dada pria itu dan merasakan hela nafas teratur ditengkuk lehernya. Sementara tangan Yunho juga tidak bergeser dari pinggang ramping Jung Ah. Keduanya masih dalam keadaan sama yang tanpa sehelai benang kecuali selimut sebagai penutup tubuhnya.

Wajah pucatnya yang datar daritadi hanya menatap kosong ke arah pakaian pria dan wanita tercampur yang tergeletak di lantai begitu saja. Ia menyerahkan diri lagi pada pria yang tidak punya status apapun dengannya. Julukan ‘wanita jalang’ kedengaran sangat pantas untuk keadaannya sekarang. Jung Ah memejam matanya kuat dan kepalanya seolah berputar.

Tahan air matamu atau pria ini akan terbangun hanya karena isakanmu.

Jung Ah berusaha sekuat tenaga menuruti apa yang diperintahkan otaknya. Dibekapnya kuat mulut agar tidak keluar suara sedikitpun. Setiap kali ditengah bersama Yunho, sepintas bayangan Junsu selalu saja menelusup masuk dipikirannya. Ia tidak tahan lagi dan mengapa Junsu belum datang menolongnya? Bukankah Junsu telah berjanji hal itu. Kenapa dia tidak muncul juga?

Stupid…berharap dengan seseorang yang menghilang…

Rasanya Jung Ah akan gila memikirkan keberadaan Junsu sebenarnya. Akankah sebentar lagi ia seperti eomma-nya, mengalami gangguan mental?

 —————————————

09.00 KST, Yoochun’s Corporation, Seoul.

Kepala Yoochun teralihkan dari laptop ketika mendengar suara pintu ruangan terbuka dan muncul seorang pria jangkung dengan wajah malas segera melangkah jauh kedalam ruangnya. Tepat didepan meja, tangannya terulur memegangi map biru dengan mimik tidak ramah.

“Ini data yang kau inginkan.” Changmin berdecak sambil menjawab. Hari ini mood-nya sangat buruk bahkan sampai tidak membalas sapaan dari satupun para wanita  cantik dikantor.

Yoochun mengangkat sudut bibir lalu mengambil map biru. Ia tampak tidak menyadari perubahan Changmin yang terlihat sangat ketus “Thanks…good job, Changmin-ah!” ucapnya membuka penyegel map setelah menyesap secangkir black coffe.

“Huh…sayangnya kata ‘good job‘ tidak sesuskes untuk urusan percintaanku.” gerutu Changmin sinis, mengingat tadi malam saat melakukan pendekatan dengan Yoori yang terbilang ‘failed‘ berkat ponselnya berdering berkali kali dan mendengarkan perintah Yoochun panjang lebar.

“Hmm…” Yoochun mengumam pendek mendengar keluhan Changmin. Ia sama sekali tidak memandangi bawahannya sedang menggerutu dan sudah terlalu penasaran untuk membuka data dalam map biru.

Pria jangkung itu mendengus, mengamati raut wajah Yoochun sepertinya tidak peduli dengan masalahnya dan mungkin pria itu juga tidak menanggapinya. Bibirnya sudah gerah mengajukan satu pertanyaan.

“Sebenarnya kau ingin membantuku mendekati Yoori,  atau ingin mengagalkanku?”

Sebelah alis Yoochun terangkat. Sahutan Changmin membuatnya teralih dari data data. Ia baru menyadari raut wajah Changmin terlihat tidak menyenangkan hari ini. Keningnya mengerinyit bingung. Apakah yang terjadi dengan asisten kerjanya yang biasanya bersiul atau mengeluarkan cengiran? Kemudian ia terdiam sebentar lalu tersadar sendiri alasan mood jelek Changmin.

“Ah…pendekatanmu dengan Yoori tidak berjalan baik.” tukasnya.

“Yeah…berkatmu, boss. Setiap kali aku berniat menyatakan perasaan selalu saja ponsel berdering dan menganggu kami. Aisshh…aku juga tidak tahu mengapa aku tidak mematikan ponsel dan tetap menjawab panggilanmu.”

“Itu karena kau segan padaku. Maka kamu tidak bisa mengabaikan apapun berhubungan denganku atau pekerjaan.” jawab Yoochun enteng dan tidak bersalah sedikitpun. “Lagipula kau bisa datang ke cafe saat jam shift kerjanya. Kau juga masih hidup dan masih ada kesempatan menemuinya lagi. Hei…pergilah dan lanjutkan pekerjaanmu! Disini bukan tempat curhat atau mengeluh.” sambungnya menggoyangkan tangannya, mengusir Changmin.

Changmin melonggo mendengar kata kata Yoochun seenaknya. Ia berbalik dan berjalan keluar dari ruang kerja Yoochun sambil mencibir. Sepertinya benar ia perlu mencari dimana tempat menyediakan boneka voodo sekarang dan membuat kutukan untuk boss yang mengesalkan.

Tepat asisten kerjanya, Shim Changmin menutup pintu setelah keluar, Yoochun mengeluarkan beberapa kertas dari map sehingga berserakan di meja. Kedua matanya serius menelusuri kumpulan data mencantumkan informasi tentang seorang wanita yang akhir akhir ini menganggu pikirannya. Ia ingin tahu lebih banyak.

Son Jung Ah.

Baru kali ini Yoochun setertarik itu sampai harus memuaskan penasarannya. Bagaimana ia bisa semudah itu tertarik pada salah satu wanita sekitar Yunho yang biasanya adalah wanita gampangan atau materialistik. Sementara wanita itu sangat berbeda dan begitu rapuh seperti kupu kupu. Mudah hancur dan diremukkan, juga terjatuh karena terlalu lemah. Instingnya pun mengatakan harus menolongnya.

Sudut bibir Yoochun terangkat.  Dihampirinya lemari besar yang terletak ujung ruangnya lalu dibukanya pintu lemari sampai terlihat papan busur terpasang didalamnya. Kedua mata beringas menatap penuh kebencian yang ditujukan pada potret seorang lelaki. Foto  tersebut dicoret tanda silang dengan spidol merah dan juga ditancapkan panah busur tepat dibagian jantung.

“Akan kutemukan kartu joker yang bisa memperlihatkanmu neraka, bajingan.”

Berikutnya kepala Yoochun sedikit tertunduk,  menemukan potret seorang wanita muda berwajah manis yang tersimpan rapi dibawah papan busur. Disamping potret wanita itu diletakan setangkai bunga mawar putih. Sesaat pandangan Yoochun melembut dan jarinya mengelus wajah wanita muda tersebut dengan penuh kasih sayang.

Yoochun mengeladahkan kepalanya. Perlahan matanya terpenjam. Sosok wanita yang sama dalam potret digenggamannya kembali terbayang dipikirannya dan membuat pernafasannya memberat. Begitu sesak.

“Lizzy…mianhae.”

Ucapan lirih tergumam tanpa suara membuatnya terpuruk kembali kedalam kesedihan yang selama ini tersembunyi. Suara wanita itu memanggilnya ‘oppa‘ dengan nada ceria dan kelakuan manjanya. Semua kehangatan itu telah hilang dan menyisakan seberkas kenangan. Waktu yang tidak akan pernah kembali lagi.  Dia bukan berada ditempat yang sama dan juga tidak menghirup oksigen yang sama lagi.

Seandainya bajingan itu tidak hadir diantaranya dan Lizzy, mungkin wanita itu masih melingkarkan tangan dilengannya dengan sifat kekanakan bahkan mengeluarkan aegyo untuknya sekarang.

—————————————-

Suasana ruangan yang didominasi warna putih terdengar sangat sunyi. Jung Ah mengangkat kepalanya dan mengucek mata. Ia ketiduran sejak sejam lalu setelah mengurusi eomma-nya. Jung Ah menghela nafas menatap sosok wanita yang tidak lain eomma-nya terbaring diatas tempat tidur, tidur dengan pulas sehingga Jung Ah tidak menimbulkan suara atau apapun yang bisa membangunkannya.

Ditelusurinya wajah eomma-nya dengan sedih. Seorang wanita yang menyimpan banyak penderitaan dan gagal bertahan, itulah keadaan eomma. Jung Ah sedikit takut jika akan mengalami nasib yang sama.

Jung Ah mengenggam tangan wanita itu lalu dielusnya kulit mulai berkeriput itu. Tiba tiba matanya bergerak, tersadar ada yang terselip dibalik bantal digunakan eomma-nya. Jung Ah langsung meraih benda tersebut dan matanya melebar. Tangannya bergetar menyadari apa yang dilihatnya. Selembar foto keluarga dan ia tidak tahu eomma-nya menyimpannya disini.

Potret dirinya masih balita sedang tersenyum lebar yang duduk diapit oleh appa dan eomma. Jung Ah masih ingat foto tersebut diambil ketika rekreasi keluarga di pulau Nami untuk merayakan ulang tahun pernikahan orang tua.

Kenangan masa lalu mulai berterbangan. Eomma-nya yang masih dalam keadaan normal mengenggam tangan Jung Ah kecil dan tidak pernah melepaskannya setiap sedang berjalan kaki. Tangan hangat yang melindung dan menjaganya membuat Jung Ah kecil merasa sangat aman. Dari kejauhan, appa memanggil namanya lalu Jung Ah kecil berlari menghampiri appa.

Biasanya  setelah itu, appa akan memeluk dan digendongnya  Jung Ah. Appa yang penyayang sekaligus tegas. Masa kecil bahagia dan tentunya masih polos, bersih dan tidak memiliki beban apapun.

Kenangan yang membuatnya ingin kembali dan tidak mau beranjak ke masa dewasa seperti yang sedang dijalaninya sekarang. Tidak ada yang tersakiti pada saat itu. Dimana tempat eomma dan appa yang menghidupi dunia Jung Ah sebelum kebahagiaan rusak.

Jung Ah tersenyum pahit lalu menaruh kembali selembar potret itu ketempat semula. Dikecupnya kening eomma-nya sebelum keluar dari kamar rawat. Ia menarik nafas dalam, menyampirkan tali tas kepundak dan berbalik menuju pintu. Sebelum keluar, Jung Ah mengintip sekilas dengan tatapan pedih. Bagaimana eomma-nya yang mengalami penyakit jiwa masih mengingat keluarga?

Ketika wanita itu menggapai pintu utama rumah sakit jiwa dan melihat langit siang yang cukup mendung. Awan hitam memenuhi langit mendung dan sebentar lagi akan hujan besar. Jung Ah harus tiba diapartemen sebelum hujan membasahinya. Oleh karena itu, Jung Ah harus buru buru sebab butuh waktu sekitar 20 menit jarak rumah sakit – apartemen.

Jung Ah mengayunkan langkahnya cepat, tiba tiba mobil mewah hitam berhenti ditepat depannya seraya menghadang langkahnya. Wanita itu menelan ludah dan mengenali siapa pemilik mobil itu. Selang beberapa detik, kaca mobil dibuka secara otomatis sehingga menampakkan wajah pemilik mobil, Yunho. Pria itu menatapnya dengan sepasang mata dingin.

“Masuk!”

Kalimat Yunho seperti perintah, bukan berupa ajakan ataupun tawaran. Sangat singkat sekaligus dingin dan terkesan seperti diktator yang tidak boleh dibantah. Jung Ah menatap ragu kearah jok mobil kosong disebelah jok pengemudi yang ditempat Yunho. Ia kemudian membuka pintu mobil Yunho dan duduk di jok tersebut sehingga mobil berjalan.

Sangat menegangkan dan hening didalam mobil. Jung Ah melirik keluar jendela dan pandangannya sibuk menelusuri setiap jalan dilewati seraya bertanya tanya kemanakah mobil ini berhenti. Pria itu daritadi diam, berkonsentrasi penuh menyetir dan kedua matanya menatap lurus jalan. Musik band indie Inggris mengalun didalam mobilnya selama perjalanan menuju ketempat Jung Ah tidak tahu kemana Yunho membawanya.

Jantung Jung Ah berdegup kencang dan merasa tidak nyaman. Ia merasa tidak tenang ketika mobil ini berjalan semakin jauh dari pusat kota. Akhirnya Jung Ah memberanikan diri membuka mulut.

“Kita akan pergi kemana?”

Yunho memicingkan matanya kesebelah sebentar lalu kembali menatap lurus ke depan. Sudut bibirnya terangkat, tersenyum remeh. Kening Jung Ah berkerut dan tidak mengerti apa maksud senyuman Yunho itu dan mengapa itu harus menjadi rahasia?

—-T.B.C—-

Sorry jika ada typo dan saya suka gak teliti. Klo soal alur cerita bkin ngebosenin, gak asyik dan gak ada tegang tegangnya, saya jg minta maaf. Part ini adalah pemanasan sbab part berikutnya bakalan ada konflik besar. Disini juga sudah mulai terbongkar sisi Yoochun yang tersembunyi dan  new cast : Lizzy After School dan  G.Na.

Oh ya ini bonus pic-nya:

Bayangkan aja ekspresi Changmin menggerutu karena direpotkan si boss Yoochun kaya begini (=3=)

Seperti biasa,aku menegaskan kalian untuk meninggalkan komentar. Diterima baik kritik atau saran. Pokoknya jangan menambah dosa karena jadi silent reader. Yg masih ingat kalau aku punya project ff Changmin dan aku sudah bikin teasernya. Silahkan klik —> ‘Pandora Heart’


Always Be Mine (Bad Guy Bad Romance 4) -Remake/NC Series-

$
0
0

Cast:

Jung Yunho (DBSK)

Son Jung Ah (OC)

Kim Junsu (DBSK / JYJ)

Go Ara

Genre: Drama, Romance, Sad, NC

Written by: @ Mischa_Jung

Sebelumnya Part: Part 1 , Part 2Part 3

——————————————————

Annyeong…sudah lama tidak muncul dan membuat kalian menungguku sampai lumutan terutama reader BGBR. Saya minta maaf sebesar besarnya karena terlalu lama mempublish ff ini. Data BGBR kebetulan tersimpan di laptop yang sedang di servis sehingga saya tidak bisa mengedit lagi dan ditambah lagi kesibukan. Daripada saya cuap cuap tentang alasan saya, mendingan langsung dibaca. Happy reading!!!

————————————————————–

Backsound: T-Ara – Day By DaySuper Junior – It’s You, Infinite – Paradise.

Seorang wanita berusia 20-an awal, Son Jung Ah mengayunkan langkahnya secara perlahan. Sepatu high hells menapaki jalanan terbuat dari batu aspal di taman pinggir kota. Ia menarik udara sedalam dalamnya kerongga pernafasan lalu dihembuskan kembali. Hawa khas musim gugur yang tercium dari angin membuat perasaan jadi lebih baik.

Autumn dress sudah membalut ditubuhnya menyambut musim gugur di Seoul. Jung Ah berada dalam mood yang sangat baik sehingga menyempatkan diri menikmati dibawah pepohonan dengan daun berguguran sampai berserakan ditanah. Dirinya sama sekali tidak bisa tidur semalaman tapi ia lebih memilih menikmati suasana musim gugur dibandingkan memaksakan diri tidur dikamar.

Jung Ah menyukai segala sesuatu berhubungan dengan musim gugur. Ia menyukai aroma khasnya, dedaunan yang berserakan dijalanan atau deru angin yang bertiup tidak begitu kencang. Yang paling disukainya adalah pohon mapple merah sedang mengugurkan daunnya. Jung Ah mengeluarkan ponselnya setelah mengaktifkan fitur camera. Kemudian ia mengangkat ponsel dan mengarahkan kearahnya sambil tersenyum manis berlatarkan pepohonan  mapple.

Good picture.” Jung Ah mengangguk puas melihat hasil selcanya dilayar ponsel.

“Permisi..”

Ne?”  Suara wanita asing membuat Jung Ah memalingkan wajahnya dari ponsel dan menoleh kearah pemilik suara.Ia melihat sepasang remaja berdiri disampingnya sambil tersenyum canggung.

Mianhamnida…saya mohon bantuanmu untuk memotret kami berdua. Apakah kamu bisa?” tanya gadis remaja dengan bahasa informal sambil mengangkat kamera digital miliknya.

“Oke…baiklah.Ayo berposelah!” Jung Ah mengiyakan permintaannya sambil menerima kamera digital.

Gadis remaja tersenyum antusias dengan kedua mata yang berbinar binar lalu merangkul tangan pria remaja tersebut dan mereka berdiri didepan pepohonan mapple. Gadis remaja menyunggingkan senyum manisnya namun si pria itu terlihat sedikit kaku dan tidak pintar difoto.

Hana…dul…set…” Jung Ah memberi aba aba sambil melihat display, menekan tombol kamera untuk siap membidik gambar lalu disusul blitz berasal dari lensa kamera.

Setelah beberapa detik blitz keluar, sepasang remaja langsung menghampiri Jung Ah lalu melihat review potret barusan. Terlihat ekspresi puas dan senang diwajah mereka.

Kamsahamnida…” ucap mereka seraya membungkuhkan tubuh dan tentunya Jung Ah membalas sebagai sopan santun. Kemudian gadis remaja menggandeng tangan pria itu sambil berlalu. Entah apa yang membuat Jung Ah menyunggingkan bibirnya kecil menatap sepasang remaja.

Jung Ah beralih menuju bangku taman yang kosong dan duduk disana. Kedua matanya langsung menangkap kearah bangku lainnya yang berjarak beberapa meter darinya. Bangku lain itu ditempati pasangan lansia sedang berbincang tanpa melepaskan genggaman tangan pasangannya. Sorot lembut dipenglihatan rabun akibat usianya serta senyum hangat tersungging diwajah keriput. Mereka menikmati kebersamaan dan mereka bahagia…itulah tergambarkan dari wajah mereka. Jung Ah sekilas memperhatikan pasangan lansia ikut tersenyum, merasakan kehangatan yang tersalurkan begitu saja.

Perlahan senyumnya lenyap. Terbesit rasa iri dan cemburu kepada pasangan yang bebas membagi cinta disetiap waktunya. Jung Ah sadar ada ruang kosong dan sunyi didalam hatinya. Kerinduan bercampur penyesalan masih hinggap disana selama beberapa tahun terakhir.

Yunho oppa….

Sebuah nama dari seorang pria yang selama ini terus mengikutinya kemanapun berada meski dia tidak ada disekitarnya. Kedua mata kelam, senyum dingin yang terulas diwajah tampan dan angkuhnya. Lekuk wajah pria dirindukannya terus menyesakkan dadanya bahkan ia tidak berani menghitung sudah lewat berapa tahun tanpa pria itu.

Kepala Jung Ah mendongkah keatas, menatap langit cerah dan angin kecil cukup menghangatkannya. Setidaknya keadaan cuaca seperti ini lumayan bisa meringankan apa yang terjadi pada perasaannya. Seorang pria tanpa basa basi mengambil posisi duduk disebelahnya.

Jung Ah refleks melirik kearah pria itu karena penampilannya aneh dan sedikit mencurigakan. Mana ada pria tengah musim gugur mengenakan kacamata minus, masker dan topi merah sengaja menutupi sebagian wajah. Kemudian Jung Ah mengangkat kedua pundak dan memutuskan tidak begitu peduli kehadiran pria aneh.

“Yakh…kamu tidak mengenaliku?” sahut pria aneh.  Jung Ah menoleh lagi kearahnya dengan kening mengerinyit bingung.  Karena menangkap ekspresi gadis seperti itu,pria aneh itu menurunkan masker dan sedikit mengangkat sedikit topinya tanpa melepaskan kacamata minus.

Gadis itu membulatkan matanya dan kaget “Astaga…kamu…Junsu-sshi.” ujarnya hampir memekik lalu tersenyum kecil. “Ini mengagetkanku.”

Pipi Junsu mengembung dan bibirnya mengerucut “Jahat sekali.Kamu tidak mengenali penyamaranku padahal kupikir kita sudah berteman cukup lama.”

Jung Ah tertawa pelan dan sedikit gemas dengan ekspresi pura pura ngambek ala Kim Junsu.Ia memutar matanya “Penyamaranmu berhasil menipu banyak orang.Wajar saja aku tidak mengenalimu.” ujarnya membela diri.

“Seberapa tertutupnya penyamaranku,setidaknya aura seorang idol masih terpancar dalam diriku dan seharusnya kamu mengenaliku.”  Junsu mengangkat sebelah sudut bibirnya, menyeringai seraya sedikit memuji diri sendiri tapi begitulah kenyataannya.

“Huh…sudahlah, manusia juga bisa keliru.” Jung Ah menyenggol dada Junsu dengan siku. “Kau sedang senggang? Kupikir kau sedang sibuk sibuknya dalam masa promo new album.” tanyanya sedikit heran dengan pria yang bersantai santai saat ini padahal sedang masa sibuk sibuknya terutama persiapan comeback stage lagu terbarunya.

Pundak Junsu lemas. Yang tadi bersemangat berubah jadi lesu. Ia mendesah panjang dan menyandarkan tubuhnya “Aku sedang bebas dalam waktu dua jam. Berikutnya aku harus tampil di panggung musik dalam promo album, ada syuting acara reality show juga…ah…malam nanti juga aku tampil jadi bintang tamu disalah satu acara radio. See…baru kelar masa cuti, schedule langsung menumpuk. Aku lelah sekali.”

Jung Ah memperhatikan gurat lelah diwajah Junsu.Terlihat jelas kantung hitam dibawah matanya dan juga sorot kurang tidur, menunjukkan beratnya hidup didunia entertaiment. Dipenuhi kemewahan, uang banyak, ketenaran, dicintai banyak orang tapi hidup tidak menjamin kebebasan. Gadis itu memutar tubuhnya, menghadap ke arah Junsu dan mengepal tangannya.

“Semangatlah Junsu-ah. Jangan menyerah dan teruslah bertahan sebab aku tahu kamu tidak akan mundur begitu saja. Aku yakin new album kali ini akan mencetak penjualan yang tinggi seperti sebelumnya. Tidak hanya itu saja….aku juga yakin kamu akan menerima banyak penawaran karena kau semakin terkenal.Ayo…Junsu-ah, hwaiting!

Senyum Junsu langsung mengembang. Ia mudah mengeluh tapi setiap gadis itu menyemangatinya pasti akan memberi pengaruh besar untuknya. Entahlah mengapa kata kata dukungan Jung Ah selalu bisa memberi efek luar biasa untuknya, Junsu tahu alasannya.

“Kamu yang selalu mengerti aku.” ucapnya menarik pundak Jung Ah lalu tanpa permisi, ia mengecup kecil pipi gadis itu.

Dirasakannya kecupan kilat dipipi, Jung Ah mematung dan ada listrik kecil menyetrumnya. Shock.  Rasanya ia tidak percaya Junsu melakukan ini. Ia menoleh ke arah Junsu dengan mimik shocknya dan mulutnya terbuka kecil. Junsu mengedip sebelah mata dan tersenyum jahil seolah puas melihat reaksi seorang gadis yang menerima ciuman dipipi.

“Yakh….tidak sopan.”  Jung Ah memukul pundak Junsu berkali kali diiringi tawa Junsu.

“Hei…hei…jangan memukulku terus!Sesekali aku boleh mengecupmu.” kata Junsu santai sambil menahan tangan Jung Ah sehingga pukulannya terhenti. “Aku tahu diri kalau kamu hanya menyayangiku sebagai teman sekaligus idola…aku mengerti meskipun perasaanku tidak sama denganmu.”

Nafas Jung Ah tertahan. Ucapan Junsu mengingatnya kembali ketika pria itu sekaligus idolanya telah menyatakan cinta. Itu tidak terduga bagi seorang fans menerima penembakan langsung dari orang didambakannya bertahun tahun.

“Karena kamu sudah menolakku, maka anggap saja fans service.” Junsu menyambungkan kalimatnya setelah terdiam sebentar. Ia tahu Jung Ah sedang merasa bersalah setelah menolak pernyataan cinta. Ia sengaja memakai nada bercanda agar suasana tidak menjadi canggung.

Fans service? Waahh…aku sangat beruntung. Asalkan kau tahu jika fansmu melihat ini maka aku akan berada dalam bahaya.” balas Jung Ah mendecakkan lidahnya. “Sebagian fansmu itu rata rata terlalu menggilaimu sehingga akan terlalu mengerikan jika mereka tahu kamu mencium wanita yang tak lain seorang fans juga.”

Calm down…meski kalian sama sama fans tapi kalian berbeda.”  Junsu menjulurkan lidahnya. “Fans lain akan menerima pernyataan cintaku tanpa berpikir panjang. Aku yakin kamu itu bodoh sampai tidak melihat pesonaku dan hanya menyukai suaraku atau lagu lagu yang aku bawakan.”

Jung Ah mengertakkan lidah dan mendelik tajam. Namun Junsu itu malah langsung memasang aegyo dan puppy eyes andalannya sehingga Jung Ah tertawa terbahak bahak sampai gemas mencubit keras pipi Junsu. Mereka memang sudah sangat akrab, berteman selama beberapa tahun setelah melewati perkenalan.

———————————————–

Mobil sport milik Junsu berhenti tepat di lobby rumah besar keluarga Junsu, disusul Jung Ah membuka pintu dan turun dari mobil. Junsu sengaja membuka kaca mobil. Gadis itu langsung membungkuhkan tubuhnya seraya mengucapkan ‘gumawo’.

“Jika hari ini aku menang penjualan album bulan ini, berjanjilah kau harus mentraktirku makan.” Junsu menyahuti sebelum menginjak gas untuk meninggalkan rumah keluarga Jung.

Jung Ah mengangkat jarinya membentuk kode ‘OK’ lalu dilambaikannya tangan ketika mobil Junsu melesat pergi dengan kecepatan lumayan.Senyum gadis itu lenyap dan digantikan mimik lesu. Ia meregangkan tubuhnya yang lumayan kaku dan berniat berjalan masuk kedalam rumah. Tepat ingin membuka pintu utama, ia terdiam sebentar.

Perasaannya mendadak sedikit berdebar debar seolah ada sesuatu lain merasukinya. Tanpa memedulikan arti aneh dalam dadanya, ia mendorong pintu dan masuk kedalam rumah. Jung Ah melewati ruang utama untuk menuju ke kamar tidurnya.

Spontan Jung Ah menoleh ke arah ruang tamu dan tubuhnya menegang. Tenggorokan benar benar tercekat dan nafasnya juga tertahan. Beberapa meter dihadapannya didepan mata muncul sosok pria sedang berdiri dengan wajah dinginnya. Seseorang yang sudah lama tidak dilihatnya entah beberapa tahun.

“Hai…Jung Ah.”

Ucapan bernada berat seolah menyadarkan kembali Jung Ah dan ditatapnya antara percaya pada pria yang kali ini sedang menyunggingkan senyum tipis. Ini bukan ilusi. Orang itu berbicara seperti biasa seolah tidak bersalah sudah meninggalkannya tanpa ijin dan muncul begitu saja tanpa kabar.

Jung Ah merasakan tangannya bergetar dan pastinya kegugupan telah menyergapnya. Pria itu…Jung Yunho sudah terlalu banyak mengejutkannya. Penampilan Yunho tidak banyak berubah kecuali potongan rambutnya lebih pendek dan gaya pakaiannya juga lebih rapi, menunjukkan kedewasaan yang disesuaikan umur dan sisi maskulin masih melekat. Entahlah ini adalah surprise dari tuhan atau bukan setelah melihat siapa yang ada didepan matanya bahkan setelah dirinya merindukan pria itu bertahun tahun.

“Apa kabar?” Yunho mengeluarkan suaranya setelah bisa meneliti bagaimana reaksi gadis itu. Tentunya ia mendapatkan suasana kaku diantara keduanya. Pertemuan kembali setelah berpisah ketika dirinya memutuskan ke Inggris tanpa memberi kabar apapun pada gadis itu.

Dengan linglung, Jung Ah buru buru tersenyum tipis seolah sedikit dipaksakan “Aku baik saja…” jawabnya menyembunyikan ekspresi gugup tapi tidak berhasil menyembunyikan suara yang agak bergetar. “K..kapan kamu kembali?”

“Sejam yang lalu…”

Mungkin karena masih terlalu terkejut, Jung Ah tidak bisa berpikir apapun untuk mengatakan sesuatu ataupun setidaknya bertindak apa yang diinginkannya seperti memberi pelukan atau menangis senang. Buru buru Jung Ah mengalihkan pandangannya ketika tatapan mereka bertemu dan bergerak cepat.

“Aku kembali ke kamar. Permisi.” ujar gadis itu hampir berbisik lalu berjalan membelok menuju koridor dimana kamarnya berada.

“Ah..” Jung Ah memekik pelan dan refleks ayunan langkahnya berhenti saat tangannya tiba tiba ditarik lumayan keras.Ia langsung menelan ludah begitu tahu siapa yang menahan langkahnya bahkan sekarang sedang memegangi lengannya.

“Sudah lewat lima tahun…”  lirih Yunho seraya menatap dalam. Tatapan dingin sekaligus memikat dan penuh kemisteriusan karena isi pikiran yang sulit terbaca.

Ne??”

“Apakah kamu bisa memberiku jawabannya sekarang?”  tanyanya dengan nada serius. “Pertanyaanku yang sudah digantungkan sejak lima tahun.Apa kau bisa menjawabnya sekarang?”

Jantung Jung Ah berdegup keras dan terperangah mendengar pertanyaan Yunho. Ia sudah lama tidak melihat kedua mata Yunho seperti itu. Tatapan yang berbeda namun selalu berhasil membuatnya membeku seolah sedang berdiri didalam perasaan yang rumit. Gadis itu menundukkan kepala, tengah merutuki diri sendiri yang tidak bisa berbicara. Bibir yang terkunci rapat tidak sejalan dengan apa yang diperintahkan otaknya.

Pria itu memalingkan pandangannya pada wajah gadis yang masih menghindari kontak mata. Perlahan ia melonggarkan cengkramannya dan tersenyum kecil yang memberi kesan pahit. Tertelan lagi kekecewaannya.

“Aku tidak akan memaksa.” Yunho melepaskan tangan gadis itu sehingga terayun bebas. Ia memutar tubuhnya, berjalan duluan meninggalkan Jung Ah dan masuk kedalam kamar.

Jung Ah terkesiap. Sedetik kemudian air mata yang berusaha ditahan sedari tadi sudah mengalir. Ingin berteriak keras memanggil nama pria itu tapi saraf saraf itu tidak menuruti keinginannya. Terluka setelah mendengar nada kecewa amat dalam dari suara Yunho. Jung Ah sadar ia baru saja menorehkan luka.Ia menyesali itu.

Pabbo…” batinnya menyeka tangisnya sendiri.

————————————–

Dituangkan vodka di gelas kristal kecil sehingga menimbulkan suara gemericik. Begitu vodka sudah hampir memenuhi hampir satu gelas, Yunho langsung meneguknya dan minuman alkohol yang memuaskan perasaan kosongnya. Terduduk disofa daritadi seperti pria yang melamun dengan otak yang terlalu banyak pikiran.

Diusapnya cairan vodka yang mengalir disudut bibir dengan jarinya lalu ia melirik beberapa meter dari samping sofa. Tempat tidur miliknya masih berada ditempat sama,posisinya pun tidak berubah sejak dirinya pergi. Teringat jelas dimana Jung Ah pernah menempati kasurnya dan tidur dalam pelukannya. Dirinya yang sedang meringkuh tubuh gadis itu sampai terbangun. Ia sangat merindukan hal hal yang terjadi. Masih tersisa kehangatan gadis itu di tempat tidurnya meski sudah lama ditinggalkan.

Lima tahun bukan waktu yang berjalan cepat begitu saja seperti melewati mesin waktu. Ia menemukan sedikit perubahan pada gadis itu, Son Jung Ah. Masih sama seperti dulu wajahnya, tetap cantik yang terkesan lembut dan rapuh seperti penampilannya. Dia wanita yang melewati umur belasan tahun dan menjadi seseorang lebih dewasa dan memiliki aura hangat.

Tepat ia melihat Jung Ah,rasanya ingin memeluk dan menciumi bibir kecilnya. Merebut kembali rasa manis dan lembut ketika bibirnya menyentuh gadis itu bahkan menghirup kuat wanginya yang tidak berubah sejak dulu. Semua keinginannya langsung runtuh bersamaan ketika menemukan Jung Ah turun dari mobil pria lain saat dirinya mengintip lewat jendela depan.

Senyum lebar dan sorot ceria gadis itu tertuju pada pria yang Yunho ketahui adalah seseorang diidolakan gadis itu. Sesak langsung menyelimuti perasaan dan terjerumus dalam kecemburuan yang menghanguskan dadanya. Namun Yunho tidak mau kesalahan terulang lagi seperti menyiksanya atau memaksa gadis itu demi keegoisannya.

Lima tahun tanpa Jung Ah cukup memberinya banyak pelajaran. Ia tidak ingin menjadi seseorang yang jahat dan kejam, suka memaksakan keinginan sendiri sampai melukai gadis itu. Sudah lelah tertidur sambil melewatkan mimpi gadis sedang menangis ataupun tersenyum pedih. Kepulangannya sekarang adalah menembus kesalahannya.

Pulang menemukan gadis bersama pria lain itu sangat mengoyak hatinya. Ia sama sekali tidak tahu mereka sudah seakrab itu. Mungkinkah kepergiannya membuat Jung Ah berpaling pada Kim Junsu? Mungkin saja sebab lima tahun bukan waktu sebentar. Yunho takut jika apa yang dipikirkannya jadi kenyataan.

Kepergiannya ke Inggris demi menjalankan misi yang diberi Tuan Jung atau appa. Butuh lima tahun membangun jaringan Jung Corp di Inggris, ia berhasil membuktikannya dan mendapatkan persetujuan akan menikahi siapapun wanita jadi pilihannya. Yang menjadi masalahnya adalah: Apakah Jung Ah akan menerimanya kembali?

Yunho mendesah keras seraya mengusap wajahnya. Benci situasi perasaan yang tak menentu. Saat ini sangat berharap gadis itu masih mencintainya dan tidak terikat siapapun pria kecuali dirinya sendiri. Beginilah yang terjadi jika sudah terlalu mencintai seorang gadis sampai gila.

Terlalu jenuh dengan isi pikirannya, Yunho memutuskan tenang lalu meraih remote TV, menekan tombol ON sehingga TV menyala. Ia terus mengganti channel sampai menemukan acara yang menarik ditonton sesuai seleranya. Tepat berganti tepat acara infotaiment,Yunho terpaku dan jarinya berhenti menekan tombol.

“Salah satu penyanyi terkenal,Kim Junsu tengah menghebohkan berita terbaru dunia hiburan. Beredar kabarnya yang memiliki kekasih disembunyikan dari publik.Kim Junsu tertangkap basah sedang berkencan seorang wanita ditaman dengan penyamaran lengkap.Paparazi berhasil mendapatkan foto kencan tersebut.”

Cuap cuap presenter acara infotaiment yang menarik perhatian penonton sambil membawakan berita terpanas paling baru. Kerongkongan Yunho hampir terekat dan nafas jadi berat. Kedua matanya melihat jelas dua foto diambil paparazi Kim Junsu sedang ditayangkan. Foto pertama menjepret Junsu sedang merangkul seorang wanita sambil tersenyum. Foto berikutnya,Junsu mengecup pipi wanita yang sama difoto pertama.

Tidak berkedip tengah menatap wajah wanita yang tidak asing. Meskipun sosok wanita  tidak begitu jelas karena terhalang Junsu namun Yunho mengenali baik siapa wanita itu. Wanita diberitakan sedang berkencan dengan Junsu itu…Son Jung Ah.

Retak retak didalam hati semakin mengangga lebar. Rasa sakit yang ingin dianggap mimpi itu terasa sangat nyata. Nyawa nyaris lepas melihat apa yang terjadi didepan mata. Harapan sudah hancur dan usaha jadi sesuatu tidak berguna.

“Dia tetap menolakku rupanya…”  batin Yunho mematikan TV dengan remote.

Ia bersandar lagi disofa sambil memenjamkan matanya. Perasaanya jadi semakin rumit jika tetap mempertahankan Jung Ah.

  ————————————————

Sudah sejam lalu, Jung Ah  mondar mandir dengan gelisah. Digigitnya bibir bawahnya dan sama sekali tidak bisa tenang. Ini bukan keadaan yang baik, pikirnya. Entahlah masih gugup dan tegang ketika mendengar kabar dirinya terkait sebagai kekasih yang disembunyikan Junsu bahkan lengkap dengan bukti foto yang cukup mesra. Siapapun pasti mempercayai kabar angin beredar jika melihat foto yang sudah tersebar dimedia massa.

Satu hal yang membuatnya gelisah adalah Yunho pasti sudah melihat kabar ini. Tidak dapat disembunyikan gosip gosip sialan itu sudah dibahas dimanapun bahkan menjadi hot news karena Junsu merupakan salah satu penyanyi papan atas yang memiliki fans dalam negeri maupun luar. Inilah badai ditengah tekadnya yang ingin memperbaiki kembali hubungan dengan Yunho. Sekarang akan semakin sulit karena pastinya rumor itu telah menghancurkan perasaan Yunho duluan.

Jung Ah mengigit jarinya dan semakin gelisah. Ia takut bertemu dengan Yunho dan sama sekali tidak tahu harus berbuat apa. Sekali bertemu dengan pria itu selalu saja membuatnya mematung. Pikiran Jung Ah tersentak ketika ringtone ponselnya menggema. Ia menelan ludah ketika melihat layar ponsel yang menunjukkan siapa penelponnya. Kemudian ia menjawab panggilan masuk.

“Junsu…ini masalah besar. Aku…aku sangat khawatir dan tidak bisa tenang sekarang.” Jung Ah mengeluh dengan suara tercekat. Beberapa saat ia terdiam mendengar perkataan Junsu dari sambungan telepon.

Setelah mendengarkan Junsu bahkan pria itu juga menenangkannya dan memberi kelegaan untuknya. Junsu berjanji akan menyelesaikan gosip itu dengan solusi yang diberikan agensi, dimana tempat Junsu bernaung. Ia mendengar Junsu dan agensi akan bertanggung jawab untuk membereskan masalah tersebut.

Arraseo…Tidak, ini bukan salahmu. Lagipula ini cuma kesalahpahaman yang dilebih lebihkan banyak orang mengenai keakraban kita.” ujar Jung Ah lembut dan ia tidak ingin membuat Junsu merasa bersalah.  “Gwaenchana…jangan mencemaskan aku! Aku baik baik saja. Justru kamu perlu memikirkan dirimu dan kariermu sekarang ditengah gosip beredar.”

Senyum kecil mengembang diwajah Jung Ah.Junsu yang banyak mengkhawatirkannya justru terdengar tulus. Inilah alasan Jung Ah menyukai sifat Junsu yang selalu perhatian dan peduli. Ia menyukai Junsu sebagai sahabat sekaligus kakak laki laki.

Tepat Junsu menyudahi pembicaraan lewat telepon, Jung Ah meletakkan kembali ponselnya di meja lalu ia melirik layar laptop yang sudah menyala daritadi. Ditatapnya lekat potret dirinya bersama Junsu yang menjadi peringkat teratas sebagai hot news disebuah web online. Berbagai komentar yang dituju pada berita tersebut. Ia tidak begitu memikirkan komentar pedas atau dukungan para netizen. Otaknya sudah dipenuhi oleh perasaan yang belum terselesaikan.

Jung Ah beranjak dari sofa lalu mendekati jendela. Ia memandangi langit sore berwarna kuning kemerahan dengan matahari yang siap ditelan langit. Panorama alam berhasil membutakan perasaannya yang dipenuhi rasa sesak dan gelisah.

————————————–

Sudah dua hari,Yunho tidak menyetel TV, membuka web internet bahkan tidak membaca surat kabar. Berita Junsu dan Jung Ah menjadi hot news yang beredar dimana saja itulah menjadi alasannya untuk tidak menyalakan alat eletronik. Terakhir kali ia mendengar kabar Junsu telah menyangkal hubungannya dengan Jung Ah lewat konferensi pers. Yunho masih belum bisa percaya sepenuhnya. Wanita itu belum mengatakan apa apa padanya.

Ia memutuskan malam ini menghabiskan sebotol wine dengan kadar alkohol cukup tinggi. Dituangkan wine kegelas kristal lalu diteguknya pelan.Rasa wine mahal itu terasa hambar ditenggorokannya. Ia menuangkan wine lebih banyak dan diminumnya lebih rakus.

Kepala Yunho sedikit pening lalu ia memutuskan untuk tidak minum lagi. Diliriknya keluar jendela, langit gelap dengan bulan purnama bersinar terang yang tergantung diruang malam. Ia menghembuskan nafasnya lalu keluar kamar dengan langkah sedikit terhuyung huyung.

Beberapa langkah dari kamarnya, ia menemukan sosok Jung Ah yang kebetulan keluar kamar. Mereka sempat beradu pandang sebentar dan menciptakan suasana kaku.

Annyeong” sapa Jung ah memecahkan suasana hening dan menghentakkan tatapan lekat Yunho.

Yunho tidak menjawab melainkan tersenyum samar. Lagi lagi kecanggungan yang terjadi. Ia merasa seperti orang asing dimata Jung Ah. Tangannya terkepal erat tepat wanita itu mengayunkan langkahnya, berbalik pergi tanpa berbicara lagi. Yunho sudah tidak tahan lagi.

“Bisakah  kita berbicara sebentar?”tanya Yunho sedikit keras. “Aku ingin kita bicara dan menyelesaikan semuanya” tambahnya tepat Jung Ah menghentikan langkahnya, namun masih memunggunginya.

Jung Ah memutar tubuhnya, menatap Yunho yang beberapa jarak darinya dan sekilas ia melihat mimik wajah pria itu. Akhirnya ia mengangguk pelan dan berikutnya Yunho menarik tangan. Genggaman pria itu perlahan membuat nafasnya jadi tercekat. Ia merindukan telapak tangan yang kuat dan kokoh.

“ Kita perlu privasi.” Yunho memutar gagang pintu kamarnya dan terlihat jelas ruang kamar milik pria itu.

Tingkah Yunho membuat Jung Ah terhenyak. Membicarakan didalam kamar seolah membuatnya ragu untuk berada didalam kamar Yunho. Pikirannya sedikit berperang untuk memutuskan ikut masuk atau tidak kedalam kamar.

Yunho mengerti pikiran Jung Ah lalu cepat cepat ia melanjutkan perkataannya “Tenanglah, aku tidak akan melakukan apa pun seperti dulu. Masa lalu dan sekarang sudah berbeda”.

Namun hati kecilnya menggumam “Yeah… semua berubah dengan diriku kecuali perasaanku.”

—————————————-

Jung Ah memandangi ruang kamar Yunho. Bernostalgia sejenak bahwa pernah tidur ditempat tidurnya beberapa kali. Hawa dan wangi kamar ini tetap sama meski lama ditinggalkan. Matanya beralih kepintu menuju balkon yang terbuka lebar sehingga angin malam menyibak tirai tipis jendela.

Ia mendaratkan tubuhnya di sofa lalu ditatapnya gelas berisi wine dimeja hadapannya. Diliriknya Yunho dengan tatapan samar. Pria itu lebih memilih berdiri dibandingkan duduk disofa yang kosong. Sepertinya Yunho sedang member privasi untuk Jung Ah.

“Lima tahun itu adalah waktu yang lama dan  banyak perubahan dirimu tapi kebiasaanmu tetap ada” gumam Jung Ah hati hati seraya menatap gelas wine. “Minum minum itu bukan kebiasaan baik”

Yunho mengeluarkan seringaiannya “Aku selalu minum jika ada masalah memberatkan pikiran dan mengacaukan perasaanku. Kali ini aku meminumnya karena alasan barusan yang kukatakan.”

Jung Ah tertegun. Kata kata Yunho seraya menyindirnya sebagai pusat masalah. Wajahnya tertunduk dan tidak berani memandangi wajah pria itu lagi. Terdengar derap langkah yang mendekatinya lalu merasakan tangan Yunho mengangkat wajahnya sehingga ia mendongkah dan bertemu dengan tatapan kosong Yunho.

“Jangan menghindar lagi!” lirih Yunho menuntut wanita dihadapannya. “Aku telah mengalami kesulitan selama lima tahun diInggris. Tidak mudah jika sehari saja tidak melihatmu, mendengar suaramu bahkan bertukar kontak denganmu. Namun demi satu tujuan itu membuatku bertahan disana” tambahnya menurunkan nada suaranya, terdengar lembut tapi pahit.

Mata Jung Ah mengerjap, terkesiap dengan mimik Yunho seperti itu. Kelukaan dan kekecewaan mendalam tersirat dari raut wajahnya. Tubuh Jung ah bergetar dan sulit rasanya berbicara seakan ada yang menghambat tenggorokan.

“Selama hidupku, aku tidak pernah memiliki keinginan begitu kuat bahkan bisa mengalahkan ego diriku. Setelah berhasil melampaui semuanya, aku sadar tujuanku telah menjauhiku dan aku sudah dicampakkan olehnya” ujar Yunho sinis.

Jung Ah merasakan ketajaman tatapan Yunho seolah mengiris tubuhnya. Ia tahu siapa dimaksud tujuan Yunho meskipun pria itu tidak memberitahunya, Lebih sakitnya, Yunho mengungkapkan kelukaannya kepada dirinya secara langsung seolah olah dirinya tidak mengerti dan tidak tahu apa apa tentang semua dimaksud Yunho.

“Yunho oppa” gumam Jung Ah bergetar dengan mata berkaca kaca. Kalimat Yunho penuh sindiran lembut itu suskes menyesakkan dada.

Yunho memicingkan matanya sebentar keluar jendela,  tidak ingin melihat lagi gurat sedih wanita itu “Aku tahu kita sudah berakhir. Kamu sudah tidak menerimaku dan aku mengerti apapun alasanmu. Siapapun pria disisimu, kuharap kamu bahagia” serunya tersenyum pahit.

Jung Ah tersentak dan tubuhnya bergetar hebat. Bulir air mata siap memenuhi pelupuknya. Ini bukan diharapkannya. Jung Ah benci mendengar ucapan Yunho seperti itu. Masih saja tidak sanggup mengeluarkan apa yang dipikirannya.

“Sudah malam dan pembicaraan kita sudah selesai. Sebaiknya kamu masuk kekamar!” sahut Yunho menghela nafas berat dan tersenyum tipis sambil memutar kenop pintu kamarnya, mempersilahkan wanita itu keluar kamar. Kemudian, pria itu berjalan menuju pintu balkon kamarnya meninggalkan Jung Ah masih mematung lalu berdiri menghadap balkon sambil menangkupkan wajahnya. Rasanya semakin frustasi.

Jung Ah merenung sebentar dengan pintu kamar Yunho terbuka lebar sebelum keluar dari kamar Yunho. Setelah keluar beberapa langkah, ia berbalik dan mengintip sekilas kamar itu. Sulit menahan perasaan mengganjal setiap memperhatikan Yunho sedang berdiri dibalkon. Dengan linglung, Jung Ah mendekati Yunho dan berhenti tepat dibelakang tubuhnya. Sementara pria itu sibuk dengan pikiran sendiri sehingga tidak sadar kemunculan Jung Ah dibelakangnya.

Ditatapnya punggung tegap Yunho, tangan Jung Ah memeluk pinggang pria itu dari belakang. Direbahkan kepalanya dipunggung Yunho. Badan tegap itu terasa nyaman untuknya bersandar dan merasakan kembali kehangatan sempat terlupakan.

“Yunho oppa,mianhae” ucapku dengan suara serak dan tangisanku tumpah begitu saja.

————————————–

Yunho tidak pernah merasa sekecewa dan terluka sebesar ini. Pertama kali patah hati dan tidak ada yang mengalahkan kondisi perasaan sekarang. Sulit baginya untuk merelakan wanita itu dan merasa segala usaha sudah tersia sia begitu saja. Hubungan telah berakhir dan hilangnya harapan. Entahlah Yunho juga tidak mengerti kenapa bibirnya bisa mengatakan hal seperti itu.

Yunho oppa,mianhae

Seluruh tubuh Yunho langsung menghangat tepat bersamaan dengan bisikan kecil samar samar ditengah deru angin. Tanpa melihat, Yunho tahu siapa yang sedang memeluknya dari belakang sekarang. Bibirnya tersungging tipis dan kepala tertunduk, melihat tangan yang melingkar dipinggangnya lalu berbalik.

Kepala Jung Ah mendongkah seraya menunjukkan wajah lemah dengan mata basah. Kedua mata tidak berkedip ketika pipinya dipegang Yunho bahkan jemari pria itu menyeka air matanya. Jantung berdegup pelan dan pikirannya mendorong satu kalimat yang paling istimewa.

Saranghae…” lirih Jung Ah. “Aku menunggumu sudah lima tahun dan kau tidak boleh seenaknya mengatakan seperti itu. Kau pikir kita harus berakhir secara keputusan sepihak?”

Sebelah sudut bibir Yunho terangkat, ia memajukan kepala sampai menyisakan beberapa senti dengan wajah wanita dihadapannya.

“Apakah itu berarti kau masih mencintaiku?” tanyanya mencoba lebih yakin.

Jung Ah mengangguk pelan dan tiba tiba tubuhnya ketarik masuk kedalam pelukan Yunho. Ia menumpahkan tangis kecil didalamnya. Tangan Yunho yang mendekap erat bahkan membelai kepalanya membuat Jung Ah semakin nyaman. Dirasakan pria itu mengangkat dagunya lalu bibir Yunho menempel dibibirnya dengan lembut.

Jung Ah membalasnya bahkan lidahnya menyatu.Saling menikmati ruang mulut satu sama lain. Ia mengalungkan tangan dileher Yunho, memperdalam lumatannya sampai tidak membiarkan salah satu untuk bernafas. Melepaskan kerinduan masing masing.

Tangan Yunho secara lembut menggerayangi lekuk tubuh wanita yang didekapnya lalu gerakan tangan berhenti dipundak Jung Ah seraya menurunkan tali dress sampai merosot jatuh ke lantai, menyisakan pakaian dalam Jung Ah yang terbalut ditubuh langsingnya. Kulit yunho berdesir hebat daan aliran darah semakin panas, merasa sangat istimewa bahwa kenyataan Cuma satu satunya pria yang menyentuh tubuh wanita itu. Bukan sekedar nafsu belaka tapi juga disertai perasaan cinta yang terlalu ingin memiliki secara utuh.

Sosok Jung Ah mempesona dan mengagumkan diterpa cahaya bulan dan mengingatkan Yunho tentang dongeng bidadari yang diimajinasikan waktu kecil. Siapapun pria termasuk Yunho pasti akan menelan ludah dan jantung berdegup tidak normal. Kecantikan yang sulit dijabarkan. Mungkin terkesan berlebihan tapi Yunho merasa Jung Ah adalah gadis terindah pernah hadir dalam hidupnya. Tidak berkedip dan pernafasan jadi melambat saat kedua mata Yunho menelusuri ujung kepala sampai ujung kaki wanita dihadapannya.

Jung Ah tidak ketinggalan dengan aksi Yunho, ia melepas satu per satu kancing kemeja dan melihat lebih jelas tubuh tegap sekaligus kekar tanpa penutup apapun. Angin malam berhembus kulit masing masing karena suhu malam itu cukup dingin dimusim gugur. Ia menjinjitkan kaki, mencium sekaligus menjilat leher pria yang sedaritadi masih tidak melepaskan pelukannya.

Yunho menahan nafas ketika kecupan Jung Ah menempel dilehernya bahkan mengigit pelan. Jilatan hangat dari wanita itu telah membasahi kulit lehernya dan sengaja meninggalkan kiss mark. Perlakuan Jung Ah cukup memancingnya dan memacu adrenalin nafsunya.

Sengaja Yunho mengangkatnya tubuh ringan Jung Ah lalu didudukannya ke atas penyangga balkon sehingga mempermudahkan wanita itu melumat lehernya tanpa harus berjinjit. Namun Jung Ah malah berhenti melakukan aktifitas barusan dan malah memeluk pundak Yunho.

Jung Ah memegang pipi Yunho dan kakinya melingkar dipinggang pria didepannya. Sorot lembutnya menatap Yunho cukup lama lalu mendaratkan kecupan sekilas. Perasaan Yunho semakin meluap menyadari kilat mata lembut dan seksi wanitanya dalam waktu bersamaan sedang menelusuri lekuk wajahku serta tersenyum nakal.

“Dilehermu ada sebuah kiss mark yang sangat menonjol.”

“Bisakah kamu menciptakan kiss markmu ditempat yang lainnya”goda Yunho mengerlingkan mata.

Jung Ah malah tersenyum tanpa berkata apa pun. Ia turun dari gendongan Yunho dan memungut kembali dress, berniat untuk mengenakan kembali. Melihat hal itu, Yunho segera merebut dress dari tangannya lalu dilemparkan jauh jauh dari jangkauannya. Sebelum Jung Ah mengatakan protes, Yunho meraih pinggang Jung Ah dengan cepat dan membawanya ke tempat tidur.

“Jangan kabur setelah menggodaku!” desis Yunho berada diatas tubuh Jung Ah. “Lima tahun  bukan waktu yang sebentar. Aku sudah terlalu sabar selama ini untuk tidak merindukan wangi tubuhmu dan kehangatanmu.”

Jung Ah mendorong Yunho agar segera minggir dari posisinya “Biarkan aku tidur, aku mengalami insomnia beberapa hari.”

Yunho tersenyum menyeringai sambil mendekatkan wajah kearahnya sehingga hidung saling bersentuhan “Salahmu sendiri menggodaku terlebih dahulu.”

“Aiiissh…” Jung Ah berhenti memberontak dan ekspresi pasrah terlihat jelas diwajahnya.

Yunho tertawa kecil lalu menyingkir dari atas tubuh Jung Ah “Baiklah…jika kamu lelah. Pergilah tidur!”ujarku. “Tapi tidur disini bersamaku” tambahnya menepuk kasur sambil menyeringai.

“Ah..Kau ini menyeba…”

Dengan cepat, Yunho membungkam mulut Jung Ah sebelum mengoceh panjang lebar. Dilumat bibirnya dengan gemas.

“Hmmph…hmm..”desah Jung Ah disela ciuman liar. Beberapa detik kemudian, Jung Ah mendorong Yunho menyaratkan untuk memberinya kesempatan mengambil nafas. Pria itu malah mengejeknya dan makin memperdalam ciumannya, digigit pelan bibirnya sesekali menghisapnya dengan nafsu liar yang sempat tertahankan dalam jangka waktu panjang.

———————————————-

Jung Ah membuka mulutnya dan lidah lain hangat itu mengelitik ruang mulut. Lidah pria itu meronta liar memaksanya membalas french kiss-nya. Ciuman itu persis ungkapan perasaan Yunho sehingga mencairkan rasa lelah sampai lupa keinginan bernafas dan malah menekan kepala Yunho sehingga memperdalam ciuman. Yunho memeluk pinggangnya sehingga kedua tubuh saling menempel.

Bibir Yunho mengecup dagu menelusuri leher Jung Ah. Sementara tangannya menarik tali bra yang dikenakan Jung Ah.  Kedua matanya terpenjam merasakan sentuhan Yunho dileher sampai memerah bahkan air liur membekas dikulit.

 ”Aahh…”desah Jung Ah pendek saat Yunho mengigit kecil pundak bagian belakang.

Yunho mengangkat wajahnya tepat dihadapan Jung Ah, tersenyum menyeringai seraya puas dengan wanita yang terhanyut dengan sentuhan liarnya.

“Kau sudah membuatku jadi gila” godanya dalam bisikan. Pipi Jung Ah bersemu merah dan bisa merasakan hembusan nafasnya yang begitu dekat ditelinga. Ternyata Yunho mulai menjilat bagian belakang telinga sambil melepaskan pengait bra.

Yunho menghentikan aktifitasnya sebentar, matanya tidak berkedip dua buah payudara yang terbebas dari penghalang. Jung Ah sedikit risih dan malu dengan tatapan yang menelanjanginya meski dulu sering menerima tatapan itu. Pria itu segera menciumi bibirnya dengan gerakan lembut berulang-ulang. Tangannya bergerak ke payudara Jung Ah yang kenyal dan lembut. Dada  putih mulus itu dibelai-belai dan diremas dengan lembut, sesekali mempermainkan ujung payudara  dengan jari-jarinya.

Perlahan Jung Ah mulai memberikan respon pada ciuman Yunho dan membiarkan bibir saling berpagutan. Sambil terus berciuman, Yunho terus membelai dan meremas remas payudaraku dengan lembut. Yunho mengarahkan ciumannya ke bagian dada Jung Ah. Ia menjilat sebelah payudara bahkan menghisap ujungnya sambil meremas pelan payudara lainnya. Tubuh Jung Ah spontan menggelinjang sampai tidak bisa menahan getaran aneh seolah tubuh akan melayang.

 ”Agh…”desah Jung Ah dengan mata melebar. Jari Yunho menyentuh klistoris lalu menekannya sehingga membuatnya semakin terangsang. Semakin liar Yunho memainkan pusat rangsangan dibalik celana dalam tersebut sambil melumat payudaraku secara bergantian.

Yunho menyadari payudara Jung Ah bertambah agak besar dibandingkan 5 tahun yang lalu. Di ciumi wangi lembut dipayudaranya, bau sabun yang sama seperti dulu. Ia menyukai wangi tubuh yang secara alami akan mampu menggodanya.

Tiba tiba Jung Ah melingkarkan tangan dipundak Yunho dengan erat. Sikapnya menandakan ia cukup terangsang dengan perlakuan Yunho. Jemarinya meremas anak rambut pria itu. Hidung Yunho turun dari dada dan terhenti diperutnya lalu menyedot kulitnya sampai bertanda merah.

Yunho mencium helaian rambut panjang Jung Ah sambil menelusuri pinggulnya. Wanita itu sudah berbaring lemas. Setelah melepas segalanya, Yunho menuntun juniornya ke pintu bagian tersensitifnya. Beberapa kali hentakan pinggul, kejantanan Yunho akhirnya terbenam seluruh kedalamnya. Hela nafas Yunho terhembus merasakan miliknya terhimpit oleh dinding hangat dan dalam.

“Ah…aaaahhh…”jerit Jung Ah dan tangannya mencengkram kuat pundak Yunho. Kemudian ia mendapat lumatan bibir Yunho untuk meredam kesakitannya.

Gesekan perih sekaligus merangsang gairah dari dalam daerah sensitifnya. Jung Ah hanya bisa pasrah dan merasakan kepakan sayap kupu kupu berkumpul didalam perut. Sambil menciumi liar bibir Jung Ah, tangan Yunho juga mendekap pinggul wanitanya serta meraba paha bagian bawah. Juniornya yang bergerak secara berirama membuat mulut Jung Ah mengangga dan nafasku terputus putus disaat Yunho memasukkan lidahnya diruang mulutnya. Dibalas lidahnya yang menjelajah mulut, pinggul Jung Ah juga mulai terbiasa mengikuti alur gerakan Yunho sambil meraba punggung Yunho yang agak berkeringat.

Yunho melepaskan ciuman itu dan semakin mempercepat gerakannya sehingga perlahan mulai merasakan sesuatu yang akan mengalir keluar. Deru nafas dan desahan Jung Ah bercampur dengan desahan Yunho menggema diruangan kamar.

“Ah…aaahh…Yunho opp..a…aku mau kelu..ar…aaah..uuh..ah” racau Jung Ah terbata bata. Pikiran sudah rusak dan akal sehat menghilang seketika akibat apa yang dirasakan tengah kenikmatan yang menyakitkan.

Disela sela deru nafas Yunho yang memburu “Yaah..keluarkanlah, baby! “

Mata Jung Ah terpenjam dan menghela nafas lega merasakan cairannya mulai keluar. Namun, Yunho masih belum mencapai klimaks dan terus melanjutkan permainannya. Hentakan kejantanannya semakin bertambah cepat bahkan membentur ujung rahim berkali kali. Jung Ah semakin mencengkram pundak Yunho bahkan menancapkan kuku disana.

Semenit kemudian, Yunho ambruk diatas tubuh Jung Ah setelah mendapatkan orgasmenya. “Aaahhhh…”desah Yunho panjang. Tubuh Jung Ah bergetar dan mengejang ketika cairan spermanya itu membanjiri rahim. Cairan yang hangat dan lengket itu sampai menyeruak tumpah keluar bagian tersensitifnya.

Setelah Yunho mengatur nafas, ia menciumi pundak Jung Ah dan tangannya membelai pipinya. Ia masih belum mau bergeser dari posisinya. Detak jantungnya serta hembusan nafasnya yang belum teratur itu berasa dikulit Jung Ah. Otot otot terbentuk ditubuhnya tampak menggeliat dan agak berkeringat, beradu intim dengan kulit Jung Ah.

Yunho bangkit dari posisinya lalu menciumi telingaku “ Your smell make me crazy. I want you again, Ok!” bisiknya.

Ucapan mesra terbisik pelan ditelinga Jung Ah. Yunho berhasrat ingin menyentuhnya lagi, mencari kehangatan yang jauh lebih mendalam. Jung Ah membuatnya seperti pecandu. Tanpa meminta ijin Jung ah, ia menarik kaki wanitanya lalu menaruhnya ke atas pundak. Pinggul Jung ah sedikit terangkat sehingga ujung kejantanan sudah tepat dimulut bagian intimnya. Perlahan didorong milik yunho diiringi nafas yang semakin memberat. Lebih mudah dimasukkan dibandingkan sebelumnya karena sudah basah dan licin.

Ditatapnya wajah sayu Jung Ah dengan tubuhnya terkulai lemas. Ia mengerjapkan matanya dengan lemah serta dadanya naik turun sehingga payudaranya itu terlihat menggoda. Pinggul Yunho bergerak maju mundur.  Jung Ah menjerit pelan disaat pria itu menambah kecepatannya.

 Jung Ah mengangkat tubuhnya dan melingkarkan kakinya kepinggul Yunho lalu ia merangkul      pundak kekasihnya. Ia memegang pipi Yunho, menciuminya.Kali ini dia memulai french kiss  dan lidahnya menjulur dan menari nari dalam mulut Yunho. Pinggulnya juga bergerak seirama dengan gerakan kejantanan Yunho.

Beberapa menit kemudian,Jung Ah melepaskan ciumannya disaat bersamaan dengan orgasme. Jung Ah menjilati bibirnya sendiri dan Yunho tidak berkedip melihatnya. Disaat saat seperti ini, Yunho berpikir mengapa gadis yang tampak polos ini bisa terlihat begitu seksi.

Jung Ah merebahkan tubuh di kasur dan matanya terpenjam. Wajah lelah dan nafasnya tersenggal senggal membuatnya tidak perlu waktu lama untuk tidur nyenyak dengan mudah. Sekilas Yunho tersenyum sambil merebahkan tubuh disamping Jung Ah. Jika menatap Jung Ah tertidur dengan wajah terkesan tidak berdosa seperti ini, maka tidak akan percaya bahwa dia bersikap seksi seperti tadi. Astaga mengapa aura wanita bisa berubah secepat itu?

Yunho menarik tubuh Jung Ah pelan pelan tanpa berniat membangunkannya kedalam pelukannya. Sudah lama Yunho tidak merasakan perasaan yang mendebarkan. Tubuh polos Jung Ah yang hangat dalam didekapannya memberi rasa nyaman untuknya. Sudah lama ia tidak memiliki perasaan ingin menjaganya yang begitu kuat. Lima tahun memang waktu yang sangat lama seolah melewati seabad.

————————————–

Jung Ah berusaha melewati cepat dari kerumunan wartawan yang terus menghadang setiap langkahnya.Para wartawan terlalu gigih demi mendapatkan kelanjutan berita tentang hubungannya dengan Junsu. Pekerjaan wartawan ini memiliki insting luar biasa dan penciuman tajam sampai bisa melacak kemanapun Jung Ah berada.

 ”Apakah anda benar benar tidak menjalin hubungan dengan penyanyi Kim Junsu sesuai penyangkalan Kim Junsu dan agensinya pada konferensi pers beberapa hari lalu?”

“Beritahu kami kejujuranmu mengenai hubungan sebenarnya anda dan Kim Junsu?”

“Bagaimana perasaan anda tiba tiba menjadi sorotan publik karena pengaruh berita hubungan anda dengan Kim Junsu?”

Beberapa pertanyaan dilontarkan keras dan para wartawan berebutan menyodorkan mic atau alat rekaman suara kearah gadis itu. Mata Jung Ah sedikit menyipit akibat serbuan blitz kamera sehingga kepalanya terasa pening. Sulit sekali bebas dari kejaran sekumpulan orang orang ini.

Bukankah Junsu dan agensinya sudah menjelaskan masalah gosip ini. Mengapa para wartawan masih kolot untuk mendatangiku bahkan menyerbu beberapa pertanyaan?

“Sial!” gerutunya ketika wartawan mulai menutupi jalan sehingga ia terkurung dalam serbuan para wartawan.

Siapa pun bantu aku keluar dari sini…Aku mohon…

“Permisi…jangan menghalangi jalan!” teriak seseorang bersuara berat yang suskes menarik perhatian wartawan maupun Jung Ah.

Jung Ah mengenali suara tersebut langsung mengangkat kepalanya dan melihat pria berbadan tegap berusaha menyela dari kerumunan wartawan. Pria itu tampak akan berjalan menghampirinya dengan wajah tenang.

“Jung Yunho, pewaris perusahaan besar Jung Corp” ujar beberapa wartawan terkejut dengan kemunculan pria itu yang menyela kerumunan. Jung Yunho cukup terpandang di Korea sehingga wartawan mudah mengenalinya.

Langkah Yunho berhenti dihadapan Jung Ah. Wanita itu menatap Yunho bingung dan keningnya berkerut, sementara Yunho hanya membalas tatapan Jung Ah dengan ekspresi datar. Tiba tiba pria itu menarik tangan gadis itu pergi serta mendekap erat tubuhnya, melindungi wanitanya dari serbuan wartawan. Ia menuntun Jung Ah agar segera terlepas dari kerumunan yang bising dan mengerikan. Spontan langkah Yunho terhenti ketika salah satu wartawan berhasil mencegat langkahnya dan menyodorkan mic kearahnya.

“Yunho-sshi, anda sebagai kakak Jung Ah aggaeshi, apakah anda mengetahui hubungan nyata Jung Ah aggaeshi dan Kim Junsu?”

Yunho menyunggingkan bibirnya lalu tertawa terbahak bahak sehingga menyebabkan wartawan dan Jung Ah menatapnya dengan pandangan aneh dan bingung.

“Bukankah Junsu dan agensinya sudah mengatakan bahwa mereka hanya sebagai sahabat dekat. Mengapa kalian masih kolot?” jawabnya santai.

“Mereka terlalu akrab untuk sebatas hubungan persahabatan.” balas wartawan dengan analisanya. “Lagipula isu ciuman itu mendukung fakta tersebut” tambahnya yakin.

Yunho melirik wartawan dan senyum penuh percaya dirinya tersungging “Bagi saya, ciuman pipi cukup biasa dalam hubungan persahabatan.”jawabnya. “Lagipula Junsu dan Jung Ah tidak memiliki hubungan khusus. Lagipula wanita ini sudah memiliki kekasih dan akan menikah dalam waktu dekat”

Begitu jawaban Yunho dilontarkan, reaksi wartawan tampak sangat terkejut. Sementara kening Jung Ah mengerinyit bingung. Kehebohan wartawan makin memanas setelah menemukan suatu kabar baru yang bisa dijadikan hot topic.

Mwo?Anda  bisakah memberitahu kami siapa pria akan menikah dengan Jung Ah aggaeshi?“tanya wartawan semangat.

Yunho menyeringai dan mata terkesan tajam sekaligus penuh percaya diri. Ia melirik sekilas Jung Ah sedang menatapnya dengan raut bertanya tanya. Tiba tiba kepala Yunho menunduk cepat dan mencium bibir Jung Ah. Tindakan spontan Yunho mengejutkan banyak pasang mata yang melihatnya. Jung Ah berpikir kekasihnya sudah gila melakukan secara terang terangan. Jung Ah merasakan sorotan para wartawan semakin menegangkan. Kemudian Yunho melepaskan bibirnya dan Jung Ah langsung menutup sebagian wajahnya, menutupi perasaan gugup dan malu.

“Sepasang kekasih yang sebenarnya akan melakukan ciuman di bibir bukan dipipi. Jadi silahkan kalian simpulkan sendiri siapa pria yang akan menikahi wanita ini.”jawabnya tenang lalu melirik Jung Ah dengan sorot mata hangat dan senyum maskulinny. Ia mengenggam erat tangan wanitanya sehingga Jung Ah bisa merasakan perlindungan Yunho yang menenangkan dirinya lewat genggaman itu.

Sesaat pipi Jung Ah memanas dan jantung semakin tidak normal. Ia merasakan kepakan sayap kupu kupu berkeliaran bebas diperutnya. Yunho yang tampak tenang menghadapi situasi.

“Saya harap kalian sekarang menulis berita sesuai kenyataan sebenarnya. Saya ucapkan terima kasih dan mohon beri kami jalan agar kami bisa pergi.”

Begitu Yunho menyelesaikan perkataannya, para wartawan saling berpandangan lalu menggeser posisinya seraya membuka jalan untuk Yunho dan Jung Ah. Senyum pria tersungging puas lalu menggandeng tangan Jung Ah, membawanya pergi diiringi suara potretan kamera. Jung Ah tidak dapat menyembunyikan senyumnya dan memandangi lekat sosok belakang Yunho berjalan didepannya tanpa melepaskan genggamannya.

Pernikahan? Apakah dia serius mengatakan kalimat itu atau hanya akal akalan melindungiku. Apapun alasannya tapi aku senang jika kau ada disini dan menyelamatkanku…

————–T.B.C————-

Terima kasih yang merelakan diri membaca ff ini sampai habis. Saya mohon kalian tetap meninggalkan komentar yang kuanggap seperti harta karunku. Seperti biasa kalau ada typo, saya minta maaf sebab sifat kecerobohan saya memang sulit diubah. Jika kalian tidak bisa memberi komen diblog wp, kalian bisa komen di  @ Mischa_Jung. Don’t be silent reader!

Bonus:

 Nih satu lagi pic permintaan maaf buat reader kelamaan nunggu. Ada Changmin nih, mumpung lagi banyak yang keseret ketampanannya akhir akhir ini *Buru buru narik Changmin :P *…


Love & Lies

$
0
0

Love&Lies2

Cast:

Kris Wu

Hwang Miyu (OC)

Genre: Romance, Angst | Rating: PG-15 | Duration: Oneshoot| Written By: @ Mischa_Jung

—————————–

Can you tell me, softly

How you’ll always haunt me

Can you help me, hold me

Come to me now, slowly

You caress me, smoothly

Calm my fears and soothe me

Move your hands across me

Take my worries from me


-Tatu_Sacrifice-


“Dasar wanita jalang…enyahlah ke neraka!”

Sudah keberapa kalinya suara wanita yang sama terus menerus melempar teror lewat telepon tengah malam. Penelpon misterius terang terangan membenci bahkan memakinya tanpa alasan. Di tengah malam cukup dingin yang mencekam dan membuat tubuh Miyu semakin bergidik ngeri. Ketakutan menjadi percuma sebab teror tidak akan berhenti.

Miyu menghela nafas panjang setelah meletakkan gagang telepon ke tempat semula. Sebenarnya tidak perlu mempertanyakan mengapa suara itu mengatai dirinya ‘wanita jalang’. Kecemasan mengigit dirinya dan jantung berdebar keras. Bukan hanya saja teror telepon menakuti dirinya tapi setiap seminggu sekali ia akan mendapat bingkisan berisi benda menakutkan.

Wanita itu mengambil kotak bingkisan dari atas meja kayu antik dan membawanya keluar rumah. Ia bersumpah tidak ingin melihat benda mengerikan itu lagi. Boneka sudah diberi nama yang sama dengannya dan seluruh tubuh terkoyak oleh benda tajam secara sengaja, kadang pula diselipkan beberapa serpihan silet agar bisa melukai tangannya jika menyentuh boneka tersebut. Hadiah yang kejam bukan?

Di luar rumah, Miyu menaruh kotak bingkisan ke tanah dengan hati hati. Dingin dan bisikan deru angin malam menusuk tajam sampai ke tulang tulang. Samar samar burung hantu mengeluarkan bunyi sebagai penambah kesan suram di malam hari. Ia bahkan juga mendengar suara gemerisik pohon dan hembusan angin di cabang cabang pohon. Kegelapan itu hanya diandalkan lampu jalan yang redup dan kadang berkedip kedip sebagai sumber penerangan.

Wanita itu menyirami minyak tanah keseluruh kotak bingkisan dan menyalakan sebatang korek api lalu dilemparkan ke arah benda kiriman terkutuk itu. Otomatis api berkobar menghanguskannya dan menelannya sampai membentuk abu. Perlahan kengerian malam semakin kuat.

Kedua mata kosong meratapi api menggeliat panas dan berharap benda itu hangus tak bersisa. Sayangnya ketakutan yang mencekam dirinya sulit lenyap, tidak semudah itu hilang. Tanpa menunggu api padam, ia buru buru melangkah masuk ke dalam rumah, berlari tergesa gesa dan duduk di sofa ruang tengah dengan tidak tenang seolah ada yang terus mengawasinya. Seseorang tidak diketahuinya mempermainkan perasaan ketakutannya dengan bahagia bahkan mungkin sampai tertawa puas. Entahlah mungkin itu sekedar kecemasan berlebihannya atau bukan, namun hal itu bisa saja terjadi.

Miyu mengigit bibir bawahnya,  merundukkan kepala dan mendekap tubuhnya sudah merinding hebat. Matanya bergerak ke kanan kiri, penuh kewaspadaan. Ia tiba tiba merasa amat sangat dingin dan nyaris tidak sanggup tinggal sendirian semenjak teror itu muncul. Tubuh Miyu menegang setelah mendengar bunyi pintu tertutup lumayan keras dan derap langkah berat lain di dalam rumah. Secara spontan wanita itu beranjak dari sofa dan berlari kecil menghampiri pemilik derap langkah. Tanpa melihat siapa yang datang, ia tahu seseorang satu satunya bebas keluar masuk dan memiliki kunci selainnya.

I’m afraid, Kris.”

Tanpa basa basi, Miyu melemparkan diri ke dalam pelukan pria berambut dicat pirang kecoklatan terang. Menumpahkan tangisan kecil di dada bidang Kris. Sekilas hidungnya langsung menangkap wangi yang melekat di tubuh Kris. Sontak Miyu mendorong kecil tubuh Kris, melepas diri dari rengkuhan pria bertubuh jangkung. Ia tiba tiba menjadi sangat muak dan terlebih lagi ia membenci wangi itu.

Wangi ini…aroma parfum di tubuhmu sungguh memuakkan. Entah sudah berapa wanita yang kau singgah untuk mendapatkan kesenangan dari mereka tapi jika kau datang kesini, aku tidak akan mempertanyakan dimana saja tempat sudah kau lewati..

“Semua itu hanya permainan iseng orang gila..”

Kalimat bernada sedikit parau dari pita suara Kris terdengar seperti bisikan. Miyu mengangkat kepala, menatap lekat lekat bola mata milik Kris yang memiliki kesan tajam dan dingin tapi tersirat lembut sekaligus menenangkan. Sekilas tercium aroma alkohol sejenis whisky mengoar dari mulut pria itu. Miyu memalingkan wajah dari pandangan Kris, memutuskan kontak mata seenaknya. Ini semua terlalu memuakkan.

Dia bahkan sebelum kesini, sempat meminum whisky bersama wanita lain. Kau memang busuk, Kris…

Lelaki itu tersenyum tipis, merengkuh pipi Miyu sehingga pandangan kembali saling bertemu. Kris menikmati apa yang begitu indah di matanya. Wajah cantik tampak memucat, bibir mungil bergetar lembut dan hidung memerah serta kedua mata tidak terlalu besar dipenuhi sorot takut dan cemas. Sosok yang rapuh persis kelinci siap diterkam.

“K..kumohon jangan biarkan aku sendiri.”

Permintaan lemah Miyu dengan suara hampir ingin menangis secara spontan membuat Kris mengeluarkan seringaian. Wanita itu menatap kekasihnya, berharap lelaki itu mengabulkan apa yang dipintanya. Kris Wu, seseorang paling dipercayai dengan sepenuh hati. Lelaki bisa diandalkan setiap saat dan selalu datang setiap Miyu menelpon. Aneh memang untuk lelaki brengsek seperti Kris namun bagi Miyu, lelaki itu bukan seorang yang patut dibenci.

Wanita yang tenggelam dalam ketakutannya memang selalu membutuhkan pertolongan. Kemudian tangan Kris menelusup ke helai rambut Miyu dan membelainya. Ia harus memikirkan sekali lagi apa harus mengabulkan keinginan wanita itu.

“Kau akan melindungiku bukan?”

Pertanyaan Miyu kedua membuat Kris terdiam dan isi pikiran berkecamuk hebat. Ekspresi seperti kelinci tidak berdaya itu membuat kedua mata Kris terpenjam, berusaha menahan diri. Senjata perempuan itulah suskes mencekik setiap lelaki yang ingin dipikatnya. Mereka -perempuan- selalu mudah mengeluarkan perilaku manis dan rayuan lemah, membuat insting pria ingin melindungi itu akan keluar secara alami. Namun Kris justru menyukai senjata alami wanita itu. Baginya itulah mampu memancing hasrat sampai gila.

“As your wish, I’ll stay with you tonight.”

Kris menarik dagu Miyu dan mempertemukan kedua bibir penuh kelembutan yang basah dan lembab. Deru nafas saling menggelitik kulit pasangannya membuat hasrat kecil perlahan bertambah. Tangan Kris menarik pinggang ramping Miyu mendekat sampai merapat tubuhnya diselingi ciuman layaknya sudah kecanduan.

Pasrah. Miyu sudah melemah sehingga mudah saja terjerembab ke dalam kehangatan kuat diberikan Kris. Lelaki itu selalu datang disaat yang tepat, dimana ia butuh perlindungan. Tak ada alasan lagi membuatnya sangat mencintai Kris. Tidak peduli jika ternyata Kris hanya mencintai setengah hati tapi ia akan merelakan diri jika hidup berada dalam genggaman lelaki itu.

Cinta itu buta…tidak memandangi apapun keburukan lagi sebab perasaan sudah terlanjur menghipnotismu seolah dirimu telah terjatuh hati pada orang paling sempurna…

Selepas ciuman basah, dada mereka naik turun dan sibuk mengatur nafas terengah engah. Kris tersenyum smirk, memandang puas ke arah pipi wanita dihadapannya sudah memerah seperti buah peach. Ia selalu menyukai apapun dari Hwang Miyu. Satu satunya wanita paling mengisi jiwanya dibandingkan puluhan wanita lain yang pernah menjadi teman kencan semalam.

Hwang Miyu tidak dapat dibandingkan dengan wanita wanita seperti mereka. Dia bukanlah sosok wanita biasa memamerkan lekuk tubuh seksi atau mudah terbuai dengan pria baru dikenal dalam waktu singkat. Satu wanita teristimewa yang pernah dikenal dan paling menguntungkan adalah Miyu mencintai dirinya tanpa mudah beralih ke orang lain.

Kesetiaan Hwang Miyu…inilah perbedaan besar antara pria sepertiku dengannya…

“Aku mencintaimu…”

Sepatah kalimat dihembuskan tepat di telinga Miyu. Jantung seakan berhenti meski sudah mendengar ucapan itu berkali kali seperti sebuah kebiasaan. Miyu menarik nafas sambil merebahkan kepalanya di dada bidang Kris seraya melingkarkan tangan dipinggang kekasihnya. Ia terdiam mencerna ucapan dikeluarkan Kris dan beberapa pertanyaan selalu berputar dipikirannya.

Jika mencintaiku, mengapa kau tidak berhenti mencari kesenangan dengan wanita lain? Haruskah terus melakukan kebohongan yang bisa membuatku hanya mencintaimu tanpa perubahan?

“Jangan selalu berusaha mencari jawaban sendiri tentang keraguanmu padaku! Aku mempermainkan mereka namun cuma kau yang tidak akan kuperlakukan sama dengan mereka. Kecuali dirimu, merekalah murahan dan tidak pantas dicintai.”

Tenggorokan Miyu tercekat dan membeku ditempat. Perkataan Kris barusan seolah balasan langsung dari pertanyaaannya. Entahlah lelaki itu bisa membaca pemikirannya atau tidak. Miyu merasakan Kris memeluknya sangat erat dan hembusan nafas lelaki itu menerpa tengkuk lehernya, membuatnya bergetar sekaligus merinding. Terlalu dekat dan dalam.

“Aku berada selalu di sisimu dan…” Kris menurunkan sedikit tali gaun tidur yang menutupi pundak Miyu dan menampakkan kulit putih mulus yang menggoda gairahnya sebagai lelaki normal. “Akan bersamamu selamanya.” tambahnya mengecup bahu kekasihnya.

Miyu mendesah kecil dan suhu tubuhnya semakin panas merespon setiap sentuhan Kris. Satu sentuhan bibir Kris mampu menggoyahkan semua pertanyaan penuh curigaan.

Inikah alasanmu tidak pernah meninggalkan aku seperti yang kau lakukan dengan wanita lain? Tetap datang melewati pintu rumahku lalu pergi, kemudian kembali lagi di hari esok… 

Keyakinan terselubung kini merasuki jiwanya. Seorang lelaki bernama Kris Wu telah membuat hal itu terjadi.

————————————-

Kris mengancingkan seluruh kancing kemejanya setelah memakai celananya. Ia merapikan kembali rambut dicat pirang yang acak acakkan lalu beranjak berdiri dari tempat tidur. Kris mengayunkan langkah tanpa membuat suara dan membiasakan mata ditengah kamar masih gelap. Jam weker menunjukkan  04:11 AM. Waktu berlalu begitu saja dan cepat. Sesuatu di antara pria dan wanita dewasa yang terjadi dalam waktu singkat seperti air mengalir.

Sebelum berniat meninggalkan seorang wanita masih memenjamkan mata di atas tempat tidur. Kris berdiri sambil memandangi kekasihnya tampak lelah sekaligus nyenyak, bernafas dengan nyaman. Pandangan Kris menelusuri selimut putih yang tebal menutupi hampir seluruh tubuh wanita itu namun masih memperlihatkan pundak putih dan leher disertai bercak kemerahan membekas disana sebagai bukti apa yang sudah terjadi.

Kiss mark ciptaanku terlihat sempurna jika kamu yang memilikinya…

Mata Kris mengkilat tajam dan sebelah ujung bibir terangkat membentuk seringaian. Ia telah menyelesaikan tugas malamnya, datang merendam ketakutan wanita itu. Dalam waktu semalaman, Kris sudah mengeluarkan seluruh perasaan khusus yang hanya ditujukan kepada wanita istimewa dan kekasih cantik itu telah menikmati apa yang diberikannya. Lelaki itu kemudian membalikkan tubuh dan berjalan menuju pintu kamar. Berikutnya hanya terdengar derap langkah menjauh dari balik pintu.

Tepat Kris sudah tidak disekitarnya, kelopak mata Miyu terbuka dan memandang tempat kosong disampingnya lalu meletakkan tangan disitu. Masih tersisa jejak kehangatan tubuh Kris yang sempat berbaring disisinya untuk beberapa jam.  Setiap saat seperti ini selalu saja menyadarkannya bahwa ia tidak bisa memiliki lelaki itu dalam waktu penuh. Tersungging senyuman pedih yang membingkai wajahnya itu.

Seperti hari sebelumnya, kau akan pergi seperti ini lalu datang lagi menemuiku setelah melewati waktu dengan wanita yang entah darimana kau temui. Aku seperti tempat pemberhentian terakhirmu…

Ia tidak akan mencegah jika Kris akan pergi tanpa pamit dan cukup dilakukan hanya berpura pura tidur. Sandiwara adalah salah satu kebiasaan setiap Kris akan meninggalkannya.

 

You leave me and go far far away, follow that road and dissappear..

(Kau tinggalkan aku dan pergi jauh jauh, mengikuti jalan itu dan menghilang)

At the end of this love crazy is the dangerous cliff..

(Di akhir cinta gila ini adalah tebing berbahaya)

I was infected by this though love and kept trembling..

(Aku terinfeksi oleh cinta kuat dan terus bergemetar)

I hope my lips that recite the sad poem will remembered in your black eyes..

(Kuharap bibirku membacakan puisi sedih akan mengingatkan dimata hitammu)

Kiss me a baby, before this night is over, hurry, to me, day by day

(Cium aku,baby sebelum malam berakhir, cepatlah, untukku, hari ke hari)

_T-Ara – Day By Day_

—————————————–

Suara mobil porsche berwarna hitam mengkilap mengeluarkan suara bunyi diiringi lampu depan berkedip ketika Kris menekan tombol ‘lock‘ dengan kunci mobil otomatis. Ia memasukkan kunci ke dalam saku celana lalu berjalan masuk kedalam gedung tinggi,  menaiki pintu lift setelah menekan tombol berangka 22. Lelaki itu mengancingkan jas kasual biru muda selama lift itu masih bergerak ke atas sampai berhenti tepat di lantai yang ditujunya.

Pintu lift terbuka, Kris berjalan keluar dan melemparkan senyum dingin namun mempesona ke arah dua wanita berseragam waitress yang bertugas sebagai penyambut tamu di restaurant elit. Berkat penampilannya yang menunjukkan sosok lelaki kota yang seolah sulit didekati itu suskes membuat pipi dua waitress wanita itu memerah dan tertunduk malu.

Seulas seringaian Kris terpoles diwajahnya. Cukup dengan melemparkan lirikan tajam dan senyum dingin saja mampu menembakkan panah dan kemudian wanita wanita itu akan menjadi korbannya.

Wanita wanita yang malang…

Begitulah Kris menyebut wanita yang dengan mudahnya tertarik dengan magnet daya tarik lelaki ini. Tanpa mereka sadari, sebentar lagi para wanita itu akan menerima kebahagiaan palsu yang ditawarkan oleh Kris dan akan menyadari sendiri bahwa tidak ada cinta dibalik kebahagiaan sesaat.

Tentu saja Hwang Miyu adalah pengecualian

Kris tidak akan pernah menyingkirkan satu nama itu. Baginya cukup wanita itu saja yang layak memiliki cinta yang sesungguhnya. Yeah…cuma dia yang layak.

Setelah melewati dua waitress penyambut tamu, Kris berjalan masuk kedalam restaurant yang tidak terlalu ramai dan hanya beberapa meja terisi. Ia langsung tertuju ke salah satu meja di dekat counter bar kecil. Seorang wanita muda tengah duduk sambil menyesap segelas red wine dan tersenyum tipis begitu Kris menghampirinya.

“Akhirnya penantianku berakhir.” ujarnya mengusap sisa wine dimulut dengan tisu secara lembut agar tidak merusak polesan lipstick merah menyala di bibirnya.

Kris tidak berbicara melainkan segera menarik kursi yang berada dihadapan wanita itu dan duduk disana. Ia kemudian memesan minuman champagne pada waitress pria yang sudah berdiri disampingnya. Begitu waitress pria pergi, Kris mengamati penampilan wanita dihadapannya yang tampak seperti nona kaya dibalut pakaian merek eksklusif, bahkan ia tahu wanita itu telah mengeluarkan banyak uang membeli barang barang tersebut.

“Sepertinya kau telah hidup boros, aggaeshi.”

Tersungging senyum miring khas wanita itu ketika mendengar sindiran kecil Kris. Jemarinya yang sudah di manicure menelusuri pinggiran gelas wine dan kedua mata sipit dengan polesan eyeliner hitam itu menatap lurus lelaki didepannya.

“Yeah…semua berkatmu.” jawabnya sedikit angkuh lalu melirik kesekelilingnya dan mengamati orang sekitarnya yang rata rata berpenampilan khas orang  kalangan atas “Aku tampak sebanding dengan mereka. Ini sangat menyenangkan. Tidak perlu dicemohkan dan aku tidak akan diremehkan jika memakai pakaian seperti ini.”

“Tipe wanita materialistik, kau hanya menyukai uang selain apapun didunia ini.” Kris menyeringai dengan nada penuh sindiran.

“Huh…aku tidak peduli apa yang kau katakan. Bukankah sudah pernah kukatakan dunia akan semakin mudah jika mengandalkan uang.” sahut wanita itu tertawa. “Membicarakan soal mengandalkan uang, bukankah prinsip itu juga berlaku padamu? Kau sendiri mengandalkan uang untuk membayarku.” tambahnya dengan nada sangat menggoda.

Sepintas muncul kilat tajam dikedua mata Kris. Ia menunjukkan ekspresi tidak senang dengan perkataan wanita itu namun itulah kenyataan sebenarnya. Tepat waitress muncul dan menuangkan sebotol campagne kedalam gelas kristal, Kris langsung meneguknya dan berusaha tidak terlalu kesal.

“Tidak sepenuhnya ucapanmu benar, Tuan Kris. Kamu salah soal aku hanya menyukai uang didunia ini.” Wanita itu menarik dagu Kris dan memandangi wajah lelaki itu dengan tatapan seksi sekaligus menantang. “Kurasa kamu sendiri sudah tahu apa yang kusukai selain uang.”

Kris mengeluarkan senyuman smirk dan mencengkram tangan wanita yang memegangi dagu lalu dihempaskan secara lembut “Yah…aku tahu itu dan kurasa kamu sendiri juga tahu mengapa aku memilihmu bahkan membayarmu.” ucapnya seraya merendahkan suaranya.

“Tentu saja, aku mengetahui segalanya termasuk kau memanfaatkan perasaanku terhadapmu.” Raut wajah wanita itu mengeras seketika dan menatap tajam bahkan juga tidak menyembunyikan kemarahannya. “Tidak masalah jika aku tidak dapat memiliki hatimu tapi setidaknya aku bisa membuat wanitamu ketakutan setengah mati dan hidup tidak tenang.”

“Berhenti berbicara!” Kris melempar amplop coklat tebal diatas meja dengan ketus.

Wanita itu membungkam mulutnya sendiri dan tersenyum puas ketika amplop coklat tergeletak di meja. Tanpa basa basi, ia membuka penyegel dan sedikit mengintip isi amplop. Kedua matanya berbinar binar menangkap tumpukan lembar kertas bernilai won didalamnya. Sementara Kris mendengus keras dan beranjak berdiri dari kursi.

“Tetap lanjutkan tugasmu! Meneror kekasihku dengan suara menakutkan dan mengirim bingkisan mengerikan atau apalah yang bisa membuatnya ketakutan.”

Wanita itu memperhatikan Kris yang sudah tidak nyaman berada ditempat sama dengannya. Ia tahu lelaki itu ingin segera pergi daripada menghabiskan waktu berlama lama untuk sekedar membicarakan hal hal kosong atau sekedar membalas sindiran satu sama lain.

“Hhh…Sungguh menggelikan harus ikut bermain dibalik layar untuk pria licik yang memanfaatkan ketakutan seorang wanita cengeng itu demi mendapatkan cintanya. Benar benar menyedihkan, wanita bodoh sepertinya telah mempercayai pria brengsek sejenis dirimu.”

Mendengar ucapan tajam yang dilemparkan wanita itu, Kris berbalik sebentar dan terang terangan menunjukkan sorot dingin dari bola matanya. Sepertinya ia merasa harus membalas perkataan wanita ini sebelum pergi. Oleh karena itu, Kris  mengurungkan niatnya segera pergi jauh jauh.

“Dia harus merasakan pembalasan dendam setelah dia menolakku beberapa kali sebelumnya. Aku akan memainkan peran ksatria pelindung dan selalu datang menjaganya setiap malam dimana dia membutuhkanku. Dia tidak akan bisa hidup tanpaku dan terus membalas perasaaanku. Kuakui inilah cara terjitu jika kau ingin mendapatkan seseorang. “

Sesaat Kris tersenyum penuh kemenangan ketika wanita itu terdiam dan tidak berkutik lagi. Ia kemudian berbalik pergi dan berjalan meninggalkannya. Tepat Kris menghilang dari pandangannya, wanita itu mengangkat sebelah ujung bibir dan mendesis.

“Perasaan obsesimu ini terlalu menakutkan, Kris. Aku yakin wanita itu akan menangis karena sudah dibodohi oleh lelaki sepertimu…”

————————————–

Tangan Miyu bergemetar hebat terulur, berusaha memegangi segelas guava juice yang dicampur soda jeruk sehingga menghasilkan paduan manis sekaligus asam yang menyegarkan dan mengigit lidah. Sayangnya rasa minuman itu menjadi hambar ketika mengalir ditenggorokannya. Kemudian ia meletakkan kembali gelas itu dimeja, Miyu memegangi kedua tangan yang tidak kunjung berhenti bergemetaran bahkan raut wajah memucat.

Ia telah mendengarkan semua pembicaraan tanpa diketahui kekasihnya, Kris. Rahasia terbongkar hanya dalam waktu beberapa menit. Ia sedaritadi duduk tepat dibelakang meja Kris dengan wanita yang baru saja diketahuinya beberapa menit lalu adalah penerornya. Lelaki itu sama sekali tidak menyadari Miyu berada didekatnya bahkan mereka duduk saling membelakangi.

Setelah mengumpulkan sisa tenaga untuk berdiri, Miyu dengan gontai mengeluarkan beberapa lembar won diatas meja dan menarik tas. Yang diinginkannya segera keluar dari tempat yang membuatnya sesak nafas. Ia bahkan tidak yakin punya kekuatan untuk berjalan tegak. Kebenaran terlalu mengejutkan dan kenyataan itu mencekiknya sangat kuat.

Langkah Miyu terhenti sebentar, ujung matanya melirik sebentar kearah seorang wanita yang masih duduk di meja yang baru saja ditinggal Kris. Perasaan terkhianati  sangat terpancar jelas dikedua mata Miyu. Tampaknya wanita itu menyadari Miyu menatapnya tajam sehingga ia mendongkahkan kepala dan membalas pandangan tersebut dengan heran. Keningnya pun mengerinyit melihat keanehan pada tatapan Miyu yang dituju padanya. Dia tidak mengenali sosok Miyu dan mulai berpikir wanita itu -Miyu- hanya seseorang yang aneh.

Wanita jalang ini pantas digantung….

Miyu berbalik cepat dan pergi berlalu dihadapan wanita itu. Tak dapat dipungkiri lagi jika ia ingin meraih leher wanita itu lalu menjeratnya dengan tali dan menikmati wajahnya memerah nyaris kehabisan nafas. Imajinasi liar bergumul dipikirannya. Hasrat dendam semakin menggila ketika membayangkan bagaimana ekspresi wanita itu menertawakannya atas penderitaan dan ketakutan demi uang semata. Membunuhnya…sayangnya itu hanya sekedar keinginan yang tidak mungkin dilakukannya.

Ia turun dari taxi begitu tiba dirumahnya dan pikiran gila itupun juga berakhir. Hendak membuka pintu utama rumahnya, Miyu tidak bergeming menatap didepan ujung sepatunya. Sebuah kotak tertutup rapat diletakkan begitu saja didepan pintu. Tanpa perlu menebak isinya, Miyu meyakini apa yang tersimpan dalam kotak. Ia tidak perlu ragu lagi sekarang.

Miyu membawa kotak itu kedalam dan membukanya. Lagi lagi benda yang sama. Boneka yang terkoyak benda tajam dan sehelai kertas bertulisan ‘Die and go to hell, Bitch!‘ dengan lipstick merah darah. Miyu menatap datar lalu meremas kasar kertas itu. Ia mengeluarkan ponselnya dan menekan deretan angka. Tepat hubungan telepon itu tersambung, ia bisa mendengar suara Kris dari seberang.

“Lagi…benda itu datang. Aku ketakutan sekarang. Datanglah! Aku mohon berada disisiku sekarang.”

Ia mengeluarkan suara layaknya seorang wanita penakut yang tidak bisa berbuat apa apa selain menunggu perlindungan. Setelah sambungan telepon terputus, Miyu memasukkan kembali ponselnya dan mengerling kotak bingkisan sambil tersenyum meremehkan.

Sekarang tunjukkan peranmu, wahai ksatria pelindung! Aku sangat menantikan itu…

Sesuai janjinya, lelaki itu muncul secepat kilat dan nafasnya tampak terengah engah seolah membuktikan ia buru buru datang ketempatnya dan mimik cemas pun tidak ketinggalan. Kris berakting dengan sangat baik. Miyu menatap kedatangan Kris dan bertingkah persis wanita bernyali kecil. Lelaki itu tidak menyadari suara parau dan mimik ketakutan Miyu hanya sekedar bualan. Ia menarik Miyu masuk kedalam pelukan posesifnya.

Sekujur tubuh Miyu perlahan dilingkari wangi tubuh Kris. Tidak tercium lagi aroma wanita lain yang hinggap disana kecuali wangi parfum kesayangan Kris. Ia mendekap tubuh Kris dan menghirup dalam aroma maskulin.

“Aku tidak akan membiarkanmu ketakutan karena keisengan orang gila.”

Miyu terdiam mendengar suara lembut Kris yang terbiasa menenangkannya setiap malam. Namun kali ini berbeda.

Pembohong

Ia menyembunyikan makian itu kedalam hati. Miyu merasakan tangan Kris mendekapnya semakin dalam. Terhanyut dalam sensasi di pelukan lelaki itu, Miyu tersenyum menyeringai tanpa diketahui lelaki itu.

“Kris, aku mencintaimu…”

Bibir Kris tersungging, membentuk smirk ”Aku juga mencintaimu..”

 

Kebohongan lagi membuktikan kau memang pria busuk…

Tapi aku tidak akan meninggalkanmu selama kau menginginkanku…mendambakanku….

Aku masih membukakan pintu, menunggu kehangatanmu yang mendatangiku lagi dan lagi…

Dan kau telah berhasil membuatku seolah tak dapat hidup tanpamu…

Menikmati tipu dayamu seolah aku tidak pernah tahu apa apa…

Meski akan tersayat dengan ucapan penuh cinta yang diselimuti kebohongan manis…

Terus menjerat diri kedalam permainan cinta…menjadi kekasih yang mencintai kebohongan…

 

———-The End——— 

Ceritanya aneh? Baiklah…saya juga berpikir demikian. Ini imajinasi cukup absurd yg muncul tiba tiba ketika membaca artikel penelitian di AS yg menyimpulkan hampir 80% kaum wanita cenderung mencintai bahkan lebih mempertahankan pria yang melukai hatinya. Sepintas juga muncul wajah Kris Exo M yang menurutku punya wajah terkesan diam diam tapi menghanyutkan (baca: licik)  sehingga aku memilihnya sebagai cast utama.

P.S: Leave Your Comment! For silent reader, I cursed you…


Dirty (Chap 3)

$
0
0

dirty 2

Cast:

Jung Yunho

Son Jung Ah

Park Yoochun

Support Cast: You can found it alone

Genre: Romance, Angst, Drama | Rating: PG-15 | Duration: Chaptered | Written By:  @Mischa_Jung

…..

Previous: 1 2

Hampir setengah jam tidak ada suara dari kedua orang yang berada dalam mobil porsche hitam. Mereka yang tenggelam dalam kesunyian kecuali suara penyanyi musik indie di radio masih mengalun. Jung Ah terdiam dan tidak berhenti mengamati apa yang dilaluinya lewat jendela. Pemandangan asing dan tidak pernah dilihat sebelumnya. Ia tahu mobil ini berada jalur menuju pinggiran Seoul setelah sempat melihat papan penunjuk jalan beberapa menit lalu.

Tatapan kosong wanita itu memandangi langit berwarna keabu abuan dengan awan tebal yang terkesan suram. Sepintas kilat cahaya indah tapi menakutkan dilangit dan disusul suara membahana. Guntur telah muncul sore ini dan hujan besar. Samar terdengar suara tetesan hujan turun dengan deras di atas atap mobil dan wiper bergerak kecepatan penuh. Ia kemudian beralih menatap danau buatan yang dikelilingi padang ilalang. Perlahan tangan Jung Ah terangkat dan menempel di kaca, dirasakannya kaca dingin yang berembun karena hujan. Ia semakin penasaran kemana Yunho akan membawanya.

Ujung mata Jung Ah melirik pria yang sedari tadi menyetir tanpa berbicara sepatah katapun. Yunho seolah menganggap tak ada manusia selain diri sendiri. Dilihat dari cara bagaimana pria itu terus mendiamkannya dan tidak sedikitpun bersuara seolah bicara itu mahal. Wanita itu menarik nafas dalam, memutuskan tidak bertanya dengan pertanyaan sama untuk kedua kalinya. Tidak ada jalan selain diam dan bersabar sampai mobil ini berhenti.

Konsentrasi menyetir Yunho pecah ketika sudut matanya menangkap gerak gerik tidak biasa wanita itu. Jung Ah tengah menggosok kedua tangannya dipangkuan, kadang meniup tangan yang nyaris membeku. Secara spontan sebelah tangan Yunho terulur, hendak mengatur suhu AC yang sesuai. Sebenarnya ada keinginan mendekap tangan wanita itu, memberi kehangatan tetapi tidak dilakukan sesuai kemauannya. Ia perlu menahan diri.

Hati Jung Ah mencelos ketika Yunho mengatur suhu. Tanpa disadari, Jung Ah memutar kepala kembali,  melirik keluar jendela dan menghela nafas. Sedikit kelegaan jika Yunho setidaknya masih punya kepedulian meski sangat kecil. Namun perasaan itu berubah cepat dan lagi lagi kedua manusia terbelenggu dalam kesunyian yang canggung.

Sekitar 10 menit berlalu, mobil hitam memasuki gerbang komplek perumahan, melewati rumah rumah berarsitektur mewah dan hampir dipastikan pemiliknya merupakan orang berasal dari kalangan atas. Antara rumah satu dengan rumah lainnya memiliki jarak agak berjauhan, hanya terpisahkan oleh jalan atau kadang taman kecil. Tetangga tak pernah saling menyapa dan bersifat individualis.

Jung Ah terpukau tepat Yunho membelokkan mobilnya ke dalam pekarangan rumah berarsitektur tradisional atau lebih tepatnya disebut rumah hanok. Jika dilihat dari luar, rumah hanok besar itu bukanlah sekedar rumah tradisional biasa. Ia yakin banyak benda mengagumkan didalamnya.

“Turun!”

Sahutan Yunho memecah ketakjuban Jung Ah. Begitu wanita itu berniat menanyakan siapa memiliki rumah hanok itu tapi terlambat. Yunho sudah duluan turun dari mobil bahkan mencabut kunci mobil dan memasukkannya kedalam saku celana. Dengan terpaksa, Jung Ah mematuhi perintah pria itu dan ia merasa ucapan pria itu tidak boleh dibantah. Mungkin karena kesan arogan Yunho terlalu kuat sehingga membuatnya segan.

Tepat Jung Ah menginjak perkarangan rumah hanok setelah menutup pintu mobil. Ia disambut semilir angin berhembus cukup kencang. Kedua matanya tidak lepas dari taman depan rumah hanok yang dibuat bergaya Jepang. Beberapa tanaman sejenis bonsai dan tanaman khas asia nampak dirawat baik memperkuat suasana oriental. Masih terpana dengan keindahan yang ditawarkan rumah hanok meski hujan turun amat sangat deras. Aroma tanah terkena hujan membuatnya semakin teduh.

Mengenai soal hujan deras, Jung Ah baru sadar tubuhnya sedikitpun tidak basah. Kepalanya mengeladah keatas dan terkesiap menemukan payung hitam diatas kepalanya. Spontan wanita itu menoleh secepat kilat dan terperangah. Yunho sudah berdiri disamping, tengah memegangi gagang payung hitam dan seperti biasa mengeluarkan sorot mata angkuh sehingga membuat Jung Ah berkecil hati.

“Kau tidak berniat berdiri berlama lama disinikan?”

Suara berat Yunho yang ketus kembali terdengar. Jung Ah mengigit bibir bawahnya sejenak, kemudian menggeleng kepala. Terdengar jelas suara dengusan pria itu lalu berjalan menuju pintu utama rumah. Derap sepatu pantofel menyatu dengan genangan air menimbulkan suara gemericik. Sementara Jung Ah sedikit gusar harus berdampingan dengan Yunho dan tetap berada dibawah payung hitam. Ia benci suasana kaku yang membuatnya mual.

Di depan pintu utama, Yunho menurunkan payung lalu segera menekan kombinasi password yang dihafalinya luar kepala di mesin keamanan.

“Ini rumah siapa?”

Tangan Yunho sempat terhenti setelah mendengar pertanyaan bernada cemas wanita itu, setelah itu dia melanjutkan menekan kombinasi password.

Eomma..” jawabnya singkat dan datar.

Nafas Jung Ah tertahan. Jawaban Yunho selalu diluar dugaan.

Ketika mesin keamanan merespon koneksi password, Yunho mendorong gagang pintu dan membukanya lebar. Sebelum masuk, ia menolehkan kepala sejenak ke arah Jung Ah lalu menggerakkan dagu sembari menyuruhnya masuk.

Begitu Yunho berbalik dan melangkah masuk duluan, Jung Ah menelan ludah. Dengan berat hati, ia masuk ke dalam. Sepasang matanya langsung terpikat menelusuri rumah hanok berlantai kayu yang kuat dan hangat serta perabotan modern yang serasi dengan dekorasi ruangan yang kental unsur tradisional. Perangkat eletronik juga meninggalkan kesan bahwa rumah kuno masih tetap mengikuti perkembangan zaman. Dari sudut pandangnya ada satu kekurangan tempat ini. Terlalu sunyi dan hampa, tidak ada suara aktifitas apapun atau tanda tanda manusia lain.

Langkah Jung Ah berhenti sesaat, ia menoleh sesaat ke sebuah meja kecil yang diletakkan banyak bingkai foto. Kepalanya tertunduk, menelusuri satu per satu bingkai foto. Bingkai pertama yang tertangkap dimatanya merupakan foto hitam putih yang hampir memudar, menampilkan sepasang kekasih berpakaian berasal mode sekitar tahun 80-an. Sebuah potret yang mewakili perasaan cinta mendebarkan dan dipenuhi aura manis membuat bibir Jung Ah membentuk lengkungan kecil.

Bola mata Jung Ah bergerak kesamping, melihat bingkai kedua. Tampilan potret keluarga kecil terdiri ayah, ibu dan seorang anak laki laki. Ketiga orang itu menunjukkan senyum lebar. Jung Ah tersenyum tipis melihat siluet wajah ayah dan ibu sama persis dengan sepasang kekasih dibingkai pertama. Tampaknya mereka telah melanjutkan hubungan sampai ke pernikahan dan juga memiliki anak. Kisah nyata yang bahagia tersampaikan oleh foto foto itu memunculkan kecemburuan kecil Jung Ah.

Tanpa berlama lama, ia beralih kebingkai berikutnya. Potret seorang pria remaja berseragam taek kwon do tengah memegangi piala kemenangan dan medali emas melingkar dileher. Wajah penuh kepercayaan diri, sorot mata kebanggaan dan senyum lebar tergambar jelas pada pria remaja itu. Jung Ah betah berlama lama memandangi potret ketiga. Ia mengakui ada sesuatu dari potret itu membuatnya tertarik.

Aneh..sangat familiar disini..

Kening wanita itu mengerinyit lalu membandingkan bingkai kedua dan bingkai terakhir dilihatnya. Anak laki laki  dan pria remaja pada kedua potret adalah orang yang sama tapi memiliki umur berbeda atau lebih tepatnya mengalami pertumbuhan. Entahlah Jung Ah merasa amat sangat kenal pada wajah itu dan membuatnya berpikir keras.

Spontan kedua mata Jung Ah melebar dan mulutnya mengangga. Ia baru saja menyadari satu fakta yang ditemukannya. Dua orang ini adalah Yunho. Mustahil pria berhati es dapat tersenyum manis. Jung Ah nyaris tersedak, tidak percaya dan ingin membantah jika anak itu Jung Yunho. Perubahan sangat jauh berbeda dengan Yunho yang menurut pandangannya sangat jarang tersenyum bahkan mungkin hampir tidak pernah.

Digelengkan kepalanya lalu Jung Ah berpaling ke lemari kaca terletak disamping meja. Inilah yang dapat membuat siapapun berdecak kagum. Terlalu banyak piala kemenangan, piagam penghargaan dan medali yang berjejer rapi didalamnya. Rata rata diperoleh dari pertandingan taek kwon do tingkat nasional sampai berskala internasional dan mengatasnamakan Jung Yunho sebagai pemenang. Jung Ah mengerjapkan matanya cepat dan menelan ludah.

Awalnya ia berpikir Yunho tidak lebih lelaki pecundang selalu mengandalkan uang dan kekuasaan untuk mengendalikan beberapa bodyguard menyingkirkan kekasihnya, Junsu. Ia tidak mengerti alasan pria itu menggunakan bodyguard jika memiliki kemampuan yang mungkin lebih tinggi. Kening Jung Ah berkerut dan terus mempertanyakan dibalik kemisteriusan pria itu. Masih banyak sisi Yunho yang tidak dimengerti olehnya.

Sial kau, Jung Ah! Berdasarkan apa kamu penasaran dengan lelaki kejam? Kau pasti sudah gila ya? Dia yang menyebabkan Junsu menghilang dan tidak sepantasnya kau memikirkan orang tidak punya hati nurani…

Jung Ah menghembuskan nafas panjang, berusaha mengusir pikiran seputar tentang Yunho. Ia  memutar tubuh dan hampir memekik terkejut. Keberadaan Yunho cukup mengagetkan saat ia berbalik. Pria itu sudah ada didekatnya tanpa menimbulkan suara.

“Tidak ada yang menarik untuk diperhatikan bukan?”

Dugaan Jung Ah tidak salah. Yunho terlihat sangat tidak senang menemukannya tengah memperhatikan seisi lemari kaca ataupun foto foto itu. Ia tidak tahu alasan pria itu marah. Jung Ah buru buru mengalihkan pandangan, tampak mencari cari seseorang selainnya.

“Dimana eomma-mu? Kurasa aku harus memberi salam.”

Salah satu alis Yunho terangkat dan ekspresi wajah tetap datar “Kau tidak perlu bersopan santun pada seseorang meninggal bunuh dirikan?”

Bagai petir menyambar dari langit kedadanya. Jung Ah terperangah. Batinnya sedikit tergerak, simpati.

“Apa aku terlihat menyedihkan?”

Yunho berbalik menemukan tatapan lain dari Jung Ah. Sorot dingin dimata pria itu semakin mengkilat tajam dari sebelumnya dan rahangnya juga mengeras. Ia menegaskan kemarahannya dengan intonasi tinggi sehingga wanita itu terhenyak, menundukkan kepalanya cepat.

Melihat reaksi Jung Ah barusan, Yunho tersadar kemudian menghela nafas dan menelan kembali emosinya secara bulat bulat. Seharusnya tidak menyalahkan wanita yang tidak tahu apa apa soal kematian ibu. Hanya saja tatapan Jung Ah telah melukai hatinya. Ia memang sangat sensitif soal kematian wanita melahirkannya tapi rasa perih seolah bertambah keras karena cara Jung Ah memandanginya.

“Aku tidak semenyedihkan kau kira. Jadi jangan melihatku seperti itu lagi!” gumam Yunho lirih.

Muncul lagi bayang bayang sosok wanita tergeletak sudah tidak bernafas lagi setelah menelan beberapa pil obat tidur ketika ditemukan olehnya. Awal mimpi buruk meninggalkan bekas terdalam didada Yunho. Ia tidak membenci ibunya, wanita terbodoh yang lebih memilih meninggalkan dunia terlebih dahulu dibandingkan tetap hidup bersama anak lelaki tunggal. Sialnya kematian ibunya malah membuatnya lebih tersiksa.

Mianhae..”

Sekelebat ingatan masa lalu lenyap seketika saat suara kecil Jung Ah merasuki telinga Yunho. Ia menemukan raut penuh penyesalan namun sama seperti sebelumnya, Jung Ah tetap masih enggan menatap wajahnya. Yunho tidak memedulikan itu lagi, ia segera menarik cepat pergelangan tangan Jung Ah. Bukankah ia punya alasan untuk membawa wanita itu kesini.

Jung Ah yang terseret sehingga kesulitan menyamakan langkahnya. Mereka melewati lorong penghubung yang didominasi kaca jendela. Dari kaca sepanjang lorong, Jung Ah bisa melihat suasana taman depan dan rupanya hujan masih turun bahkan lebih deras. Langkah mereka berhenti tepat didepan pintu terletak pada ujung lorong kemudian Yunho memutar gagang pintu itu.

Tubuh wanita itu langsung menegang dan rasa takut mulai menyergapnya kembali. Spontan terulang lagi bayang bayang waktu terburuknya berlintasan diotaknya ketika menyadari Yunho telah membawanya ke kamar tidur cukup besar. Jung Ah mendadak jadi bergemetar dan wajahnya memucat.

“Tenang saja aku tidak akan membawamu kesini untuk naik ke tempat tidur.” ujar Yunho santai dengan mudah bisa membaca ketakutan wanita disampingnya lalu tanpa basa basi menarik tangan Jung Ah untuk masuk kedalam sampai berhenti ke ujung tempat tidur.

Pandangan Jung Ah segera disambut sehelai dress berwarna pink pastel yang diletakkan diatas tempat tidur seolah sudah dipersiapkan sebelumnya.

“Kenakan dress itu untuk malam ini!”

Jung Ah terkesiap sejenak. Seketika ia menoleh kepalanya kesamping seketika dan kedua alisnya berkerut mendapatkan ekspresi datar Yunho seolah dia tak bercanda. Ia kemudian tertegun menatap dress keluaran salah satu desain limited edition dari brand ternama. Jung Ah mengakui dress didepan matanya  sangatlah cantik. Yunho memiliki selera sangat baik soal urusan memilih mode pakaian.

“Persiapkan dirimu dan kuberi waktu satu jam!”

Yunho berbalik pergi setelah memberi perintah. Ia keluar dan meninggalkan wanita masih terbengong bengong. Setelah suara dentuman pintu tertutup, kesadaran Jung Ah kembali dan meneguk ludahnya. Yunho telah mempersiapkan semuanya termasuk perangkat make up, dress dan sepasang sepatu untuknya. Tubuh Jung Ah merosot, terduduk lemas di ujung tempat tidur lalu meraih dress itu dengan ragu.

——————————

Yunho mengancingkan seluruh kancing kemeja biru muda setelah mengenakan celana. Diliriknya lemari besar, menelusuri seluruh deretan koleksi jas. Rata rata koleksi jasnya berwarna hitam, putih, abu abu dan biru gelap. Ia lebih menyukai warna kalem dan netral tapi tetap berkesan maskulin. Pilihannya tertuju pada salah satu jas hitam. Tanpa berpikir panjang lagi, Yunho menarik jas dari lemari dan langsung memakainya.

Selanjutnya, Yunho beralih ke samping laci lemari yang menyimpan koleksi dasi. Ia menyambar dasi  bermotif yang serasi dengan kemeja dan jas ditubuhnya. Terakhir ia mengenakan jam tangan dipergelangan tangan dan menyemprot parfum ‘Aigner’ ke badannya.

Ia bercermin sebentar. Yunho bahkan sempat memotong sedikit poni dan menata rambutnya dengan rapi sehingga tampilannya terlihat dewasa dan lebih fresh tapi tidak menghilangkan sisi maskulin. Pakaian sudah rapi, begitu pula wajahnya.

It’s all perfect…

——————————–

Dress pink pastel membalut ditubuh ramping Jung Ah. Ia begitu sempurna bahkan sepatu high heels siletto berwarna putih menambah nilai tambah dari keseluruhan penampilannya. Dress itu juga memperlihatkan kemulusan pundak dan leher jenjangnya. Meski sedikit sexy tapi tidak terkesan murahan karena wajah Jung Ah tergolong karakter innocent, begitu juga penampilannya.

Bedak tidak terlalu tebal diwajahnya. Sedikit sapuan eye shadow paduan warna peach dan putih serta polesan blush on dipipi. Mascara hitam tipis dan semprotan parfum beraroma feminim. Make up yang tidak berlebihan masih menonjolkan kecantikan natural Jung Ah. Ia juga mengangkat seluruh rambut, membentuk cepol dan dihiasi tali pita.

Ia memandangi dirinya dari cermin.  Yang terlihat dari cermin malah seperti sosok wanita berpenampilan dari kalangan atas. Kadang ada saatnya harus terbiasa dengan barang barang mahal yang menempel ditubuhnya. Jung Ah menatap nanar pantulan dirinya, tidak mengenal siapa wanita di sana. Penampilan mahal membuatnya tampak berbeda dan menjadi beban seolah lebih berat dari sebelumnya. Ia dipaksakan harus menerima sesuatu yang sebenarnya tidak diharapkan.

Ckleekkk…

Jung Ah berbalik dengan canggung tepat pintu ruangan terbuka. Muncul Yunho sudah rapi dengan penampilannya. Wanita itu menelan ludah beberapa detik saat lelaki itu memandanginya secara seksama lalu berjalan mendekat kearahnya. Ia cukup gugup sebab lelaki itu berdiri terlalu dekat sampai bisa tercium aroma parfum maskulin dari tubuhnya.

Tangan Yunho terulur kebelakang kepala Jung Ah dan secara lihai menarik pita sehingga rambut cepol telah tergerai bebas. Ia kemudian menjatuhkan pita kelantai, diikuti tatapan Jung Ah yang mengerjap beberapa kali, tampak terkaget. Yunho menyentuh pipi Jung Ah, mengelusnya.

“Kau terlihat sangat cantik tapi…” Perkataan Yunho terputus, ia merunduk dan mendekatkan bibir tepat ke telinga Jung Ah, melanjutkan kata katanya. “Aku tidak bisa membiarkan lelaki lain dapat melihat tengkuk lehermu.”

Nafas Jung Ah tertahan. Pipinya bersemu dan buru buru ia menunduk, mengubur rasa malunya jauh jauh. Aneh jika tersipu hanya karena ucapan seorang lelaki paling dibenci. Mengapa perasaan penuh kemarahan jadi berbanding terbalik? Hal ini tidak boleh dibiarkan.

Yunho tersenyum kecil, menggandeng wanita itu keluar rumah hanok dan berhenti disamping mobil porsche. Sebelum hendak membukakan pintu mobil untuk wanita itu, ia merogoh rogoh saku celananya sebentar lalu meraih tangan Jung Ah. Disematkan cincin perak bertahta batu berlian di jemari kurus Jung Ah. Yunho memandangi cincin yang melingkar disana sejak awal direncanakan untuk wanita itu telah mengeluarkan kemilau cahaya kebiruan.

Cincin satu satunya didunia sengaja dipesan dari pengrajin terbaik di brand perhiasan terkenal sedunia. Ia melakukan untuk wanita yang sudah menjadi bagian jiwanya meski tidak sepenuh dapat memiliki. Terus memikirkan bagaimana dan seperti apa jika cincin itu di jemari Jung Ah tapi malam ini sudah memberi jawaban. Dugaannya tidak pernah salah. Cincin perak itu sangat cantik di jari Jung Ah dan membuatnya lebih berkilau.

“Y..Yunho..” Tangan Jung Ah bergemetar dalam rengkuhan tangan Yunho. Ia jadi merasa sangat konyol jika mendapatkan benda ini dari lelaki itu. Pemberiannya terlalu mewah namun ia tidak dapat mengelak bahwa cincin itu cantik sekali. “K..kurasa kamu terlalu berlebihan hari ini. Aku tidak bisa terus terusan menerima semua pemberianmu

Terus saja menolak semuanya yang berasal dari hatiku…

Jeritan itu tertambat ditenggorokan Yunho. Ia mengenggam tangan wanita itu dan merasakan pergelokan batin yang kuat pada sesaat. Sesakit atau semarah apapun, Yunho sudah bertekad untuk tetap menutup telinga dan mata setiap sesuatu tidak sejalan dengan keinginannya.

“Keberatan atau tidak, cincin ini tetap untukmu.” gumamnya datar.

Jung Ah mengigit bibir bawahnya dan pernafasan terasa lebih memberat. Dielusnya cincin yang sudah tersemat dijemari dengan perasaan sedih. Ia sendiri bahkan tidak tahu alasannya kesedihan datang.

“Kau bisa melepaskan jika tidak menginginkannya tapi aku tidak bisa menerima kembali, jadi kau bisa membuangnya.”

Refleks kedua mata Jung Ah melebar. Perkataan seenaknya itu terdengar sangat gila. Membuang cincin secantik ini? Ditariknya lengan Yunho yang hendak berjalan masuk duluan kedalam mobil. Pria itu menoleh dan lagi tatapan dinginnya terpancar disana, namun terlihat berbeda. Siapapun bisa mengartikan pandangan lelaki ini merupakan petanda…

Kekecewaan.

Jung Ah menelan ludah, tanpa sadar ia telah spontan menahan lengan Yunho yang hendak masuk ke mobil. Ia sempat terdiam sebentar, berusaha mengeluarkan suaranya yang seolah tertahan ditenggorokan.

“T..terima kasih. Ini sangat cantik.”

Ia sekilas mengangkat kepalanya, berniat menatap wajah lelaki itu untuk melihat seperti apa reaksinya. Selanjutnya nafasnya jadi tercekat, terkejut.

Lelaki itu tersenyum sekarang. Senyumannya persis sama dengan kulihat di potret itu.

Tersungging bibir Yunho yang entah  sudah berapa lama semenjak tidak pernah tersenyum lagi. Ia mengangkat jemarinya, membelai kepala wanita itu lembut. Efek kalimat yang terucap oleh seseorang bernama Jung Ah sangat luar biasa. Ia bahkan seperti baru saja telah menangkap bintang dengan tangannya sendiri. Bahagia.

Semua berbeda pada Jung Ah. Ia menelan ludah dan memalingkan pandangannya, tidak ingin bertatapan langsung. Gugup. Tak terbiasa diperlakukan lembut dan manis seperti ini, terutama dari lelaki tidak berperasaan itu. Terlalu aneh pada hari ini. Sadar atau tidak secara perlahan, hati ini mulai akan direbut olehnya.

——————————–

Malam perkotaan modern, Seoul tampak mempesona. Yoochun harus mengakui saat berkendara mobil ditemani kerlap kerlip lampu neon atau setiap lampu gedung mewarnai kegelapan malam yang sibuk di kota metropolitan. Sendirian menyetir mobil di jalan menuju Gangnam yang cukup padat terutama malam Minggu.

Diliriknya jok disamping, tergeletak kartu undangan berdesain mewah akan dihadiri pada malam itu juga. Inilah alasannya terpaksa memakai pakaian formal sekaligus melawan keinginannya menghabiskan waktu bersantai di rumah pribadi. Demi mengatur hubungan bisnis antar perusahaan dan lagipula tidak buruk juga jika ia datang. Bisa saja ia berkesempatan memperkenalkan lebih luas perusahaan yang dipegangnya kepada para tamu undangan lainnya lalu merebut hati mereka dengan memenangkan proyek bisnis.

Ia tahu pesta itu bukan sebuah pesta biasa. Tentu saja penyelenggaranya adalah ayah dari orang itu. Seringaian kecil muncul diwajahnya, membayangkan wajah lelaki itu saja sudah sangat muak. Tidak pernah puas memakinya dan mengungkapkan betapa besar kebenciannya.

Kenapa kau selalu membuatku tersiksa setiap mengingat bajingan itu, Lizzy?

Yoochun mengeratkan setirnya. Amarah meluap begitu saja. Mengingat Lizzy yang tergila gila pada pria sombong. Love at first sight, kata gadis itu  membanggakan dimana saat ia terjatuh hati. Dia bercerita dengan senyuman innocent dan mata berbinar, persis anak kecil pertama kali jatuh cinta. Kadang gadis itu juga mengomel padanya yang selalu meledek tipe lelaki disukainya selalu buruk.

Seandainya dapat berbalik ke masa lalu, aku akan mencegah pertemuan pertamamu dengannya. Maafkan kakakmu yang bodoh ini hanya bisa menyesali sesuatu tidak dapat diperbaiki lagi…

Yoochun menarik nafas lalu memarkirkan mobil di parking area dalam bangunan rumah mewah. Disana sekumpulan mobil mobil high class yang mengkilap berderet. Pesta super mewah tentu saja juga dihadiri orang orang istimewa dari kalangan elit, entahlah mereka berasal dari para pengusaha, selebritis ataupun sosialita. Tidak pernah jauh jauh dari konsep glamour bahkan pertama kali ia memasuki venue bangunan itu. Yoochun bisa mengenali beberapa orang merupakan penjabat dan pemegang saham ekonomi penting yang sering muncul disurat kabar.

Setiap sudut ruangan ditempatkan sebagai meja yang dilapis taplak putih berbahan satin halus berhiaskan campuran beberapa jenis bunga yang membentang. Meja meja itu digunakan sebagai tempat meletakkan hidangan makanan atau minuman yang disediakan untuk para tamu. Yoochun melirik ke arah lain, menemukan dua – tiga orang yang sedaritadi tidak melepas kamera. Mungkin wartawan atau penulis artikel ekonomi.

Yoochun memperhatikan sekitarnya dengan diam. Sesekali menganggukkan kepalanya atau tersenyum membalas sapaan orang orang yang dikenalnya menyapanya, kemudian berlalu begitu saja tanpa mengajaknya mengobrol. Ia bisa saja bergabung dengan para tamu undangan lain dan membicarakan topik bahasan yang digandrungi, hanya saja mendadak ia kehilangan semangat.

“Yoochun-sshi?”

Yoochun terlonjak, menoleh cepat setelah mengenali suara yang begitu dekat. Sesosok pria berambut hitam dan berwajah akrab, tersenyum lebar. Jas kasual putih menutupi kaos hitam tubuh kekarnya yang tampak sulit menutupi kesan wajah khas pretty boy yang cukup disenangi kaum wanita.

“Jaejoong-ah…apa yang kau lakukan disini?”

“Begitukah reaksimu setelah tidak lama bertemu dengan teman?” Jaejoong mendengus sebal. “Tentu saja aku di undang juga kesini, menggantikan appa tidak bisa hadir. Huh…bisa bisanya dia berlibur sebulan di Hawai dan melimpahkan urusan perusahaan padaku. Jika tahu kejadian bakal seperti ini, aku merasa keputusan pulang ke Seoul adalah kesalahan.” tambahnya menyerocos panjang lebar.

Ujung bibir Yoochun terangkat, terkikih. Keluhan ini sudah lama tidak didengar. Masih tidak berubah ternyata. Sejak dulu Jaejoong tidak pernah mau berkutat lama lama dengan dunia bisnis dan lebih memilih kebebasan tanpa terkekang dibalik meja dan tumpukan dokumen. Itulah alasannya Jaejoong memutuskan memulai hidup di Jepang. Disana dia lebih sering pergi ke tempat indah dan menarik lalu mengabadikan lewat kamera tua kebanggaannya. Ia lebih menyukai kegiatan seperti itu.

Jaejoong menyipitkan mata, tampak sedang mencari cari seseorang disekitar Yoochun “Dimana bocah nakal itu?”

“Changmin? Dia tidak bersamaku. Kurasa sekarang dia sedang berjuang mengejar waitress di cafe sudut jalan Apgeujong.” jawab Yoochun mengendikkan bahu.

Waitress? Bocah nakal itu masih saja suka sok playboy.” Jaejoong mengulum senyum penuh ejekan.

“Kali ini dia benaran jatuh cinta. Serigala sudah berubah menjadi kelinci sekarang.”

Mwo? Benarkah?” Mata Jaejoong membelalak terkejut lalu berdecak lidah. “Aku penasaran seperti apa wanita yang berhasil meluluhkan hati bocah nakal.”

Yoochun mengangkat bahu singkat. Ia bisa membayangkan bagaimana sibuknya Changmin  menghabiskan malam Minggu demi mendapatkan hati waitress sampai menolak teleponnya. Anak itu jadi pintar sekarang setelah belajar dari pengalaman sebelumnya. Dia sengaja mematikan ponsel jika pergi bersama Yoori, wanita sedang dikejar kejarnya tanpa terganggu siapapun termasuk dirinya,  boss-nya sendiri. Maka Yoochun yakin 100 % Changmin tidak akan melesat datang ke pesta malam ini.

“Huh…ternyata bocah itu lebih memilih cinta daripada persahabatan.” Jaejoong membuka suaranya dan terlihat agak senewen.

“Sepertinya kau sangat merindukannya. Tak kusangka perasaanmu dengan Changmin sedalam itu.” goda Yoochun tertawa kecil.

“Yah…tawamu terdengar menyebalkan.” Jaejoong mendelik sebal.

Yoochun manggut manggut dan memutuskan tidak menggoda lelaki bermarga Kim itu lebih jauh. Mereka sudah bukan pria kuliahan yang biasa saling memukul ketika bercanda dengan cara kekanakan. Mereka yang sekarang sudah berubah menjadi pria dewasa berumur menjelang akhir 20-an.

“Soal Lizzy, bagaimana kabarnya? Aku juga tidak melihatnya hari ini. Bukankah dia hampir selalu dipastikan datang di pesta appa dari orang itu.”

Sunyi mulai menggantung. Yoochun terdiam dan perasaan tercabik itu menjerumuskan kembalinya. Raut wajah spontan berubah lebih serius dan ia mengatup bibir rapat rapat. Semburat dingin langsung menguasai sorot matanya.

“Lizzy…dia tidak akan pernah datang kesini lagi ataupun berada disekitar orang itu sekalipun.”

Yoochun berbicara agak ketus lalu memutar tubuhnya, berjalan pergi meninggalkan Jaejoong yang sedang menatap bingung dibelakangnya. Ia meregangkan rahangnya yang sudah mengeras. Ayunan langkahnya terhenti ketika sudut mata menangkap sesosok pria paruh baya tapi masih terkesan segar dan cukup sehat diumur tua, namun kerutan wajah yang tegas tidak dapat bersembunyi.

Bukan itu yang menarik perhatian tapi justru wanita tampak memiliki perbedaan umur jauh dengan pria disampingnya memiliki penampilan tampak anggun sedaritadi tidak lepas dari pria paruh baya itulah menjadi perhatian Yoochun. Tangan yang sudah dipenuhi gelang perhiasan itu selalu merangkul lengan pria itu dan kadang tersenyum mesra. Yoochun mengangkat sebelah sudut bibir, tertawa antara geli dan sedikit jijik. Itukah istri baru sering dibicarakan banyak orang. Wanita itu mudah memberi kesan negatif dipikiran orang lain. Kabar beredar ditelinga Yoochun, mereka mengatakan istri baru itu rela menikah dengan pria jauh lebih tua demi kehidupan lebih sempurna dan memuaskan keserakahannya.

Yoochun kedua kali tertawa tapi kali ini ditujukan untuk diri sendiri. Sungguh lucu sekaligus menggelikan. Melihat wanita itu, ia menyimpulkan satu hal. Siapapun akan bisa berubah drastis setelah melalui waktu panjang. Begitu juga wanita yang telah berhasil mengambil posisi istri muda.

——————————–

Jung Hyunsik dan Park Kahi adalah pemeran utama dalam penyelenggaraan pesta malam ini. Tidak ada kesibukan kecuali beramah tamah atau mengucapkan terima kasih atas kedatangan pada para tamu yang hadir. Pasangan inilah sebenarnya cukup gencar dibicarakan banyak orang. Pernikahan dengan perbedaan umur yang tak lazim sewajarnya menimbulkan kecurigaan atau santapan  menyenangkan bagi orang lain.

Park Kahi, wanita dalam balutan gaun panjang biru gelap yang mengeluarkan aura elegan. Senyuman angkuh dan sedikit pandangan tajam seakan adalah pedangnya untuk melawan orang orang yang memiliki dua wajah atau lebih tepatnya menggandakan topeng. Mereka bermulut manis, berusaha menarik simpati seorang istri baru salah satu penguasa bisnis Korea lalu membicarakan prasangka buruk dan mencabiknya dibelakang. Ia terlalu sering menemukan orang orang berakal bulus bagai hewan hyena.

Sejak pesta dimulai, Kahi terus berada disisi suaminya  layaknya seorang istri cantik dan tidak segan memamerkan kecerdasannya setiap membicarakan topik dibahas. Berkat wawasan luasnya, ia bisa mengangkat kepala tinggi dan suami juga akan bangga. Sudah bersusah payah mengorbankan banyak hal demi posisi ini. Serakah? Ia cuma ingin hidup jauh lebih baik dan membalas kehidupan melelahkan yang pernah dilewatinya dulu. Melempar jauh jauh bagaimana dirinya dulu dan hidup menjadi seseorang baru.

“Perubahan anda sepertinya sudah terlalu jauh dan melampaui luar batas, Nyonya muda Park Kahi.”

Kahi baru saja memisahkan diri dari sisi suaminya setelah berniat mengambil segelas campaghne langsung berbalik dan menemukan langsung sosok lelaki mungkin lebih muda beberapa tahun darinya tapi terlihat dewasa dan familiar.

“Apa yang baru saja kau bicarakan, tuan?” Kahi menunjukkan mimik tegas dan sedikit dingin tapi tetap tersenyum meski itu senyuman kaku, mengusahakan diri tetap ramah meski ia tidak menyukai orang itu sejak kesan pertama.

Yoochun mengamati teliti keseluruhan penampilan Kahi. Tentunya wanita dihadapannya akan semakin risih dan berpikir pria ini sungguh tidak sopan.

“Sepertinya tidak hanya penampilan berubah, ingatanmu pun sudah berbeda. Aku sangat kecewa.”

Dahi Kahi berkerut. Ekspresi angkuh itu digantikan mimik bingung. Ia sedikitpun tidak memahami maksud kalimat terucap dari mulut pria terdengar ketus dan menusuk.

“Kau bicara apa sedaritadi? Apa kau sedang meracau? Memang kau siapa berani bicara seperti sudah lama mengenalku?”

Sebelah ujung bibir Yoochun terangkat, terlihat sinis “Jika aku menyebut namaku sendiri, apa kamu masih mengingatnya? Ahh…aku meragukan jika kamu betul betul ingat.” ujarnya.

Kahi semakin geram tapi beruntung ia memiliki kemampuan mengendalikan emosi dengan cukup baik. Ia menyunggingkan senyum dan menunjukkan sikap yang tenang seakan tidak terpancing. Sepertinya ia perlu menghadapi lelaki yang mulai mencari masalah padanya. Yah…lelaki ini perlu dihadapi.

Mianhamnida, aku tadi mungkin sudah lancang dan berbicara tidak begitu sopan. Bagaimana aku mengambilkan segelas campaghne untukmu dan kita berbincang sebentar?” ujarnya seraya menawarkan cara penyelesaian antara mereka lebih damai.

“Hmm…bukan ide buruk.” Yoochun mengangguk tanpa berpikir lebih lama. Ia melihat Kahi memutar tubuhnya untuk mengambilkan dua gelas campaghne yang sudah disediakan.

“Pertama, kita perlu berkenalan lebih dahulu setelah sudah berbicara banyak barusan.” Kahi menyerahkan segelas untuk Yoochun lalu ia meneguk gelasnya sendiri dan tersenyum. “Kamu pasti sudah mengetahui siapa aku dan kurasa aku harus tahu namamu, tuan.”

Yoochun tersenyum percaya diri dan kedua matanya langsung mengkilat tajam “Park Yoochun. Mungkin jika kamu mau mengingat lebih jauh lagi, kau bisa menyimpulkan sendiri siapa aku.”

Spontan tubuh Kahi menegang dan gurat wajah mendadak memucat. Ia sontak mundur selangkah dan mengerjapkan kedua mata tidak percaya melihat seorang lelaki pernah menjadi bagian dari masa lalu yang ingin dibuangnya. Yoochun masih tersenyum dan dimata Kahi, senyuman itu seolah sedang meremehkannya.

PRRAANNGG…

Tangan Kahi melemas sehingga tanpa sengaja menjatuhkan gelas sampai pecah.

Berkat keributan kecil, para tamu undangan langsung teralih perhatian kearahnya. Kahi tersadar dari keterkejutan yang sempat memblokir pikirannya itu segera memungut pecahan kaca gelas dengan terburu buru. Akibat kecerobohan, ia meringgis kecil ketika pecahan kecil mengiris jemarinya. Yoochun membungkuh dan menarik tangan Kahi, membalutnya dengan saputangan seraya menekan jarinya kuat agar darah tidak menetes lebih banyak.

“Apakah kamu terlalu terobsesi mengubah dirimu demi kehidupan seperti ini sampai membuang jauh jauh sesuatu yang berhubungan dengan masa lalumu?” bisik Yoochun pelan tapi penuh sindiran.

Kahi terdiam membeku beberapa detik kemudian. Tiba tiba wanita itu menghentakkan tangan Yoochun dengan kasar dan beranjak berdiri. Tanpa meninggalkan ucapan apapun, Kahi berjalan gusar  menjauhinya layak orang sedang menyembunyikan rapat rapat ketakutannya. Yoochun melihat hal itu, ia berdiri dan seringaiannya lenyap, digantikan ekspresi serius.

Kembali dalam kesendirian setelah Kahi pergi, ia menyesap sedikit rasa minuman campagne. Terdiam seakan pikiran dari dunia lain telah merasukinya. Hati seorang Park Yoochun sempat dihuni oleh dua wanita dalam kurun waktu yang berbeda. Keduanya memiliki kesamaan kecuali bermarga yang sama, Park. Mereka juga sama sama….

Meninggalkannya sendirian.

—————————-

Riuh tepuk tangan membahana diruang balai pesta setelah tuan rumah, Jung Hyunsik menyampaikan pidato yang menyatakan betapa bahagianya malam ini dan merasa beruntung. Dia bahkan juga mengucapkan terima kasih pada tamu tamunya yang hadir di pesta ulang tahun pernikahan yang baru berjalan tepat setahun dengan istri mudanya.

Ditengah pesta, Yoochun memandang lurus ke atas podium dimana Jung Hyunsik berdiri bersama istri barunya. Berbeda dengan orang lain yang memasang wajah seolah ikut berbahagia dengan pasangan itu, Yoochun malah mengeluarkan ekspresi dingin dan kaku. Sempat beradu pandang dengan Kahi, namun dengan cepat sang nyonya muda mengalihkan pandangan. Yoochun tersenyum miring, menangkap reaksi wanita yang berusaha menghindar darinya.

“Pesta semeriah ini rasanya jadi agak aneh.”

Yoochun mengangkat sebelah alis, melirik Jaejoong  tiba tiba sudah berdiri tepat disampingnya. Lelaki berwajah cantik  tengah memandang lurus podium sambil meneguk segelas campaghne. Dia melirik sekilas dan tersenyum simpul.

“Selain Lizzy, ada seseorang yang seharusnya ada tapi justru malah tidak terlihat sama sekali sejak acara dimulai.”

Yoochun memalingkan kepala, berpura pura tidak peduli ketika Jaejoong menyebutkan Lizzy, wanita yang selama ini masih hidup dalam hatinya dalam ucapan. Ia tidak pernah berniat memberitahu kemana Lizzy sebenarnya berada. Mengingatnya saja pun pedih. Ada orang lain tidak muncul selain Lizzy? Tiba tiba Yoochun ingin tahu soal ini.

“Kau tahu siapa yang kumaksud?” Jaejoong bertanya seolah menantikan reaksi Yoochun, ia kemudian melanjutkan lagi ucapannya. “Putra tunggal Jung Hyunsik.”

Mendadak gurat wajah Yoochun kaku. Ia spontan berubah setiap mendengar nama seorang paling dibencinya dan sudah membuatnya harus menyimpan luka dalam jangka waktu panjang.

“Aku tidak peduli tentang dia. Jadi, hentikan membicarakan dia!”

Jaejoong setengah tertawa dan menepuk pundak tegang Yoochun “Hei, jangan kaku seperti itu! Aku tahu kau membencinya tapi sudah wajar jika aku heran dengan ketidakhadirannya dipesta keluarganya sendiri.” ujarnya tenang dan santai. “Well…mungkin berita hubungan buruk antara ayah dan anak itu benar.”

Yoochun tidak begitu mendengarkan apa yang dikatakan Jaejoong dan malah mengerinyitkan kening setelah melihat ekspresi wajah Kahi dengan suaminya diatas podium berubah cepat, mereka terlihat terkejut dan menahan nafas. Lelaki itu segera menoleh kebelakang, melihat ke arah lurus apa yang membuat dua peran utama pesta terkejut. Matanya berubah mengkilat tajam.

“Sepertinya orang yang kau cari cari sudah muncul.” gumamnya pada Jaejoong lalu tersenyum smirk, seolah menemukan sesuatu. “Dan dia tidak sendirian…”

——————————-

Jung Ah menahan nafas ketika harus menyamakan langkah dengan Yunho. Lelaki itu menggandengnya kuat. Ia bahkan dapat merasakan ketegangan ketika semua tatapan para tamu itu tertuju pada pewaris muda salah satu perusahaan terbesar yang datang bersama wanita yang belum pernah mereka lihat dan tentunya sangat asing bagi mereka.

Beberapa dari mereka cukup heran karena tidak biasanya Yunho membawa pasangan dipesta keluarga. Meski disekeliling Yunho banyak wanita tapi tidak satupun dia menunjukkannya didepan keluarga. Hal tidak biasa itulah mengundang para tamu bertanya tanya siapa wanita disamping pewaris muda. Mungkin bagi mereka, wanita itu akan lebih menarik dibicarakan untuk menggantikan obrolan hampir basi tentang pernikahan Jung Hyunsik dan Park Kahi.

Jung Ah yang tidak terbiasa menjadi pusat perhatian itu menjadi sedikit kikuk. Ia bahkan nyaris hampir terjatuh saking tegang. Yunho sigap melingkarkan lengannya dipinggang Jung Ah, menahan tubuh wanita itu. Jung Ah menegakkan tubuhnya lagi, menghembuskan nafas pelan dan kembali berjalan bersama Yunho.

Langkah Yunho terhenti, begitu juga Jung Ah tepat dari beberapa meter dari podium. Kedua mata dingin Yunho memandangi lurus lelaki diatas podium. Sementara Jung Hyunsik terdiam diatas sana dan menampakkan ekspreksi wajah yang sulit diartikan.

“Selamat ulang tahun pernikahan, aboji.” ucap Yunho tersenyum sinis kemudian melirik ke wanita disamping ayahnya. “Bagaimana rasanya menjadi wanita terhormat dikeluarga Jung? Ah..tentu saja anda pasti sangat bahagia dan menikmati sebab aboji pasti sangat memanjakanmu bukan?”

Wajah Kahi memucat dan ia tidak bereaksi mendengar kalimat penuh sindiran. Sekujur tubuhnya kaku. Yunho telah menyerangnya dan ia tidak dapat membalas sedikitpun. Lelaki berstatus anak tiri tersenyum seolah sedang merendahkannya.

“Yunho, aku sudah menunggumu.” Jung Hyunsik membuka mulutnya seraya menutupi titik ketegangan yang terjadi diantara mereka di depan banyak orang. “Aku ingin bicara denganmu. Datang keruanganku!”

“Baiklah, aboji.” sahut Yunho dingin tapi terdengar tidak begitu senang dengan perintah ayahnya.

“Cukup sampai disini sambutan dari saya. Aku ingin menghabiskan waktu dengan putra kesayanganku yang sudah datang. Jadi silahkan kalian menikmati waktu dipesta ini! Terima kasih.”

Hyunsik mengakhiri sambutan pesta dan tersenyum ramah seakan sedang menunjukkan bahwa ia tidak pernah bermasalah dengan putranya didepan orang banyak seperti desas desus yang beredar. Hyunsik turun dari podium, digandeng Kahi dan menghampiri Yunho. Ia kemudian mengalihkan pandangannya ke sosok Jung Ah.

“Bawa gadis itu juga ke ruanganku!” perintah Hyunsik penuh penekanan.

Dari keadaan inilah, Jung Ah dapat menemukan jawaban darimanakah berasal sifat Yunho yang kaku dan arogan. Ia melihat banyak sisi kemiripan antara Yunho dengan Hyunsik meski keduanya terlihat sulit akrab.

“Dia datang kesini bukan untuk kau intergorasi atau membuat dia terlibat kedalam masalah. Jadi dia tidak perlu ikut.” sergah Yunho melontarkan tidak persetujuan.

Hyunsik tidak peduli dan tetap mempertahankan perintah keras kepalanya. Dia melirik istrinya dan berbicara dengan volume suara sangat rendah seolah hanya bisa didengar mereka.

“Kau temani saja tamu tamu kita!”

Kahi mengangguk dan tidak berbicara banyak setelah mendengarkan titah suaminya. Tanpa mereka sadari, Yunho menatap geli sambil terkekeh sinis.

“Lucu sekali dia menyeret wanita lain yang tidak dia kenal ke dalam masalah, sementara istri sendiri tidak boleh ikut campur.” gumam Yunho dalam batin.

Hyunsik memisahkan diri dari pesta, menyelinap keluar dan menuju keruangan. Yunho mengikuti dibelakang ayahnya dan tangan tidak lepas dari Jung Ah seolah takut wanita itu menghilang secara mendadak ditempat yang menyimpan banyak kebenciannya. Sebelum keluar dari pesta, Yunho melewati Kahi dengan angkuh dan tanpa sapaan apapun.

Jung Ah mau tidak mau terseret langkah bersama Yunho. Tepat Yunho mengabaikan keberadaan Kahi, Jung Ah menoleh sekilas tepat kearah wanita tersebut dan Kahi juga membalas tatapannya. Ia menjadi sedikit aneh dengan pancaran dari sorot mata Kahi. Wanita itu seakan punya banyak rahasia, begitu misterius tapi Jung Ah tidak mau pusing memikirkan lebih jauh lagi tentang orang asing.

———————–

“Apa yang kau inginkan, aboji?”

Nada ketus keluar dari mulut lelaki dingin. Hyunsik memandang keluar jendela, berdiri membelakangi putranya bersama gadis belum pernah dikenalnya. Ketenangan pria berumur paruh baya malah membuat suasana ruang tersebut semakin tegang dan tidak menyenangkan. Jung Ah mengeratkan genggamannya pada tas tangan emas yang dibawanya, tidak dapat bernafas baik akibat efek ditimbulkan kedua lelaki itu.

“Kenapa kau tidak memperkenalkan dirimu?” tanya Hyunsik kepada Jung Ah.

Aboji tidak perlu tahu siapa dia.” Yunho berkelit cepat sehingga Jung Ah merapatkan kembali bibir ketika berniat menyebutkan salam dan namanya sendiri.

Hyunsik berbalik sepenuhnya dan duduk di kursi yang biasa digunakan saat bekerja. Ditatapnya penampilan Jung Ah seolah ingin mengamati jauh tentang wanita dibawa putra satu satunya.

“Bagaimana kau membawa wanita kesini sementara kau tidak berniat memperkenalkan pada aboji-mu?”

Yunho mendengus “Aku membawanya untuk menyadarkan aboji  bahwa aku  bisa memilih wanita jauh lebih baik dibandingkan nyonya berhati palsu.” ujarnya langsung disambut tatapan marah dari ayahnya.

“Jaga bicaramu! Dia eomma-mu!” geramnya dengan suara decakan lidah.

“Dia cuma menggantikan posisi istrimu, bukan posisi eomma bagiku.” sahut Yunho tanpa takut dan raut wajah menunjukkan ia sangat muak.

“Dasar kurang ajar! Apa eomma-mu tidak pernah mengajarimu sopan santun?” Hyunsik mulai naik darah. Tidak peduli ada wanita tak dikenal sedang berada disitu, menonton pertengkaran mereka.

Lidah Yunho berdecakan “Pada akhirnya kau selalu menyalahkan eomma-ku. Apakah kau merasa dirimu telah mendidikku? Membesarkanku dengan benar?” ujarnya meninggikan suaranya dan ia membenci orang orang yang berbicara buruk tentang ibunya. “Seharusnya aboji malu berbicara seperti itu. Aku menjadi seperti ini karena kau. Yeah…karena keegoisanmu, eomma memilih kematian dengan menelan pil tidur. Kau telah membunuhnya secara tidak langsung.”

Mulut Hyunsik berhasil dibungkam oleh Yunho. Putranya telah membalasnya dengan tajam dan tidak peduli apapun. Yunho hanya memikirkan bagaimana caranya melindungi nama eomma-nya meski kasar sekalipun. Kebencian sudah mendalam membuatnya spontan berbicara yang menyakitkan.

Aboji..jika masih ingin mengundangku kepesta seperti ini lagi, aku tidak akan datang dan jangan menyuruhku membawa pasangan. Aku sudah lelah  bersandiwara seperti anak yang ikut senang dengan kebahagiaan ayahnya sendiri bersama wanita lain. Itu sangat memuakkan.” Yunho mulai mengatur intonasi bicara yang lebih tenang tapi masih tetap dingin. “Kurasa sebaiknya aku harus segera pergi dari sini sebelum aku berniat mengacaukan lebih jauh di perasaanmu dan juga pesta ini sekalian.”

Hyunsik masih tidak berbicara dan wajah datarnya masih mengeluarkan tatapan marah. Ia tidak mencegah Yunho yang beranjak keluar dari ruangan sambil menarik pergelangan tangan wanita yang pertama kali dibawa putranya kehadapannya. Jantung orang tua itu berdenyut cepat merespon gejolak emosi dan sakit hati sekaligus dalam waktu bersamaan. Kebencian putra berasal dari darahnya sendiri ternyata suskes mencabiknya.

BLAAMMM!!!

Setelah menutup pintu ruangan ayahnya dengan cukup keras, Yunho berjalan dengan nafas sangat berat. Ia hampir melupakan Jung Ah sudah terlepas dari genggamannya. Kemarahan telah bergumul dalam diri sampai tidak bisa menguasai diri lagi. Perasaan yang bercampur aduk.

Jung Ah mengigit bibir setelah ditarik keluar oleh Yunho. Ia berjalan mengikuti Yunho setelah belum sempat berpamitan dengan Hyunsik, ayah dari lelaki itu. Ditatapnya punggung yang tegap tapi tersimpan berbagai perasaan antara sedih, kecewa dan amarah. Pertama kali melihat sisi lain Yunho dan juga pertama kalinya ia menyadari memiliki persamaan dengan lelaki yang selama ini dianggapnya tidak punya hati.

Kau dan aku punya luka yang sama, dikhianati ayah sendiri dan bermasalah tentang keluarga…

Tetap saja masalah Jung Ah dan Yunho jauh berbeda tapi setidaknya ia bisa tahu bagaimana rasanya kemarahan itu setelah menerima pengkhianatan  seseorang dari keluarga. Sesaat bayangan wajah datar eomma sedang mendekam di rumah sakit jiwa kembali terbayang diotak Jung Ah. Lagi lagi paru paru sesak setelah mengingat waktu dimana ia mengetahui ayahnya meninggal kecelakaan mobil bersama wanita selingkuhan.

“Hei…bisakah kau menemaniku malam ini?”

Jung Ah mendongkahkan kepala. Ayunan langkah Yunho terhenti tapi masih berdiri membelakanginya. Ia bisa mendengar suara dingin tapi serak. Berikutnya kepala Yunho bergerak, menoleh kearahnya dengan tatapan mata yang samar.

“Aku membutuhkanmu..”

—————————–

Selalu sama dengan malam sebelumnya, club ini tidak pernah sepi dan tetap berisik. Tak ada yang berbeda dari tempat yang dicap laknat oleh Jung Ah. Namun wanita itu kembali menginjak tempat itu. Semua menggila pada malam itu, bersenang senang dan menikmati surga duniawi. Sampai kapanpun ia tidak akan pernah menyukai tempat ini.

Jung Ah paling muak jika harus melewati pintu masuk disambut tatapan melecehkan, siulan nyaring atau pujian dari para lelaki hidung belang seolah siap menerkamnya kapan saja, tapi malam ini berbeda. Mereka bahkan tidak berani mencuri pandang kearahnya. Mungkin karena ia tidak sendirian, melainkan sedang bersama Yunho. Ia tidak heran Yunho memiliki pengaruh yang kuat dan disegani banyak orang. Disisi ini Jung Ah merasa sedikit beruntung.

“Yunho…kau datang. Ayo kita bersenang senang.”

Rayuan genit beberapa wanita yang awalnya sibuk dengan aktifitas club malam langsung menyerbu Yunho setelah menyadari lelaki pujaan mereka telah muncul setelah beberapa hari absen. Semenjak beberapa hari lalu, Yunho datang ke club hanya untuk melamun dan menghabis waktu minum sampai mabuk sehingga tidak dapat diganggu siapapun. Malam ini para wanita menjadi lebih bersemangat dan juga berharap bisa melewatkan malam menyenangkan bersama lelaki pujaannya.

Jung Ah bergidik dengan keagresifan yang dilancarkan wanita itu. Para wanita juga sepertinya tidak sadar dengan keberadaannya dan terlalu sibuk mengeluarkan kata kata manis untuk menggoda makhluk dingin.

“Kalian menyingkirlah!” sahut Yunho malas meladeni beberapa wanita sedari tadi menghadang jalannya.

Sekali penolakan keluar, para wanita itu mengerang dan mengeluarkan wajah mengkerut. Tidak bisa berbuat apa apa kecuali pergi tanpa menambah mood seorang Jung Yunho semakin buruk.

“Sekarang kau jadi terlalu dingin. Ada apa dengan kau sebenarnya?” tanya seorang wanita ketika sekumpulan wanita penggoda itu bubar.

Jung Ah melonggokkan kepala dari balik pundak Yunho. Wanita dihadapan Yunho sangat cantik tapi terlihat palsu berkat make up tebal. Ia bahkan menelan air liurnya tanpa sadar ketika melihat pakaian dikenakan wanita tersebut. Mini dress potongan dada sangat rendah yang berbahan tipis dan ketat sampai seluruh lekuk tubuh tercetak jelas. Namun wanita itu malah tampak sangat percaya diri dengan pakaian seperti itu.

“Perlukah alasan?” Yunho bertanya dengan nada skeptis membuat wanita seksi itu kesal.

“Tentu saja.”

Salah satu sudut bibir Yunho terangkat dan ia memajukan kepalanya mendekati wajah wanita dihadapannya, menatap dengan pandangan mencemoh “Sebab kalian semua sama saja. Kalian peganggu dan tidak lebih dari sekedar parasit, termasuk kau sendiri, Choi Gina!”

Wajah Gina berubah memerah dan mulutnya mengangga, shock. Ia tidak menyangka jawaban Yunho akan sekejam itu. Ia tampak seperti orang bodoh ketika lelaki pujaannya telah mencampakkan dengan dingin. Setelah mengerjapkan matanya cepat, Gina membalikkan tubuhnya cepat dan berniat mengejar sosok Yunho baru saja berlalu meninggalkannya. Namun ia malah masih tidak bergerak pada posisinya sedikitpun dan mendengus keras. Ada hal yang membuatnya semakin marah.

“Kau menganggap semua parasit. Apa wanita itu pengecualian?”

Ekspresi kebencian terpampang jelas diparas wajah Gina. Ketajaman lewat pupil mata itu terus mengejar sosok wanita yang tak pernah dilihatnya sedang ditarik oleh Yunho, pria dambaannya. Ia tidak akan pernah senang jika ada wanita lain yang diperlakukan lebih istimewa. Gina tidak akan pernah menerima kenyataan jika seandainya Yunho cuma serius dengan satu wanita saja, apalagi mencintainya.

—————————–

Cercahan lampu temaram diruangan dan dua buah botol martini di atas meja. Gelas kaca kosong tak disentuh pula. Samar samar bunyi musik club telah tenggelam didalam private lounge. Dua orang duduk berdampingan diatas sofa beludru. Tidak ada sepatah keluar dari mereka terkecuali nafas yang menguap ke udara.

Lelaki berambut acak acakan mencoba mengatur nafas terengah engah. Pakaian yang rapi sudah tidak beraturan. Dua kancing atas kemeja dilepas dan jas sudah ditaruh sembarangan. Tenggorokan selalu merasa kering meski berkali kali minuman sudah melewatinya. Bersandar di sofa, melamun dengan mata sendu dan seluruh tubuh sudah dipenuhi alkohol.

Ia meneguk martini langsung dari botolnya dengan rakus, membiarkan bulir bulir air mengalir dileher bahkan membasahkan kemeja. Disekanya bibir yang basah dan menghela nafas berat. Jenuh dengan hidup yang dipenuhi kebencian. Tidak satupun menginginkannya dan semua berbalik menuntutnya. Apakah seluruh pintu sudah tertutup dan dunia telah memusuhinya?  Tak ada berkesempatan memahami cinta dan kasih sayang, yang dimiliki cuma perasaan kelam dan kosong.

Yunho menolehkan kepalanya, menemukan langsung sosok Jung Ah duduk disebelahnya. Ini mungkin terdengar aneh, tapi wanita itu, melihatnya saja bisa membuatnya tenang. Kedua mata beningnya itu tidak lepas menatap wajah lelaki yang datar tanpa ekspresi.

Cinta? Jika sekali melihat wanita itu, rasanya ia mulai mengerti.

Yunho cukup menyukai sorot mata seperti itu. Diam dan tidak bergerak beberapa detik. Tidak mengalihkan diri dari wajah Jung Ah, membuatnya semakin yakin bahwa ia telah memuja wanita itu. Ia tidak membutuhkan alasan ingin menutupi wujud cantiknya dari pandangan lelaki lain. Kecemburuan selalu  datang secara alami, menguasai naluri dengan mudahnya.

“A…apa kau baik baik saja?” Suara gemetar Jung Ah menyahut seketika begitu Yunho menatapnya cukup lama.

Hangat. Perkataan Jung Ah seolah bertiup tepat di titik kejenuhan dalam diri lalu meremuknya. Ia cukup senang mendengarnya. Mungkin terdengar berlebihan tapi itulah yang terjadi. Setidaknya untuk malam ini, Yunho bersyukur wanita ini tidak menolak permintaannya.

“Kemarilah!” Yunho tersenyum kecil dan wajah kaku telah menghilang, digantikan raut lelah dan sayu.

Setelah jeda sejenak, Jung Ah memandangi wajah Yunho ragu. Ia kemudian menggeserkan posisi duduknya lebih dekat dengan canggung. Sedikit gusar tetapi sudut hati lain dengan lancang mempercayai lelaki itu. Ia tahu memberi kepercayaan pada seseorang seperti Yunho sangat berat, namun hari ini rasanya ia baru saja memberikan jantung padanya.

Tangan Yunho perlahan terulur menuju kepala Jung Ah, ditariknya mendekat. Tubuh wanita yang bergemetaran tepat lelaki itu sengaja merebahkan kepalanya didada yang bidang, terdengar irama lembut degupan jantung.

Seharusnya bukan sentuhan yang spesial tapi rasa panas telah menjalar cepat ditubuhnya. Disinilah pertama kalinya gejolak batin tidak menolak lengan kokoh lelaki itu mendekap pundak kecilnya. Hela nafas Yunho menerpa teratur dipipinya, membuat hati Jung Ah semakin berdetak tidak normal.

“Hari ini rasanya seluruh dunia sedang kacau. Aku tidak bisa melakukan apapun kecuali…”

Kepala Jung Ah sedikit terangkat. Suara Yunho yang kedengaran sangat berat dan parau itu menjadi gantung diujung kalimat. Lelaki itu terdiam sejenak, menunggu kepastian kata kata dari mulut yang akan segera meluncur bebas dari benaknya.

“Menahanmu disini.”

Yunho tahu ia benar. Ia berbicara seperti itu hanya membuat wanita itu membungkam mulutnya, membisu. Kejujuran, ia selalu menyatakan beribu kali. Kadang pula ia berbohong demi menutup lukanya dan mempertahankan harga diri yang tinggi. Namun hari ini ia melepaskan semua beban dan sudah tidak peduli lagi jika harus terlihat rapuh dan beresiko didepan wanita itu sekalipun. Tidak punya tenaga lagi untuk melindungi harga diri. Lelah.

Kelopak mata Jung Ah mengerjap perlahan. Dekapan  semakin erat, punggungnya semakin menempel didada lelaki itu. Situasi inipun ia tidak dapat berpikiran jernih dan tidak tahu harus melakukan apapun. Ia tiba tiba merasa seperti orang bodoh dan idiot.

“Kau tak perlu melakukan apapun.” lirih Yunho seolah mampu membaca isi pikiran wanita itu kesekian kalinya. “Aku cuma ingin kau hidup dengan baik dan berada ditempat yang bisa dilihat olehku. Tidak apa apa jika pada akhirnya hatimu tidak dapat dijangkau untukku.”

Jung Ah mengigit bibir,menahan air yang akan meleleh dari ujung mata. Terharu? Yang benar saja jika dirinya sendiri tersentuh. Konyol. Ia benci perasaan yang tak karuan dan membuatnya jadi semakin goyah.

Kukira kau cuma lelaki terkejam dan cuma tahu cara menyakiti orang lain…

Lalu kemanakah pemikiranku pergi?

-T.B.C-

MAAAFFFFFF bgt buat para reader yg bosan nagih saya buat mempublish lanjutannya. Akhir akhir ini saya sering mengalami writer block sehingga sekumpulan fanfic juga terhambat. Cerita ini sudah berbulan bulan dalam file hp biar saya bisa ketik sesuka hati dan ternyata berakhir dengan lelet juga. Mungkin cerita keluaran kali ini membosankan dan terlalu rumit alurnya, saya juga belum memunculkan konflik sebenarnya karena terlalu panjang. Saya benar benar minta maaf untuk kalian.

Untuk itu, aku sedang berusaha menerima ganjaran karena ketelatan saya. Kalian mau menghukum saya dengan before story atau bagaimana? Kalau soal before story, mau milih kisah perkenalan awal Yunho dan Jung Ah atau kisah masa lalu Yoochun  tentang Lizzy, Kahi dan alasan dia benci Yunho. Silahkan pilih salah satu ya dan sampaikan pilihan kalian bersama komentarnya. Thanks

:D

PS: Leave Your Comment! For silent reader, and plagiator I cursed you

 


[Locker's Recommended] KPOP Music Video’s Locker

$
0
0

Sambil menunggu postingan ff yg bakal muncul, saya iseng iseng ingin mengisi keramaian blog ini. Kebetulan tadi saya sedang menonton beberapa MV dan muncul ide buat postingan sekadar iseng iseng  begini. Check This Out

FEMALE’s SOLO:

Gain Brown Eyed Girls – For You Not To Know

Suasana kisah cinta yang glommy dan lagunya juga enak banget. Ada scene +19  tapi yang kusukai justru ekspresi para pemain yang memberi feeling semakin kuat

IU – The Story Only I didn’t Know

Ceritanya sedikit membingungkan dipadu suara dan denting piano yang sadness. Akting nangis Park Bo Young  membuat siapapun tercengang.

IU – You & I

Kuberi score 100 untuk keseluruhan penampilan MV genre fantasy-romance. Kehadiran Lee Hyunwoo membuat semakin menarik.

Baek Jiyoung feat Yiruma – Hate

Settingan latarnya menakjubkan, seorang wanita sendirian menjelajah taman bermain yang sudah usang. Permainan piano dari pianis Yiruma menjadi nilai tambah untuk lagunya.

***

MALE’s SOLO

Seungri Big Bang – VVIP

Kehidupan bermewah mewah dan menghamburkan uang ala Seungri. Maknae big bang juga akan mengajak kalian ke Wonderland. Maukah kalian menjadi Alice?

***

FEMALE”s GROUP

Davichi – Time, Please Stop!

Remake dari dongeng ‘Snow White‘ yang diperankan Eunjung T-Ara. Bagian Ending  juga tak terduga.

IU feat Fiestar – Sea of Moonlight

Seru seruan bersama para gadis dari LOENent. Bertemakan friendship.

2NE1 – Go Away

Kelima cewek super keren mengajak kita lupakan cowok brengsek. GO AWAY!!

After School RED – In The Night Sky

Aku suka banget suasana langitnya dan pesta dipadang pasir dipadu fashion country-indian style.

***

MALE’s GROUP

Infinite – Paradise

Adegan gloomy dikereta api dengan ekspresi wajah masing masing yang datar ini suskes mengingatkan aku pada film fantasy-mystery. Arti lagunya pun juga cukup miris. Diantara semuanya, MV ini selalu menjadi sumber inspirasiku.

Infinite – She’s Back [Japan Ver]

Ceriakan suasana dengan lagu easy listening dan aktifitas bermain Infinite bikin siapapun ingin ikut bergabung.

Epik High – Don’t Hate Me

Make up serba horror dan keusilan yang konyol menjadi daya titik serunya MV ini.

Epik High – Run

Mungkin awalnya kamu bingung tapi saat menonton sampai akhir, kau akan mengerti pesan moral apa yang disampaikan. Disini juga L Infinite pertama kali muncul sebelum grupnya debut (P.S: Disini dia sangat mirip dengan Kim Bum)

B.A.P – Oneshoot

Berasa nonton film pendek genre Action dan juga terselip tema friendship. Tetaplah menonton sampai habis dan kau akan terkejut.

SHINee – 1000 Years Always By Your Side

Identik tentang kekeluargaan sangat menonjol disini. Suskes bikin keluar air mata, terharu setiap memutar MV ini. Alurnya juga membekas banget selain tampang keren member SHINee :p

Big Bang – Haru Haru

Seru menonton adegan berantemnya GD dan TOP, yg lain juga oke aktingnya. Cinta segitiga dan persahabatan menjadi konflik utama.

EXO K – MAMA

Banyak orang merinding dengan MV ini tapi aku malah menyukainya bahkan menyetel berulang kali.

***

MIXED GROUP

8eight – Goodbye My Love

Perasaan yang belum sempat tersampaikan tapi sudah harus pergi. Kim So Eun disini cantik dan Jinwoon 2AM terlihat berbeda dari biasanya.

Song Ji Eun Secret feat Bang Young Guk B.A.P  - Going Crazy

Lagu yang mengandung arti cukup menakutkan tentang penguntit dan obsesi. Endingnya sama ngeri juga.

Sunny Hill – Midnight Circus

Pencinta genre fantasy turut mampir kesini.

Sunny Hill – Pray

Kisah yang tidak biasa dengan lagu yang enak banget.

CoEd School - bbiribbom bberibbom

Bukan hanya judulnya yang aneh tapi kalian juga akan diajak menjadi orang gila disini.

***

Udah segitu aja dulu, sebenarnya masih banyak tapi saya pegel. Silahkan kalau mau ikut sharing disini dan aku juga ingin mengetahui apa MV yg kalian rekomendasikan.


[Locker Recommended] Watch a Movie!

$
0
0

Biasanya setiap malam kegiatanku menonton TV sebab itu salah satu hobiku, lumayan buat refreshing atau lagi boring. Ada beberapa film yang baru aja aku tonton dan sepertinya menarik kalau dimasukkin kesini. Rata rata aku nonton lewat TV kabel dan ada juga dari DVD. Check Out!

Title: School 2013  (K-Drama Series) | Episode: 16| Genre: School Life, Friendship, Teenager.

Cast:

Jang Nara|Choi Daniel|Lee Jongsuk|Kim Woobin|Park Seyoung| Ryu Hyoyoung.

Drama kehidupan sekolah menyorot beberapa sisi yang identik dengan kehidupan remaja. Persahabatan, bullying  dan persaingan belajar menjadi konflik utama. Kisahnya juga membawa banyak emosi dan akting para pemain cukup diancung jempol. Diantara semua, aku paling iri dengan persahabatan dua mantan berandalan, Goo Namsoon (Lee Jongsuk) dan Park Heungsoo (Kim Woobin). Persahabatan mereka suskes bikin aku menangis dan tertawa. Aku paling merekomendasikan drama ini dan sama sekali tidak menyesal rela bergadang bahkan mengubah mataku seperti panda demi penasaran dengan setiap kelanjutan episode.

I Love Bromance couple :D . Aku kasih preview ttg mereka deh.

****

Title: Samurai Angel Wars| Genre: History, Friendship, Action, Drama, Fantasy.

Cast:

 Kasumi Arimura | Seika Taketomi | Moe Arai

Apa jadinya kalau 5 remaja sekolah tiba tiba terlempar ke zaman pemerintahan Nobugawa atau zaman Edo karena suatu hisapan gelombang. Mereka harus berjuang menghadapi kehidupan yang kuno bahkan ada beberapa konflik antara mereka termasuk persahabatan dan pertempuran zaman Edo. Belum lagi Asami Ota (Kasumi Arimura) sepertinya memiliki perasaan pada lelaki zaman Edo yang ingin menjadi samurai. Ceritanya juga cukup kocak dan seru.

***

Title: Upside Down | Genre: Sci-Fi, Romance, Fantasy.

Cast:

Jim Sturgess| Kristen Dunst

Aku menonton ini karena keduanya salah satu artis hollywood fav-ku. Pasangan ini berasal dari dunia yang memiliki gaya gravitasi bertolak belakang tapi dalam satu bumi. Unik banget settingan, latarnya dan aku suka efek setiap adegan. Perjuangan Adam buat memasuki dunia atas, ditempat Eden berada dan mengharukan. Ending-nya juga sweet.

***

Title: Our Town | Genre: Thriller, Mystery, Crime , Friendship.

Cast:

Ryu Deok Hwan | Oh Man Seok | Lee Seon Gyun

Jangan pernah berharap menemukan romance scene disini, kau salah alamat. Kasus pembunuhan berantai yang selalu menggantungkan korban wanita setelah dibunuh dengan cara cukup spefisik kembali terjadi setelah 10 tahun lalu. Seorang penulis suspense berniat membuka kebenaran dari kasus peniru tersebut bersama sahabatnya sejak remaja yang merupakan polisi. Namun kenyataan telah terkuak satu per satu mengusik penulis tersebut dan munculnya lelaki muda kalem yang menjadi titik tegangnya. Ternyata tiga orang tersebut saling terhubung sewaktu 10 tahun lalu. Aku sangat merinding dan shock setelah menonton ini, masih terbayang bayang adegan berdarah dan senjata lawan senjata.

***

Title: Pretty Little Liars (Drama Series) | Episode: Season 1 – Season 5 (On Going)  | Genre: Drama, Mystery, Teenager, Friendship.

Cast:

Lucy Hale | Ashley Benson | Troian Bellisario | Shay Mitchell.

Kehidupan 4 wanita yang berbeda karakter dan berada dilingkungan remaja Amerika pada umumnya. Setelah kematian Alison, sahabatnya malah membuat kehidupan mereka jadi mencekam dan dipenuhi teror dari orang berinsial ‘A’ yang mengancam akan membocorkan segala rahasia mereka. Aria (Lucy Halle) gadis modis yang diam diam memiliki hubungan rahasia dengan Ezra, dosen tampan. Spencer ( Troian Bellisario) sigadis paling cerdas yang selalu jatuh cinta dengan kekasih kakaknya sendiri. Hanna (Ashley Benson) paling populer setelah kematian Alisson, dia bersifat klepto dan memiliki masalah dengan detektif yang tengah menjalin hubungan dengan ibunya. Emily (Shay Mitchell), sipemberani yang ternyata merupakan lesbian bersama tetangga barunya, Maya. Pokoknya drama ini seru banget meski panjang banget ditambah lagi berjibun pemain yang bertampang keren dan berpenampilan fashion yang stylish.

***

Baru segitu yang aku tonton baru baru ini, memang beberapa film beberapa tahun lalu. Spoiler sampai disini dan kalau kalian juga ingin merekomendasi film keren menurut kalian, boleh donk share disini. BYE!!


Spinning in London #Side A [Bad Guy Bad Romance 5]

$
0
0

Spinning in London (BGBR Last Part)

Cast:

Jung Yunho

Son Jung Ah

Kim Junsu

Go Ara

Genre: Romance, Angst, Drama, NC | Rating: +18 | Duration: Chaptered | Written By:  @Mischa_Jung

—————–

Previous Part:  Part 1 , Part 2Part 3, Part  4

Jung ah termanggu dengan slip kertas berada digenggamannya.Slip kertas bertulisan “Incheon-London” baru didapatkannya dari Ny.Jung -ibu kandung Yunho. Slip kertas itu tercantum nama dirinya, perusahan transportasi penerbangan, waktu penerbangan sampai number seat. Ia mengenggam erat slip kertas berupa tiket pesawat menuju ibukota salah satu negara Eropa Barat.

Tas koper berukuran agak besar dengan motif lambang merek terkenal ‘Channel’ sudah siap menemani perjalanan jauhnya dan juga merupakan perjalanan keluar negeri pertama kalinya. Jung Ah mengendalikan kegugupannya saat menginjak pesawat ‘British Airlines’. Ia bukan takut atau sekedar phobia naik pesawat tapi karena hal lain. Bermodal nekat menuju ke negara asing tanpa ditemani seseorang dan juga tanpa rencana apapun. Persiapan ke London cukup minim.

Jung Ah mengedarkan pandangan kesekelilingnya rata rata orang ras kaukasia berambut coklat kemerahan, pirang dengan mata biru atau coklat. Logat british cukup kental disetiap ucapannya. Ia bahkan bisa menghitung hanya sedikit orang kebangsaan Korea diantara mereka. Sekelompok penumpang termasuk Jung Ah menantikan pintu pesawat terbuka untuk melangsung perjalanan jauh dan melelahkan.

Beberapa menit kemudian, Jung Ah masuk dalam pesawat ‘British Airlines’, mencari tempat duduk sesuai number seat tertera ditiketnya. Jung Ah menghela nafas lega setelah menemukan tempat duduk berada tepat dipinggir sehingga leluasa memandangi keluar jendela.

Kedua matanya melayang keluar jendela, pemandangan sore di lapangan penerbangan bandara Incheon. Hari ini menentukan alasan kepergian menuju London, Inggris. Ia benar benar pergi secara tanpa berpikir panjang.

Batin Jung Ah terus terus mengumam pertanyaan yang mendesaknya untuk terus memikirkannya. Kemudian dikeluarkannya buku kecil bersampul unik dari tas. Ia terbiasa menuangkan segalanya kedalam buku, bukan sekedar curhatan, kadang ditulis pula lirik lagu kesukaan, gambaran iseng atau sekedar menempel stiker. Terlalu banyak tulisan tulisan yang menghiasi setiap lembar buku. Setelah melakukan kegiatan menulis, biasanya gadis itu membaca ulang tulisannya. Jung Ah mengigit ujung pena sejenak lalu mengoreskan huruf per huruf dilembaran itu.

Beberapa bulan lalu setelah Yunho oppa telah melakukan sesuatu yang tak kusangka saat insiden hot issue tentangku dengan Junsu dihadapan pers. Aku sungguh terkejut. Sejujurnya aku senang dia melindungku dan menenangkanku meski aku masih tidak paham alasannya menggunakan cara seperti ini.

Seminggu kemudian setelah kejadian itu, dia  berubah dan begitu dingin padaku yang mengingatkan sosoknya lima tahun seperti saat aku pertama kali muncul.Ucapan bernada kasar dan sikap tidak pedulian itu. Apakah ini karma? Perubahannya cukup mengucilkan hatiku, aku terlihat kecil seolah tak pernah terlihat lagi.

Kupikir dia sedang marah padaku atau kecewa. Mungkin saja ada kebodohan yang kulakukan tanpa sadar. Aku bahkan tidak tahu apapun kecuali menunggunya kembali ke rumah. Lebih dari seminggu aku tidak menemukannya disekitar rumah. Keresahanku semakin membesar. Ternyata dugaanku benar, dia telah kembali ke perusahaan London.

Aku benar benar marah dan menangis entah beberapa kali. Tidak dapat percaya kalau dia kembali meninggalkanku tanpa perpisahan atau setidaknya memberiku kabar. Apakah sesulit itu untuk bertemu denganku sebelum ke London, setidaknya walau semenitpun itu berharga buatku?

Mungkinkah dia mulai merasa bosan dan membenciku. Perasaanku akan kacau dan takut. Tentu saja siapa yang menyukai gadis membosankan dan egois sepertiku, bukan wanita sempurna yang pantas disisinya. Bagaimana kau dan aku melewatkan waktu? Aku terus memikirkannya.  

Suatu hari, aku sempat bermimpi. Terasa nyata dan sulit jika ingin terbangun lagi. Disana hanya ada kau dan aku, bersama. Pelukan dan kecupan itu, aku menginginkan itu lagi darimu. Merindukanmu. Kepercayaan diri tumbuh lagi.

Aku tidak bisa diam seperti itu, aku bosan menjadi wanita yang penyabar dan setia menunggunya. Sejak itulah aku memutuskan harus menyusul ke London. Beruntung Ny. Jung mau membantuku menyiapkan tiket pesawat. Dia tidak hanya membantuku, dia bahkan juga menemaniku dan kami cukup banyak berbagi cerita. Aku sangat berterima kasih pada wanita itu, dia memang mengagumkan dan kuharap aku bisa seperti dirinya dimasa depan.

Didalam pesawat ini, jantungku berdebar debar. Tinggal beberapa jam kedepannya aku bisa menemui lelaki jahat yang kurindukan itu. Kuharap dia siap dengan kabar yang kubawa nanti dan mungkin akan terlalu mengejutkan. Semoga Tuhan menyertai perjalananku dan memberkati kami semua.

Beberapa belas jam penerbangan Incheon-London telah berakhir. Perjalanan udara cukup melelahkan. Tubuh Jung Ah pegal dan tulang seakan remuk akibat terlalu lama duduk dipesawat. Ketika turun dari pesawat, pramugari pesawat mengucapkan“Welcome to Healthrow airport, London” dengan ramah dan senyum yang sudah diprogram. Jung Ah menghela nafas lega, mengadah ke langit London. Matahari bersinar tidak begitu terik karena di London masih menunjukkan waktu 08:24 AM. Berangkat sore dari Incheon airport, Seoul dan tiba waktu pagi di Healthrow Airport,London.

Jung Ah ingin cepat cepat meninggalkan airport dan menaiki taksi untuk menuju hotel yang sudah dipesan secara online. Namun ia tidak dapat terburu buru karena diwajibkan ke bagian imigrasi bagi pendatang dan juga mengambil tas koper.

———————————————

Jung Ah melangkah keluar dari hotel Victorian’  yang terletak dipertengahan kota London, Inggris. Gedung hotel berdekorasi klasik, mengingatkan tentang sejarah Inggris.

Gadis itu terlihat lebih segar setelah meninggalkan bandara, menuju ke hotel dan tidur berjam jam. Tenaga lelah seolah sudah terisi penuh. Dihirupnya udara dari negara berbeda ini cukup menyenangkan. Ia biasa melihat negara Ratu Elizabeth di media massa, namun kali ini ia dapat menginjak ditempat ini secara nyata.

Jung Ah merogoh tas tangan, meraih kartu nama bertulisan nama perusahaan “Jung Corp”, dibawahnya tertera alamat di daerah London. Kening Jung Ah berkerut, bibirnya mengerucut menatap kartu nama. Ia harus menemukan alamat dinegara asing. Kemudian ia melambaikan tangan, memanggil mobil sedan kuning yang dikenali taxi sedang melaju dari kejauhan.

Ia masuk kedalam mobil taxi, menyerahkan kartu nama pada supir terlihat ramah “Can you take me this address?” tanyanya sedikit gugup menggunakan kalimat bahasa inggrisnya.

Supir taxi tersebut memandangi kartu nama sebentar, kemudian mengangguk antusias.

Ok,mam!I’ll take you this place

Jung Ah tersenyum lega. Selama taxi berjalan, ia tidak berhenti mengagumi tiap sudut perkotaan London yang tertib dan rapi. Meski Seoul adalah kota modern tapi itu berbeda pada London. Kota London masih ada sentuhan antik dan kuno tapi tetap mengikuti era kemajuan teknologi. Jantungnya seakan meloncat mengamati segala gedung klasik menurutnya mengagumkan.

Mobil taxi terhenti tepat sebuah gedung tinggi dan modern, sebuah lambang perusahaan terlekat di papan gerbang utama dan bertuliskan “Jung Corp” dengan huruf mencolok.

Mam,you arrive in Jung corp“sahut supir taxi menoleh kebelakang, tepat kearah Jung Ah.

“Oh..thank you”

Jung Ah membayar beberapa lembar uang poundsterling sesuai tarifnya dan sempat membungkuhkan kepala sebelum turun dari mobil taxi.

Sesaat ia mendongkah keatas, menatap ketinggian gedung Jung corp hampir menembus langit. Pertama kali terpikirkan dalam otaknya adalah “Besar sekali tempat ini”. Ia tahu Jung Corp adalah perusahaan Korea Selatan yang sangat suskes tapi ia tidak menyangka nama ‘Jung Corp’ sebesar itu

“Ahh…disini Yunho oppa menghabiskan 5 tahun untuk membangun jaringan Jung Corp”

Bibirnya tersungging mengingat Yunho sempat mempertaruhkan 5 tahun demi membubarkan pertunangan dengan Go Ara demi bersama dirinya dengan persetujuan ayahnya, Tn.Jung yang terkenal keras dan disegani.

—————————————–

Jung Ah mengikuti langkah seorang wanita berambut pirang dan bermata hijau menuju ke ruangan Yunho. Setelah tiba dihadapan pintu tertutup,wanita berambut pirang itu yang sempat memperkenalkan diri adalah sekretaris segera mengetuk pintu.

“Mr.Yunho, your guest come” wanita berambut pirang memberitahu pada atasannya dengan sopan.

Let her in!” sahut penghuni dari dalam ruangan tersebut dengan tegas.

Wanita berambut pirang mengisyaratkan Jung Ah masuk ke ruang tempat Yunho berada, kemudian ia meninggalkan Jung Ah dan kembali ke meja kerja yang sudah menantikan pekerjaannya.

Thank you” ucap Jung Ah ramah sebelum wanita pirang itu meninggalkannya.

Setelah wanita itu pergi, Jung Ah menarik nafas dalam. Ia perlu datang untuk menyelesaikan masalah. Sedikit tidak siap bertemu Yunho meski sangat merindukan pria itu. Takut terjadi hal tidak menyenangkan. Jung Ah membuang pikiran buruknya, ia membuka kenop pintu.

Ketika pintu ruang terbuka, sepasang mata Jung Ah menangkap sosok pria ditujunya sedang duduk dibalik meja kerja yang penuh dokumen, laptop dibiarkan menyala serta secangkir coffe yang sudah dingin. Yunho tampak sangat serius, berkutat pada pekerjaannya. Tanpa mengangkat wajahnya ataupun memandangi sosok yang baru datang, ia lebih memilih membaca dokumen.

“Mengapa kau datang kesini?” tanya Yunho.

Perkataan dingin Yunho cukup membuat Jung ah lebih bersabar untuk menelan sakit hatinya.

“Tidakkah kau rindu padaku?” ujarnya sedikit kaget dengan reaksi Yunho, namun ia menutup dirinya dengan senyum palsu. “Aku merindukanmu.”

“Aku sedang sibuk. Jadi aku tidak bisa meluangkan waktu untuk menyambutimu” balas Yunho sinis, mata kelamnya menatap Jung Ah seakan tidak senang dengan kedatangan kekasihnya.

“Jangan bersikap seperti itu padaku” lirih Jung Ah mengigit bibir bergemetar. “Bisakah kau melihatku sebentar saja? Jebal..”

Yunho melempar berkas berkasnya dimeja dengan kasar “Jangan membuatku semakin kesal, Jung Ah!” bentaknya, tanpa sadar meninggikan suara disertai tatapan mata sinis.

Jung Ah tersentak, tangannya mencengkram ujung dress. Ia menahan air matanya hampir terjatuh dan menghela nafas dalam. Sakit.

 ”Mianhae, a…aku tidak tahu kau berpikir seperti itu.” Jung Ah tersenyum miris dan memandang lurus tatapan Yunho. “Silahkan anda melanjutkan pekerjaanmu dengan tenang, Tuan Yunho!”

Tanpa berbicara banyak ia langsung keluar dari ruangan Yunho tanpa pamit, berjalan cepat. Ia ingin sejauh mungkin dari tempat itu, dimanapun lelaki itu berada. Jung Ah hampir tidak sanggup berakting tenang lagi dan ia ingin menumpahkan semua tangisan asalkan bukan didepan Yunho.

Selang beberapa detik setelah pintu tertutup dan kekasihnya berlalu dari hadapan, Yunho hanya terdiam seolah membeku. Kepergian Jung Ah membuat sekujur tubuhnya menegang. Bayangan wajah kekasih yang terluka dengan kedua mata nyaris basah kini terus hadir dipikirannya.

“Sial.” Tanpa sadar dilempar berkas dokumen ke lantai. Ia baru saja membuat wanita itu menangis lagi. “Apa yang kau lakukan lagi, dasar lelaki brengsek!”

Bibir Yunho melayangkan makian untuk dirinya sendiri.Tangan Yunho menarik laci meja, menatap nanar  sebuah kotak kaca kecil yang tersimpan disana. Dalam kotak kaca berisi cincin bertahta berlian. Ia telah melakukan kesalahan pada orang yang seharusnya memiliki cincin. Merenungkan dan bagaimana jika seandainya cincin itu pada akhirnya tidak pernah sampai dijemarinya.

——————————————–

Jung Ah terus melangkah tanpa arah di tengah kota London. Kedua mata membengkak dan pipi sudah memanas, sekujur tubuhnya lemas dipengaruh rasa sakit dalam benaknya. Ia menepi sebentar, bersandar dinding bata merah penuh coretan grafiti tepi jalan distrik London.

Tubuh wanita itu merosot sehingga terduduk dan menundukkan kepala, berikutnya hanya terdengar isakan tangisan. Sudah tidak mempedulikan dengan orang berlalu lalang dijalan telah memperhatikannya atau memandang aneh kearahnya. Masa bodoh dengan tanggapan orang lain, sebab yang terpikir dirinya cuma melampiaskan kemarahan lewat air mata.

Hey…are you okay?

Kepala Jung Ah mendongkah pelan ke sumber suara. Ditengah pandangan buram, sosok pria cantik dengan tubuh tegap dan cukup tinggi. Dia mengenakan baju polo shirt hitam dipadu celana blue jeans. Wajahnya menunjukkan mimik cemas tapi kedua matanya sungguh teduh.

Oh my god! Youre crying..” gumam pria itu tampak terkejut melihat wajah Jung Ah. Ia buru buru merogoh saku celananya, mengeluarkan kain saputangannya dan disodorkan kearah wanita itu.

Jung Ah memandang ragu  saputangan ditangan pria. Sambil mempertimbangkan penawarannya sejenak, ia memperhatikan wajah pria itu yang mengisyaratkan dengan gerakan dagu untuk menggunakan saputangan miliknya.

Thanks” ucap Jung Ah menyeka air matanya dengan saputangan.

Pria asing itu lalu berjongkok sehingga bisa melihat lebih jelas bentuk wajah Jung Ah. Ia memiringkan kepalanya dan memperhatikan wajah Jung Ah, kemudian kedua matanya terbelalak.

 ”Wah… you’re beautiful girl but your tears makes your face like a monster.”

Jung Ah tidak merespon pria cantik yang enta sedang  memuji atau mengejeknya. Ia memalingkan wajahnya, melirik kearah lain. Malas melayani pembicaraan dengan pria tak dikenal yang dianggapnya sok akrab.

Hey asian girl, Are you from korea?”

Jung Ah menoleh kemudian ia mengangguk malas.

Mata pria itu langsung melebar “Ah… I’m from korea too but I live on London since 12 years ago.”

Jung Ah menatap heran wajah pria itu semakin antusias, tersungging senyuman lebar yang membuatnya terlihat sangat manis. Tampaknya dia senang menemukan orang berkebangsaan yang sama.

“Karena kita sesama orang korea, bicara dalam bahasa korea saja.” Pria cantik itu mengulurkan tangannya. “Kim Jaejoong imnida.”

“Son Jung Ah” balas Jung ah singkat membalas tangan Jaejoong. Meski dalam keadaan suasana buruk tapi ia harus tetap membalas keramahan orang lain, karena itu merupakan tata krama yang sudah diterapkan sedari dulu.

“Aku benar benar senang ada orang Korea di London. Disini tidak begitu banyak orang kebangsaan korea.” Jaejoong mengusap leher lalu bertanya lagi. “Sudah berapa lama tinggal disini?”

“Aku tidak tinggal disini” jawab Jung Ah.

“Kalau begitu, kau sedang liburan?” tebak Jaejoong. Jung Ah menggeleng lemah sehingga Jaejoong berpikir lagi “Euuhmm..dinas pekerjaan atau menemui saudara, teman atau seseorang disini?” tanyanya lagi lagi.

Jung Ah beranjak berdiri, disibaknya debu yang menempel dress selututnya “Kenapa kau banyak bertanya?”ujarnya sedikit terganggu, wajahnya sudah merenggut.

Pria itu tidak sedikitpun tersinggung dengan nada bicara wanita dihadapannya. Ia ikut beranjak berdiri, tersungging smirknya “Sepertinya aku tahu jawaban tepat. Pasti kamu datang untuk menemui kekasihmu lalu dicampakkan?” katanya mengerlingkan mata jahil.

Spontan Jung Ah mendelik tajam “Aissshh…kamu ini sangat mengesalkan” desisnya. Namun wajah kesalnya perlahan berubah menjadi muram, lagi lagi air matanya tidak dapat dibedung. Berkat tebakan pria itu, ia mengingat kembali tentang ucapan kasar Yunho.

“Yah..yah…aku hanya asal menebaknya. Aku tidak menyangka ternyata tepat. Mianhae, aku salah tapi kamu jangan menangis” ujar Jaejoong jadi salah tingkah. Wanita itu tidak menuruti Jaejoong dan malah tangisan bertambah keras. “Aku mohon jangan menangis. Orang orang jadi prasangka buruk padaku” lanjutnya melirik tidak nyaman orang orang melewati jalanan yang telah melempar pandangan sinis padanya seakan dirinyalah penyebab tangisan gadis berwajah asia ini.

Jaejoong menggaruk kepalanya, tidak tahu apa yang bisa mendiamkan tangisan seorang wanita baru dikenal beberapa menit lalu. Jung Ah belum bisa menghentikan tangisan  sesunggukkannya. Jaejoong menghembuskan nafas panjang, terpaksa ia menarik tangan gadis itu lalu membawanya pergi sebelum dirinya benar benar dituduh bad guy. Inggris adalah negara terkenal pria gentleman yang menghormati kaum wanita. Maka Jaejoong cukup panik jika cap buruk itu menempel padanya.

————————————————

Jaejoong melirik wanita disampingnya. Mereka kini berada di dalam mobil Jaejoong. Terpaksa ia menyuruh Jung Ah menenangkan diri dengan cara menangis sepuasnya dimobilnya. Itu akan lebih baik dibandingkan harus menangis depan umum yang bisa saja mencemarkan imagenya.

“Apakah sudah terasa lebih baik, Jung ah-sshi?” tanya Jaejoong lembut. Keramahan pada wanita dalam diri Jaejoong sangat memesona sebab hidup dengan kultur Inggris sehingga membentuk sifat gentle.

Jung Ah mengangguk pelan “Gumawo, Jaejoong-sshi” ucapnya parau.

Pria itu menatap wajah Jung Ah tampak masih terlihat menyedihkan. Sepasang mata bengkak, bibir memerah dengan rambut agak acak acakan bahkan raut wajahpun memucat. Kesan pertama Jaejoong pada Jung Ah adalah sicantik yang cengeng.

“Hmm…apa kau sudah berjalan jalan di London?” tanya Jaejoong.

Jung ah menggeleng “Belum sama sekali. Aku baru tiba disini tadi pagi.”

Dengan wajah sumringah, Jaejoong bersiap siap menginjak pedal gas mobilnya “Jika begitu aku akan memandumu di London.”

“EH!” Jung Ah memekik.

Forgot your hurt and have fun in London!” seru Jaejoong bersemangat tanpa meminta persetujuan gadis itu. Mobilnya langsung melaju kencang dijalan raya.

————————————————–

“Waaahh!!!!!”

Suara keras dari mulut Jung Ah. Ia menatap penuh kekaguman, mulut mengangga saat keindahan tempat-tempat wisata dan bangunan-bangunan berarsitektur kuno dipenjuru kota London lewat didepan matanya. Gadis itu sengaja membuka kaca mobil dan menikmati udara sejuk menerpa kulitnya. Sesekali ia menelonjorkan kepalanya keluar kaca mobil.

Jaejoong menyetir sambil mengulum senyum. Sekilas ia memicingkan matanya kearah gadis cengeng yang cepat ceria. Entahlah ia sekarang tidak bisa menghentikan senyum dan tawa kecil ketika mendengar suara decak kagum terkesan nyaring dan bersemangat. Rupanya wanita baru ditemuinya cukup unik, mudah sekali berubah dalam jangka waktu singkat. Awalnya ketus, kemudian menangis keras lalu tersenyum lebar.

“Ahh…I never understand about woman’s brain.” pikir Jaejoong mendesah, mengacak pelan rambutnya.

Mobil Jaejoong kemudian berhenti tepat didepan bangunan rumahan. Jung Ah mengerjapkan kedua matanya, bingung. Pria itu menghentikan mesinnya, dicabutnya kunci mobil lalu menoleh Jung Ah. Ia mengerti apa keganjilan pada raut wajah wanita yang baru dikenal sejam yang lalu.

“Jangan salah paham! Aku tidak akan berbuat buruk sebab aku tidak akan tertarik dengan wanita yang banyak menangis.”sahut Jaejoong terkekeh, kemudian ia menunjuk bangunan rumah. “Disitu adalah rumahku, aku perlu memarkirkan mobil kesini. Tour London akan lebih menyenangkan jika kita menaiki bus tingkat.”

Jung Ah menghela nafas lega. Ia memperhatikan rumah Jaejoong tidak begitu besar tapi tampak nyaman untuk ditinggali. Aura hangat mengelilingi rumahan tersebut, seperti pemiliknya. Rasanya Jung Ah mempercayai bila pepatah mengatakan ‘Kondisi lingkungan tempat tinggal akan menggambarkan bagaimana bentuk karakter orang’ itu memang terbukti.

“Kenapa masih diam disitu? Ayo turun! Jangan sampai kita ketinggalan jadwal bus.” sahut Jaejoong tiba tiba mencondong tubuhnya kedalam mobil sementara kaki sudah berpijak dijalanan beraspal.

“Ah..ne..” Jung Ah segera turun dengan cepat dan menutup pintu mobil, menyampirkan tas dipundaknya dan mengikut langkah dibelakang pria itu. Tour London sudah didepan mata.

—————————————————

Jung Ah dan Jaejoong memilih duduk dikursi bagian atas bus bertingkat. Bus akan membawanya berkeliling kota London hanya dengan membayar biaya 15 poundsterling. Yang menarik dari bus bertingkat adalah penumpang akan menerima penjelasan mengenai kota London oleh pemandu wisata yang sudah disediakan setiap bus. Pemandu wisata itu berbicara dengan bahasa Inggris dengan jelas dan tidak terburu buru, sehingga orang mudah memahaminya.

Rambut Jung Ah diterpa angin sehingga sedikit berantakan karena ia memilih duduk dipinggir jendela. Mata gadis itu terpaku memandangi setiap jalan dilalui transportasi umum yang pertama kali dinaikinya diluar negeri. Sementara Jaejoong menyimak pemandu wisata dengan serius meskipun ia pernah mendengarkan lebih dari beberapa kali ketika menemani saudara atau teman Korea datang berkunjung. Pria cantik itu beberapa kali mencuri pandang kearah Jung Ah dan tidak bisa melepaskan pandangannya lagi, terpana. Tidak disangka sangka senyuman wanita cengeng secantik itu.

Terperanjat dari lamunan yang hampir membutakannya, Jaejoong segera bangkit dari bangku sebelum bus berjalan lagi.

“Mari kita turun!” ajaknya sambil berjalan duluan, berusaha tidak terlihat salah tingkah. Biasanya dia membiarkan Jung Ah berjalan duluan, menuntun gadis itu untuk berhati hati, sifat gentle sangat tercurahkan terhadap Jung Ah bahkan mengutamakan sopan santun ladies first.

Jaejoong tidak dapat melakukan sopan santun seperti biasa, berusaha menutupi perasaan gugup mulai menguasai dadanya bahkan tidak berani melihat wajah wanita itu. Suasana menjadi sedikit canggung.

Jung Ah tetap mengikuti Jaejoong dengan buru buru karena pria itu berjalan sangat cepat bahkan menuruni tangga bus dengan tergesa gesa. Disisi lain, ia agak bingung dengan sedikit perubahan sikap Jaejoong.

Mereka menaiki kapal, Jung Ah semakin tersenyum lebar seakan ia sudah melupakan segalanya yang terjadi sebelumnya dan tampak bersemangat. Jaejoong bersandar dipenyangga kapal, membelakangi pemandangan sungai Thames. Ia sudah terlalu sering melihat pemandangan sungai Thames sehingga sudah tidak begitu istimewa dengan keindahan sungai terkenal di London.

“Kapal ini akan menelusuri sungai Thames.” sahut Jaejoong membuka pembicaraan. “Dan kita akan melihat bangunan legendaris disini. Kau pasti akan menyukai perjalanan ini.”

Jung Ah mengangguk, kedua iris menatap aliran sungai yang tampak dalam. Pemandangan ini jauh berbeda dengan pemandangan Sungai Han yang biasa didatanginya. Deru angin menerpanya cukup kencang sehingga Jung Ah merapatkan coat tipisnya.

Dikeluarkan ponselnya dan menekan fitur camera kemudian ia memotret diri sendiri berlatar Sungai Thames berbagai posenya. Sempat mengeluarkan ekspresi aegyo yang terlihat menggemaskan. Setelah puas berselca ria, Jung Ah menangkap basah Jaejoong tengah terkekeh seolah menertawakannya.

“Apa yang kau tertawakan?”tanya Jung Ah sedikit ketus.

Ani..hanya saja sedikit aneh melihatmu tersenyum seperti ini. Sepertinya kamu benar benar dalam suasana hati yang sangat baik.” jawab Jaejoong.

Jung Ah mendengus pelan. Tiba tiba terlintas ide, ia langsung menarik ujung polo shirt pria disampingnya “Mari kita berselca!” ajaknya mengarahkan seraya kamera ponsel ke arah dirinya dan Jaejoong.

Setelah mengeluarkan pose foto andalannya dalam waktu bersamaan, mereka mengucapkan kata khas orang korea.

Say kimchi!!!” ucap mereka kompak, disusul blitz dari kamera ponsel.

Jung Ah dan Jaejoong saling berpandangan lalu beberapa detik mereka kemudian tertawa bersamaan. Entah bagaimana kekompakan diantara mereka bisa timbul meski baru melalui tahap perkenalan. Jaejoong menghentikan tawanya, tertegun ketika wajah Jung Ah terlihat cerah, dan kedua matanya membentuk eye smile. Sesaat jantung Jaejoong berdebar tidak normal.

Setelah mengendalikan  perasaan menurutnya sangat aneh, Jaejoong mencolek pundak Jung Ah lalu ia  menunjuk bangunan tidak asing dimata dunia. Pandangan Jung Ah mengikuti arah lurus ditunjuk Jaejoong. Spontan kedua matanya berbinar binar disertai decakan kagum. Wanita yang ekspresif, mudah menggambarkan perasaan melalui mimik wajah.

“Disitu istana Westminster dan menara jam kebanggaan Inggris, Big Ben.  Dulu kedua bangunan itu adalah tempat tinggal para raja dan ratu sebelumnya. Sekarang sudah diubah menjadi gedung parlemen Inggris.” jelas Jaejoong layaknya seorang pemandu wisata bahkan tangan Jaejoong sengaja dikepalkan seakan akan  sedang mengenggam mike. Ia berakting seolah presenter acara travel TV mengundang tawa Jung Ah.

Perlahan kapal mulai melewati daerah keindahan jembatan besar dengan dua menara kuno yang berdiri tegak menyangga sepanjang jembatan. Jung Ah tak henti hentinya mengagumi bentuk arsitektur kuno serta kultural Inggris yang masih terlekat. Aura negara Eropa berbanding terbalik dengan Asia.

“Jembatan dengan dua menara klasik itu adalah Tower Bridge yang dibangun pada abad ke-19. Bangunan klasik lainnya itu adalah Tower of London” jelas Jaejoong asyik menyumbangkan informasi tentang London. Ia cukup mengetahui sejarah meski tidak tinggal diInggris dari lahir.

Jung Ah mengangguk mengerti, menyimak baik dengan penjelasan Jaejoong. Pria itu terus mengeluarkan panduan wisata. Ia berpikiran bahwa Jaejoong cukup pantas jika bekerja sebagai guide. Cara membawakan informasi Jaejoong tidak membosankan atau membuat mengantuk.

——————————————–

Jung Ah dan Jaejoong sudah berdiri dihadapan kawasan istana Buckingham. Kerajaan Buckingham biasa dikunjungi banyak wisatawan maupun penduduk. Tidak heran kawasan ini sangat luas dan ramai dikunjungi umum.

Seperti biasa dilakukan saat di Sungai Thames, Jung Ah mengeluarkan ponsel berkamera. Ia berselca ria tanpa henti, memotret keanggunan istana, kadang ia juga melakukan snapshoot. Jung Ah tampak serius bermain main dengan kamera ponsel, kegiatan barunya sebagai fotografer dadakan.

Jaejoong menggelengkan kepala, baru kali ini menemukan seseorang datang kesini tanpa membawa kamera digital ataupun kamera jenis lainnya. Ia semakin yakin wanita ini datang ke London memang bukan tujuan berwisata. Namun sudut bibir terangkat lembut.


Jika tersenyum seperti itu, kau terlihat seperti malaikat. Jaejoong ingin berkata seperti itu tapi tidak ada satupun kata keluar dari bibir tipisnya. Ia tampak begitu menikmati setiap tingkah Jung Ah yang terlihat menyenangkan dalam pandangannya seperti magnet untuk menarik perhatiannya dengan mudah. Mungkin saja itu karena pesona wanita cengeng itu.

“Astaga…hampir jam 4 sore” pekik Jaejoong setelah melihat jam tangannya. “Ayo cepat! Kita tidak boleh melewatkan pergantian pasukan kerajaan berkuda di Royal Horse Guards!” sambungnya menarik tangan Jung Ah sambil memacu langkah cepat.

Jung Ah terpaksa menyamakan langkah Jaejoong karena tangannya ditarik cepat oleh pria berwajah cantik. Ia tidak tahu mengapa Jaejoong sangat buru buru. Namun rasa heran terjawab ketika Jaejoong menghentikan langkahnya di Royal Horse Guards yang letaknya tidak begitu jauh dari Istana Buckingham.

Tepat dihadapan pasukan kerajaan berdiri tegap lengkap dengan seragam pasukan kerajaan berwarna merah serta topi tinggi hitam. Beberapa dari pasukan itu menaiki kuda dan sisanya pasukan berdiri tegap disepanjang kawasan istana. Pasukan yang bertugas itu selalu menjadi objek foto para pengunjung.

“Jung Ah, berikan aku ponselmu!” Jaejoong mengadahkan tangannya.

“Eh?”

“Cepatlah…sebentar lagi jam 4! Setelah jam 4, pasukan ini bubar dan kau tidak bisa berkesempatan berfoto dengan prajurit Inggris.” jawab Jaejoong.

“Oh” tukas Jung Ah menyerahkan ponselnya lalu berdiri disamping prajurit Inggris tanpa ekspresi.

Jung Ah menunjukkan berbagai ekspresi foto namun prajurit Inggris tetap berdiri tegak dan diam seperti patung. Dalam peraturan, prajurit Inggris tidak boleh bergerak ataupun menunjuk ekspresi wajah sebelum diperintahkan ajudan. Hal itu dimanfaatkan Jung Ah, wanita itu bahkan merangkul prajurit meski ia harus berjinjit karena ukuran tubuh pria Inggris jauh lebih tinggi dibandingkan tubuhnya.

Jaejoong memotret segala pose Jung Ah. Ia tidak dapat menghentikan senyum dibibirnya setiap melihat pose wanita itu. Ia merasa ketertarikan pada gadis baru dikenalnya semakin menguat. Namun dihati lain memerintahkan diri sebaiknya tidak terhanyut pesona Jung Ah.

Jung Ah segera menghampiri Jaejoong, sontak merebut ponselnya dan memotret wajah Jaejoong secara tiba tiba. Lamunan Jaejoong buyar disebabkan blitz yang dikeluarkan kamera ponsel mengenai matanya. Jaejoong sontak melirik kesal pada Jung Ah sedang tertawa pelan.

“Ekspresi bagus, Jaejoong-sshi” pujinya memperhatikan view foto diambilnya. Wajah Jaejoong yang melamun itu terlihat manis. “Jaejoong, dimanakah aku bisa berbelanja?” tanyanya tanpa mengalihkan pandangan dari layar ponselnya.

“Kau ingin berbelanja?” tanya Jaejoong. “Ada kawasan pembelanjaan yang elegan seperti Harrods atau yang standar seperti Oxford City. Kau ingin kemana?” lanjutnya.

“Aku tidak mampu jika diHarrods. Sebaiknya kita ke Oxford City.” jawab Jung ah cepat. Meski tinggal dikeluarga Jung yang kaya tapi ia lebih senang barang berharga standar dan tidak terlalu senang menghabiskan uang.

“Baiklah. Kita naik bus lagi saja!!!” ujar Jaejoong memasukkan kedua tangannya kedalam saku celana jeans, menuju ke halte.

——————————————-

Jaejoong tidak bisa menghentikan pandangannya yang terus terusan mengarah sosok wanita berambut panjang sedang asyik mencuci mata barang dagangan salah satu gerai little shop. Ia memilih posisi agak jauh darinya, menjaga jarak. Perasaan tidak dapat berhenti berdegup ketika menatap bagian samping wajah Jung Ah yang terus terusan hadir dalam jarak pandangannya. Dia memiliki bentuk fisik yang indah, sempurna seperti malaikat.

Kepala wanita itu menoleh sehingga pikiran Jaejoong buyar. Jung Ah tengah mengangkat boneka kayu prajurit Inggris yang biasa disebut nutcracker doll.

“Lucu sekali..”ujar Jung Ah menyunggingkan senyuman lebar dan pandangannya melebar serta berbinar binar, jemari menunjuk gemas wajah boneka nutcracker yang tampak galak.

Jaejoong menggaruk pipi, bingung. Ia tidak mengerti dimana letak kelucuan wajah garang nutcracker. Bukankah justru ekspresi boneka itu menakutkan, pikirnya. Ia kembali menatap wajah Jung Ah dan terpaku lagi.

Deg!Deg!Deg!

“Oh..shit!” rutuk Jaejoong menepuk dada. “Ini tidak boleh dibiarkan.”

Ia segera menenangkan pikiran sambil memenjamkan mata sejenak. Setelah dirasakan cukup baik, ia membuka mata dan  sontak melangkah mundur, terkejut. Jung Ah ternyata sudah berdiri dihadapannya  seraya menatap Jaejoong dengan heran.

“Apa kau merasa tidak enak badan?” tanya wanita itu polos mendekati wajah Jaejoong, mencoba memastikan keadaan lelaki itu.

“Ti..tidak.” tukas Jaejoong refleks mendorong pelan pundak Jung Ah. Sesekali ia membuang muka, mengambil kesempatan untuk menarik nafas dalam tanpa berani memandangi wajah wanita itu.

Jung Ah mengeleng bingung lalu ia melanjutkan kegiatan ‘cuci mata’. Terlanjur jatuh cinta pada boneka nutcracker sehingga membelinya. Bahkan ia berniat menaruhnya di meja ruang kamar nanti. Dipandangi wajah nutcracker seksama, entah karakter wajah galak boneka ini telah mengingatkannya dengan Yunho. Sudut bibir muncul seulas senyum tipis.

Ia melangkah santai ditengah keramaian penduduk asli di jalan Oxford City sambil mengenggam kantong belanjaan. Tubuh Jung Ah seakan tenggelam karena tubuh orang ras Eropa umumnya lebih tinggi. Sementara Jaejoong memilih tetap berjalan dibelakang wanita itu.

Langkahnya mendadak terhenti, Jung Ah tertegun sejenak menatap kaca etalase salah satu toko kawasan pembelanjaan Oxford City. Tidak berkedip memandangi wedding dress dikenakan oleh boneka manekein.

Dikaguminya wedding dress sehingga Jung Ah tanpa sadar mendekati kaca etalase, berdiri disana. Tiba tiba kata ‘pernikahan’ hadir dalam pikirannya, bayang bayang Yunho tengah menolongnya dari wartawan dan mengejutkan segala pihak setelah menyatakan sedang mempersiapkan pernikahan bersamanya.

Jung Ah menempelkan kedua tangannya di kaca etalase. Menelusuri wedding dress dengan seksama, pandangan menjadi kosong sejenak. Pernikahan? Dapatkah angan angan menjadi nyata.

“Kau melamun?”  Jaejoong menepuk pundak Jung Ah, mengalihkan pandangan kebelakang tubuh wanita itu dan tertawa kecil. “Apa kau sudah ingin menikah?”

Jung Ah hanya melempar senyuman hambar, berbalik membelakangi Jaejoong dan masih belum melepaskan kekaguman pada wedding dress didepan matanya.

“Bukankah ini sangat cantik?”

“Kau menyukainya?” tanya Jaejoong langsung disambut anggukan Jung Ah. Sejenak diperhatikannya wedding dress dan Jung Ah secara bergantian. Sekali melihat rona wajah wanita itu, ia mudah membaca pemikirannya.

“Kemari.” Jaejoong menarik lengan wanita itu, membawanya masuk ke dalam toko bridal.

“Jaejoong-sshi, apa yang akan kau lakukan?”

Jaejoong  tidak menjawab pertanyaan dan menanggapi sambutan ramah pelayan toko yang datang menyambut kedatangan calon pembeli.

Can she trying wedding dress?” Jaejoong menunjuk wedding dress dikaca etalase pada pelayan.

Mwo?” Kening Jung Ah berkerut, tidak paham maksud pertanyaan dilontarkan Jaejoong.

Yes…Mam,can you follow me in fitting room!” ujar pelayan toko dengan ramah sambil mempersilahkannya ke ruang ganti.

Jaejoong tersenyum, didorongnya Jung Ah untuk segera mengikuti pelayan toko menuju ruang ganti. Pelayan toko lainnya meraih gaun pengantin lalu dibawakannya ke dalam ruang ganti.

Sambil menunggu, Jaejoong duduk di sofa beludru putih sambil membuka lembar majalah. Sempat diliriknya patung manekein pria terletak disamping patung manekein memamerkan wedding dress diinginkan Jung Ah. Dipandanginya setelan hitam dengan nanar. Ia berharap bisa memakai pakaian itu.

Suara pintu ruang ganti terbuka mengalihkan pandangan Jaejoong. Ia terperangah, mengerjapkan mata berapa kali. Tidak berkutik pada sosok wanita begitu cantik dalam balutan gaun putih. Kecantikannya menyiratkan keanggunan dan sisi feminim. Dada Jaejoong berdebar debar ketika menangkap raut Jung Ah tersipu, pipinya memerah.

She is very pretty.” puji pelayan tampak sumringah.

Jaejoong tidak bisa berkomentar apapun, ia bahkan tidak dapat beralih dari Jung Ah. Ia merasakan pipinya memerah, malu sekaligus gugup. Seulas senyuman canggung, merasa seperti orang tolol. Kecantikan Jung Ah mampu mengunci mulutnya yang senang bicara.

Jung Ah menatap bingung pada pria yang tiba tiba menjadi aneh. Keheranan menjadi pupus setelah termenung sebentar menatap pakaian pengantin pria dipajang kaca etalase.

Senyuman Jaejoong memudar ketika menemukan mata gadis itu tertuju pada pakaian pengantin pria yang juga baru dilihatnya. Dihelanya nafas dan bibir tersungging miris. Bukankah wanita itu rela terbang ke London sendirian demi menemui kekasih, melakukan perbuatan nekat. Ia berharap perasaan sekarang sekedar ‘tertarik’, bukan perasaan ‘jatuh cinta’. Ia tidak ingin berurusan panjang dengan kisah cinta segitiga atau masalah rumit.

Jung Ah membayangkan Yunho pasti sangat pantas dengan setelan pakaian itu. Muncul keinginan menikah telah tersirat. Impian menjadi wanita menikah dengan cinta itu merupakan impian setiap wanita, berharap Yunho adalah pengikatnya kedalam jenjang lebih dewasa.

————————————————–

Jaejoong memperhatikan gurat wajah Jung Ah berubah murung. Ia tidak mengerti mengapa mood wanita cepat sekali berubah. Pertama kali bertemu wanita ini sedang menangis dan ketus padanya. Dalam selang waktu berikutnya, dia menunjukkan keceriaannya. Dan sekarang terlihat tidak bersemangat dan sedih.

Kepala wanita itu terus terusan menunduk kearah layar ponsel, memandangi deretan angka mirip nomor ponsel. Jaejoong mengintip sedikit ke arah layar ponsel dan menemukan tulisan nama pemilik kontak nomor ponsel dipandangi Jung ah.

Jaejoong mudah saja tahu bahwa nama pemilik nomor itu adalah pria karena dalam kontak itu dituliskan ‘Yunho oppa’. Ibu jari Jung Ah sedikit terangkat, tampak ragu untuk menekan tombol ‘Call’.

“Teleponlah kekasihmu agar kau bisa lebih tenang!” sahut Jaejoong.

Jung Ah tersentak lalu menggeleng canggung. Buru buru memasukkan ponsel ke dalam tasnya. Ia menyunggingkan senyum kakunya “Aku ingin tapi kurasa aku tidak bisa menelponnya.”

Jaejoong bisa membaca arti balik senyuman Jung Ah. Siapapun tahu itu bukan senyuman tulus melainkan sebuah senyum dipaksakan. Ia tidak habis berpikir mengapa gadis ini terlalu kuat merendam perasaannya.

“Apakah kekasihmu adalah pria jahat?” tanya Jaejoong asal.

“Tidak…” jawab Jung Ah cepat lalu ia menatap nanar ke arah kerumunan orang berlalu lalang Oxford City  ”Sebenarnya aku juga tidak begitu yakin. Dia terlihat abu abu bagiku, aku belum bisa memahami sisi yang sebenarnya. “

Perlahan tetes airmata mengalir lembut dipipi Jung Ah. Lagi lagi bayangan Yunho mengitari pikirannya, perasaan sesak menyelimuti dadanya. Merasa semakin jauh jaraknya dengan Yunho. Ia takut hubungan semakin renggang itu akan membuatnya jadi kehilangan satu sama lain.

“Dia terlalu sering membuatku menangis tapi yang tidak dapat kusangkalkan, aku tidak dapat membencinya.”

Jaejoong menghapus air mata Jung Ah, disentuhnya pipi yang sudah memerah bahkan terasa hangat bila disentuh.

“Itu karena kau sangat mencintai pria itu bukan?” gumamnya.

Jung Ah mengangkat kepala, memandang raut wajah lembut Jaejoong. Ia tidak dapat memalingkan tatapan hangat pria itu.

Tangan Jaejoong kemudian membelai puncak kepala Jung Ah “Beruntung sekali sijahat itu bisa dicintai setulus itu. Jika kau masih yakin dengannya, tetaplah mempercayai lelaki itu! Suatu saat dia akan segera menyadarinya.”

Jantung Jung ah mencelos, merasa beban didada sedikit lumer. Tatapan teduh seorang pria baru dikenalnya mampu membuat tertegun dan ucapan Jaejoong seakan telah menghiburnya.

“Jika kekasihmu benar benar meninggalkanmu. Aku siap menjadi penggantinya. Terserah kau ingin apakan aku. Kau boleh  memukulku sampai memar sebagai pelampiasan atau boleh mengajakku bunuh diri bersamamu. Hmm…tapi kurasa sebaiknya kau berkencan saja padaku daripada melakukan hal buruk itu sebab aku masih ingin hidup.” serunya menepuk dadanya serta menyeringai kecil.

Tangisan Jung Ah berhenti mengalir, berganti dengan kekehan kecil. Kalimat dilontarkan Jaejoong bernada penuh candaan itu cukup bisa membuatnya tertawa dan lega. Seandainya ia tidak pertemukan dengan Yunho, mungkin ia bisa saja memilih Jaejoong yang baik dan lembut. Namun takdir lain mengaturnya. Jung Ah tidak akan kecewa dengan takdir yang dipilih Tuhan untuknya.

Jaejoong bernafas lega ketika wajah Jung Ah sudah terlihat lebih baik dari sebelumnya. Setidaknya candaannya berhasil membuat gadis itu tertawa. Bukankah tawa itu bisa merubah segala hal buruk dengan hangat. Tidak heran ia sangat senang melihat orang tertawa atau sekedar tersenyum.

“Kau pria baik, Jaejoong-sshi. Aku menyukaimu” ujar Jung Ah  disela sela senyumnya.

Deg!!!deg!!!

Terulang lagi suara denyut jantungnya, tubuh Jaejoong seolah tersambar listrik ketika senyum lebar Jung Ah ditunjukkan untuknya.

“Si cengeng ini mudah sekali mengatakannya dengan wajah polos dan tidak bersalah.” batin Jaejoong. Ia masih tahu diri bahwa Jung Ah menyukai dirinya sekedar teman, bukan seorang pria. Bukankah hati wanita itu sudah dipenuhi kekasihnya, bahkan mungkin sudah tertutup rapat untuk pria lain.

Tiba tiba Jung Ah merasa keanehan dalam tubuhnya, perut seakan diaduk aduk dan kepalanya pening. Mual. Terasa sangat lelah dan hampir tubuhnya terjatuh, namun langsung ditahan Jaejoong dengan sigap.

“Dimana kau menginap? Aku akan mengantarmu kesana.” tanya Jaejoong cemas sambil menahan pundak Jung Ah.

“Aku baik baik saja. Ini cuma gejala pusing biasa.” jawabnya berbohong, padahal ia tahu tubuhnya tidak akan kuat tapi memaksakan diri.

“Kau tidak pintar berbohong. Cepat katakan saja dimana tempatmu!” seru Jaejoong sedikit keras.

Wajah Jung Ah semakin terlihat pucat, merasa tubuhnya semakin berat dan keadaannya lemas “Ho..hotel Victoria.”

Jaejoong langsung membopongi Jung Ah, kemudian ia buru buru menghentikan taxi. Dia ikut menemani Jung Ah naik taxi menuju hotel Victoria, tempatnya menginap. Selama perjalanan, Jung Ah bersandar dengan kepala terkulai lemas dikaca mobil sambil memejam matanya kuat kuat, bibir bergemetar menahan rasa mual dan sakit beruntun dikepala.

Butuh setengah jam, taxi akhirnya berhenti tepat di lobby gedung hotel Victoria. Jaejoong langsung membopong tubuh Jung Ah yang hampir tidak kuat berdiri sendiri memasuki lobby hotel dan menaiki lift. Tepat lift berhenti di lantai 15, Jaejoong tetap menahan tubuh Jung Ah, menuntunnya hati hati.

Langkah mereka terhenti tepat dihadapan kamar hotel, dan menemukan sosok pria Asia tengah berdiri depan pintu kamar Jung Ah seraya menunggu seseorang menempati kamar itu datang. Pria Asia itu menundukkan wajahnya sambil bersandar dipintu, tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya. Namun kemunculan Jung Ah bersama pria lain membuat pria itu menoleh, menyambut kedatangannya dengan mimik tidak senang.

Jung Ah memekik pelan “Y..Yunho.”

Yunho menatap tidak ramah ke arah Jaejoong. Ia melipat kedua tangannya didepan dada dengan wajah terlihat jelas kekesalannya namun ia sudah terlebih dahulu mengendalikan emosional. Pandangan itu terang terangan tertuju pada tangan pria lain tengah memegang pundak Jung Ah. Sebenarnya ia bisa saja memukul pria itu tapi dengan cepat ia mengambil sikap tidak gegabah.

Jung Ah menyadari situasi semakin buruk, ia menoleh ke arah Jaejoong dan menurunkan tangan Jaejoong yang sedaritadi memegang pundaknya. Ia sangat menghargai sikap baik dan gentleman Jaejoong tapi ia juga tidak mau Yunho terbakar lebih lama dari sifat pecemburu.

“Jaejoong-sshi, terima kasih semuanya. Kamu bisa pulang sekarang dan tidak perlu khawatirkan aku.” ucap Jung Ah membungkuhkan tubuhnya sopan.

Jaejoong menangkap gerakan mata Jung Ah seraya memberi isyarat padanya untuk segera pergi. Ia menghela nafas dan mengerti apa yang ditakutkan wanita itu ketika pandangannya bertautan dengan tatapan tajam Yunho. Jaejoong menyadari bahwa pria didepan mereka tidak lain merupakan kekasih Jung Ah sangat pecemburu jika dilihat gurat wajahnya. Tidak ingin mencari masalah sehingga ia memutuskan mundur terlebih dahulu meski masih cemas kondisi buruk Jung Ah. Sebelum berbalik pergi ,Jaejoong menundukkan kepala serta menyetarakan ketinggiannya dengan tubuh  Jung Ah.

“Banyak beristirahat! Kuharap kau cepat kembali sehat.” Jaejoong menatap lembut Jung Ah. “Aku senang hari ini bisa membagi waktu menyenangkan bersamamu.” lanjutnya tersenyum lebar.

Jung Ah mengangguk, berusaha menghindari tatapan lembut Jaejoong. Ia menundukkan kepalanya sambil menelan ludah, berharap Yunho tidak mendengar semua perhatian terang terangan Jaejoong untuknya.

Tangan Jaejoong mengelus puncak kepala Jung ah “Kamu harus segera sehat dan aku akan mengajakmu ke tempat lain di London. Goodbyesee you again!” ujarnya menegakkan tubuh dan tersenyum penuh kemenangan seakan puas dengan ekspresi tidak senang di wajah Yunho sebelum mengangkat kaki dari tempat itu.

Jaejoong memutar tubuhnya, membelakangi sepasang kekasih tengah memandangi langkah kepergiannya. Bibirnya mengumam kecil dan seulas smirk disana.

 ”Sayang sekali, jika lelaki itu kekasihmu. Jika kau bersamaku, kau tidak perlu ketakutan seperti itu sebab aku akan memperlakukanmu lebih baik lagi.”

———–-T.B.C-————-

Seharusnya ini part terakhir tapi berhubung terlalu panjang, harus dibagi 2 yaitu side a dan b. Mianhae jika menemukan typo atau segala kekurangan dalam ff ini. Buat yang menunggu kelanjutan Dirty atau Criminal, mohon bersabar menunggu, sulit bagi saya untuk menyelesaikan beberapa ff dalam waktu singkat.

Teman teman, saya mohon kalian ikut meramaikan dua postingan iseng”an saya, lumayan kita saling sharing disitu dan bagi bagi info. Can you join it–> Kpop MV | Watch a Movie.

Last, please mind to comment for me. I need your opinion.

Adios   :D



Red Balloon (Side Story Dirty)

$
0
0

RED BALLOON

Cast:

Jung Yunho

Son Jung Ah

Kim Junsu

Genre: Angst. Romance, Sad | Length: Oneshoot | Written By:  @Mischa_Jung

————————

Previous Part: 1  2 3

Semua terlihat gelap dan membosankan, terlihat sama saja dengan hari sebelumnya bahkan bertahun tahun lalu. Gedung gedung tinggi menjulang memadati ibukota, cercahan cahaya lampu berpendar dan juga kesibukan yang membuat istilah ‘town never sleep‘ semakin kuat pada julukan ibukota. Tidak ada yang bisa mengembalikan mood jeleknya termasuk pemandangan kota lewat jendela ruangannya. Ia selalu melakukannya pada waktu yang sama disetiap hari, memandangi kota yang tidak berubah.

“Ini malam yang indah bukan?”

Seorang wanita berbalut baju lingerie hitam berbisik mesra ditelinga lelaki yang berdiri, memandangi keluar jendela dengan tatapan datar. Yunho menyunggingkan smirk khas diwajahnya setelah menangkap suara nakal yang bermaksud menggodanya. Tangan wanita itu melingkar dipinggangnya dan menelusup dibalik kemeja yang dikenakannya, meraba otot otot diperutnya.

“Apa kau ingin membuatku tidak bosan malam ini?” tanya Yunho memutar tubuh, melihat jelas penampilan wanita tersebut.

Wanita itu cantik, meskipun lipstick merah dan riasan sedikit tebal masih menempel dikulitnya bahkan memiliki bentuk wajah dan tubuh hampir sempurna. Ia tahu semua keindahan yang ada dihadapannya itu diperoleh dari uang dan pahatan pisau bedah. Begitulah wanita, mereka selalu tidak pernah merasa puas dan selalu ingin menjadi paling sempurna. Ironis bukan?

“Aku akan membuatmu sibuk malam ini.” jawabnya membelai pipi Yunho dan tersenyum menggoda.

Yunho menyeringai puas atas respon wanita itu yang semakin gencar ingin membuatnya lebih bergairah “Baiklah…aku mempercayaimu. Bukankah Choi Gina paling hebat dalam urusan seperti ini.”

Gina tanpa basa basi segera merengkuh pipi Yunho, meraih bibirnya dengan lapar dan berciuman panas. Lelaki itu juga membalas sentuhan rakus dari bibir yang masih terpoles lipstick sehingga  warna merah telah mencoreng kulitnya. Tidak peduli lagi kecuali nafsu sebagai lelaki normal telah terbangun. Ia tahu malam ini akan panjang dan berakhir dengan kepuasan diatas tempat tidur kamarnya.

Tidak pernah ada cinta kecuali hasrat nafsu.

—————————-

“Jika kamu membenci hidupmu, maka salahkan  appa-mu!”

Tangan Junsu terkepal, urat nadi seolah menonjol jelas dikulitnya. Ia terdiam menunjukkan kedua matanya berkilat tajam pada seorang pria paruh baya yang tersenyum sombong dikursi kekuasaannya. Pria tua yang selalu memandang rendah dan mempermainkan nasib orang.

Junsu merasakan ketegangan mengelilingnya seolah nyawa terancam. Beberapa lelaki berbadan jauh lebih besar darinya dengan berjas hitam tepat dibelakangnya, seakan siap akan menghajar jika ia berani bertingkah macam macam.

“Dasar kau dan appa-mu tidak berguna! Kalian berdua sama seperti sampah. Pantas saja appa-mu mati sia sia.”

Hati Junsu semakin panas dan sesak seolah pisau dilumuri bara panas telah mencungkilnya kuat. Penghinaan terus saja dilontarkan yang memekakkan telinga seolah dirinya tidak pantas dihargai seperti manusia. Ucapan kasar itu tidak dapat diterima lagi.

“Kau tidak berhak menghina appa-ku, Tuan Jung Hyunsik!” Junsu berteriak geram dan sontak memukul meja, menimbulkan suara dentuman keras.

Pria disebut Jung Hyunsik menyunggingkan senyum licik. Dengan berani menatap mata penuh emosi Junsu dengan raut wajah menantang. Ia tidak akan pernah takut jika lelaki jauh lebih muda itu segera mencabik cabik mukanya. Lagipula bukankah ia sudah dilindungi senjata yang penurut sekaligus ganas seperti anjing herder.

“Apakah kau tahu apa yang akan terjadi?” ujar Hyunsik merendahkan kemudian melirik beberapa pria yang dimaksud senjatanya kini siap bergerak maju.

Kedua mata Junsu melebar ketika kerah bajunya telah ditarik kebelakang sehingga terpental ke lantai. Dirasakan pukulan menghantam rahang dan mengeluarkan darah segar mengalir sudut bibir. Junsu menyeka darah, menatap penuh kebencian satu per satu pria berjas hitam yang bekerja untuk lelaki tua arogan.

Belum sempat Junsu siap bangkit atau berniat membalas pukulan mereka, ia langsung dihadang pukulan membabi buta atau tendangan yang menyerang sekujur tubuh. Erangan kesakitan Junsu semakin keras dan tidak berdaya dibawah kekuatan para pria yang sudah diberi intruksi untuk berbuat kasar dan tidak manusiawi.

Pandangan Junsu agak mengabur, suara desahan kesakitan bercampur teriakan parau terus keluar dari bibir berdarahnya. Tidak dapat dibendung lagi atau melawan sendirian. Sepintas ia memenjamkan matanya dan merapatkan giginya, menahan sakit luar biasa. Pikiran buruk mulai menghantui kepalanya. Bagaimana ia akan mati disini? Atau mungkinkah mereka akan menghajarnya secara sadis sampai kehilangan fungsi anggota tubuhnya.

Hyunsik memandang datar Junsu kini tengah meringkuh, berusaha melindungi bagian tubuhnya. Sesekali lelaki itu bergerak untuk melayangkan sedikit perlawanan lemah. Tanpa belas kasihan seolah ia telah menikmati apa yang didepan mata. Menyaksikan penderitaan tanpa hati.

—————————–

Matahari kini berada dipuncak langit. Hembusan angin membawa hawa musim panas. Pancaran surya yang terik menembus jendela terbuka lebar diruangan serba putih. Gerak gerik wanita dalam ruangan dapat terbaca melalui pantulan bayang bayang mereka di lantai akibat cahaya matahari telah menerpa kedua sosok tersebut.

Jung Ah tengah menyisir lembut rambut wanita paruh baya. Sesekali diciumi sehelai rambut, menghirup wangi shampoo yang selalu dipakai wanita itu. Bau lembut bercampur wangi khas yang menempel dari tubuh ibunya. Ia meletakkan sisir di meja samping tempat tidur dan mengeluarkan senyuman termanis.

Eomma sangat cantik.”

Wanita paruh baya hanya merespon dengan wajah datar dan tatapan kosong. Bibir kering itu tidak mengucapkan sepatah katapun menanggapi pujian dari putri tunggal. Setiap hari ia menampakkan ekspresi yang sama dan nyaris tidak pernah berbicara.

Awalnya senyuman ceria Jung Ah perlahan memudar, berubah menjadi senyum miris. Kemudian dipeluknya erat tubuh ibunya yang ringkih dan mudah rapuh. Jung Ah menempelkan telinga tepat didada ibu, sepasang matanya terpenjam.

Lantunan jantung berdetak lembut terdengar merdu ditelinganya. Mungkin orang lain mempunyai hobi mendengarkan musik tetapi bagi Jung Ah, tidak ada yang lebih nyaman selain mendengar suara organ sumber kehidupan ibunya.

Meski kau seperti ini tapi setidaknya kamu tetap hidup bersamaku

Bibir Jung Ah tersenyum dan tidak ingin membuka mata bila saat saat seperti ini. Terlalu hangat dan nyaman untuk melepas diri dari tubuh ibunya, seorang yang ia miliki satu satunya dalam keluarga. Soal ayah? Jangan bicarakan tentangnya sebab hanya membuat hati semakin sakit dan kecewa.

Terima kasih tuhan, setidaknya kau masih menyisakan orang berharga dalam hidupku…

——————————-

Langkah Yunho menyusuri koridor rumah yang besar, persis istana dan diisi perabotan kelas atas bahkan beberapa dengan harga tidak ternilai.  Bangunan luas ini terkesan sepi meski banyak penghuninya, sebagian besar sudah pasti anak buah dan pengawal, sisanya para butler, pengurus kebun dan koki. Ia tidak asing dengan lingkungan mewah sejak lahir dan dituntut menjadi sosok yang tidak berbeda dari ayahnya. Bayang bayang anak laki laki kesepian, bermain sendirian dalam kamar terlalu besar itu menelusupi benaknya.’

Ia membenci tempat yang memberi kedukaan cukup mendalam. Pertengkaran hebat, tidak memahami makna keluarga dan kematian ibunya setelah sidang penceraian. Semua kesedihan tertanam dalam rumah itu. Sisa sisa kenangan yang pernah membahagiakan seolah lenyap. Benar kata orang, kesedihan selalu lebih kuat.

Tiba tiba langkah Yunho terhenti tepat ia melihat orang lain yang keluar dari ruangan ayahnya. Seorang lelaki muda terhuyung huyung diseret kasar oleh dua pengawal ayahnya. Sekilas memperhatikan wajah pemuda yang sudah dipenuhi memar, pernafasan terputus putus dan tampaknya juga kehilangan tenaga.

Yunho termanggu sejenak, sesaat pandangan saling bertemu dengan sorot mata sayu pemuda malang  sebelum dibawa pergi secara paksa. Tatapannya masih mengikuti arah pemuda itu sampai menghilang dibelokan bersama dua pria berbadan besar. Tanpa bertanya atau diberitahu siapapun, ia tahu pemuda malang itu pasti bernasib buruk disebabkan ulah seseorang.

“Cih…apakah menyenangkan melihat orang hampir mati, aboji?”

Gumaman Yunho terlontar penuh sindiran dan sangat muak. Tidak berniat sedikitpun menolong lelaki tak dikenal atau sekedar menghentikan. Ia tidak pernah ingin tahu atau peduli siapapun yang berurusan dengan ayahnya. Yunho memutar kenop pintu dan begitu pintu terbuka, pandangannya langsung tertuju sosok pria sedang duduk dibalik meja dengan wajah sangat kaku menyambutinya.

“Apa yang kau inginkan?”

Yunho bertanya dengan nada tidak niat dan masih berdiri beberapa meter tak jauh dari tempat ayahnya duduk.

“Duduklah!” Suara tegas Hyunsik memerintahnya. Yunho mendengus lalu duduk dikursi hadapan ayahnya yang terpisah oleh meja.

“Katakan saja langsung pembicaraan penting?” tanyanya tidak senang berbasa basi.

Hyunsik menatap tajam putranya yang sedaritadi berbicara ketus. Ia memang tidak memiliki hubungan komunikasi menyenangkan bersama Yunho, semua terjadi tepat anak itu tumbuh dewasa dan sementara dirinya terlalu sibuk bekerja. Namun hubungan ayah dan anak semakin bertambah buruk semenjak Hyunsik berniat menceraikan ibunya.

“Kurasa sebaiknya kita bicarakan saat makan siang nanti.” ujar Hyunsik beranjak berdiri dari kursi kemudian beringsut pergi.

Tepat suara pintu tertutup setelah ayahnya keluar dari ruangan, Yunho mendengus tidak senang. Berapa banyak lagi waktu harus berlama lama dirumah ini, ditempat yang selalu membuatnya merasa tercekik.

——————————

Sorot mata Jung Ah menelusuri berbagai yang muncul dalam pandangannya. Beberapa pasien bermain main, suster berlalu lalang menjaga pasien dan beberapa orang tampak normal duduk dibangku taman depan rumah sakit jiwa. Pemandangan yang sama dengan siang kemarin bahkan hari hari sebelumnya.

Melalui pantulan kaca jendela, Jung Ah menatap sosok ibunya sedang terbaring diatas kasur dan nyenyak disana. Ia mengusap sedikit air disudut mata yang meleleh tanpa sadar. Tiba tiba ia melupakan bagaimana wajah ibunya tersenyum atau bagaimana suaranya jika memberi nasihat untuk putrinya telah tumbuh dewasa. Sudah terlalu lama ia harus bersabar melihat sosok menyedihkan ibunya. Tidak tega.

Andaikan saja appa tidak berselingkuh..

Andaikan saja appa tidak meninggal secepat itu…

Mungkin saja kita tidak akan seperti ini…

Nasib memang tidak dapat direncanakan oleh manusia itu sendiri, maka ia tidak bisa berbuat apa apa jika Tuhan sudah menakdirkan padanya. Sedih memang tapi bukankah ibunya pernah berpesan untuk tetap mensyukuri apapun keadaan.

Apa takdir mengenaskan patut disyukuri?

Kalau begitu yakini saja Tuhan akan selalu ada untukmu. Doa adalah satu satunya cara dan percayalah padanya…

Terngiang ngiang suara ibunya sebelum memasuki rumah sakit jiwa, masih berkehidupan seperti ibu rumah tangga normal pada umumnya. Mungkin inilah salah satu menjadi alasannya tidak berpaling dari Tuhan. Setiap ingin menjeratkan tali dileher atau menggoreskan silet dipergelangan tangan, nasihat itu muncul begitu saja dalam ingatan seolah peringatan.

Jung Ah menghembuskan nafas panjang, menyudahi pemikiran sedihnya. Lagipula ia masih punya seseorang lain yang bisa memberinya kebahagiaan. Wanita itu menyambar ponsel, menekan kontak nomor telepon yang sudah hafal diluar kepala. Ditempelkan ponsel ketelinga dan menunggu respon dari penjawab sambil menyungging senyum kecil.

“Junsu-yya…” ujarnya ketika hubungan telepon terjawab setelah memakan waktu beberapa detik.

Jung Ah..”

Keningnya berkerut setelah mendengar suara lelaki diseberang. Ia lantas melanjutkan lagi.

“Apa kau baik baik saja?”

“Hhh…a..aku baik saja.

Telinganya menangkap keganjilan dibalik suara Junsu. Deru nafas terengah engah bercampur desis ringgisan seperti sedang berusaha menahan kesakitan. Lelaki itu terdengar berbeda dari biasanya.

“Kau berbohong.” sahut Jung Ah tegas tapi bernada getir. “Sebenarnya kau tidak baik baik saja kan?”

“Jung Ah, jangan meracau! Aku baik baik saja,  sungguh…..

Wanita itu terdiam sejenak, mengigit bibir bawahnya cemas “Aku tahu kau. Jebal… Kau dimana? Aku ingin menemuimu.”

“Bicara apa kau? Jangan bicara tidak tidak…ouch..”

“Cepat lekas beritahu dimana kau!”

Jung Ah spontan meninggikan suaranya. Rasa panik mulai menguasai dirinya sehingga ia tidak dapat mengendalikan diri lagi. Ia yakin Junsu dalam kondisi jauh dari kata ‘baik baik saja’ bahkan mudah mengetahui bagaimana lelaki itu berbohong hanya dengan melalui suara. Pikiran mulai dipenuhi bayang bayang terburuk tentang kekasihnya dan bergumam, berharap hal paling buruk tidak terjadi.

Yoboseyo..yoboseyo…” Jung Ah mendapatkan suara telepon yang terputus secara sepihak. Ia menggelengkan kepalanya yang mulai pusing, jantung berdebar kencang, dan pupil mata melebar cemas.

Tanpa berpikir panjang, ia menyambar tas dan sempat mengecup kening ibunya sebelum keluar ruangan dengan langkah tergesa gesa. Kini seluruh saraf otaknya seolah dipenuhi kebimbangan tertuju pada Junsu. Ia perlu memastikan sendiri keadaan kekasihnya.

—————————-

Daerah perumahan kumuh yang terlalu sepi. Tak ada satupun orang berkeliaran disana dan entahlah kemana penduduk situ. Tak ada tanda tanda manusia kecuali Junsu sedang menyeretkan kakinya, berusaha berjalan dan tangannya juga aktif untuk meraba sesuatu yang bisa menjadi penompangnya. Nafasnya tersenggal senggal dan dada bidangnya naik turun. Tulang rusuk dan bagian dada seolah hampir remuk. Goresan luka serta memar yang membiru tersebar hampir diseluruh tubuhnya bahkan dibagian tubuh vital.

Tangan Junsu melemas sehingga ponsel dalam genggamannya tak sengaja terlepas. Ditatapnya ponsel yang tergeletak tepat di depan sepatu ketsnya, kemudian ia membungkuhkan tubuhnya, bermaksud mengambil ponselnya. Tiba tiba ia merintih kesakitan, memar diperut telah berdenyut hebat akibat tekanan diperut. Darah dipelipis juga mengalir membuat kepala terasa pening dan luka luka dikulitnya pun sangat perih.

Ia kemudian menegakkan tubuhnya kembali setelah menahan sakit untuk mengambil ponsel. Disandarkan tubuhnya ke dinding. Lutut Junsu melemah, nyaris sudah tidak kuat menompang tubuhnya sehingga ia terduduk lemas. Tidak sanggup menggunakan kedua kakinya untuk berjalan setelah dipukul cukup keras oleh beberapa pria berbadan tegap dan jauh lebih besar dibandingkan tubuhnya.

“Aisshh….sial!” maki Junsu menyadari tidak ada satupun yang melewati jalanan ini.

Rupanya para bandit sengaja melempar dirinya ke jalan sepi dari mobil setelah menghajar habis habisan. Ia sebenarnya tidak memiliki kesalahan apapun pada mereka, hanya saja karena nasib malangnya. Andai saja orang tua tidak meninggal secepat itu dan bisa menyelesai utangnya, mungkin Junsu tidak akan mendapatkan pukulan, luka dan memar.

Junsu menghela nafas, keringat bercucuran sampai kaos putih lusuhnya itu sedikit basah. Saat itu matahari bersinar amat terik, menambah penderitaannya. Kedua mata Junsu menatap sedih langit musim panas. Ia yakin kecemasan namdongsaeng-nya, Junho bertambah setelah menemukan hyung-nya diseret paksa keluar oleh para lelaki berpakaian serba hitam. Masih ada seorang lagi yang merasuki pikirannya selain Junho.

Terngiang ngiang suara panik wanita itu lewat telepon. Tidak seharusnya ia memutus sambungan telepon saat Jung Ah memaksanya menjawab dimanakah dirinya berada. Ia terpaksa dan semua itu beralasan.

Jung Ah, mianhae….

Junsu menghela nafas panjang dan memenjamkan matanya sejenak. Rasanya ia telah menjadi lelaki tidak berguna dan tidak bisa berbuat apapun. Beberapa detik kemudian, Junsu memutuskan membuang pikiran lemahnya dan mengumpulkan sisa tenaga, ia berusaha bangkit dari posisi duduknya meski harus bertumpu pada dinding. Lelaki itu kembali mengayunkan kakinya, melanjutkan perjalanan pulang.

Setelah hampir memakan waktu setengah jam, ia akhirnya melihat bangunan rumahan kecil dari kejauhan. Tinggal beberapa langkah lagi ia bisa kembali ke tempat yang disinggahi bersama namdongsaeng dan berbaring di kasur empuknya. Nafasnya terengah engah setelah berjalan dengan jarak yang cukup memakan tenaga, ditambah lagi cuaca panas membuatnya semakin tersiksa selain menahan rasa sakit ditubuh.

Sambil memegangi luka diperut, Junsu tetap memaksakan diri mengayunkan kakinya meski sudah tertatih. Ia tidak akan takut jika seandainya para rentenir datang untuk menghancurkannya jauh lebih parah dari ini. Ini bukan pertama kalinya ia menerima pengeroyokan tanpa belas kasihan.

“Junsu…”

Spontan langkah Junsu terhenti, ia mendadak terdiam sejenak dan tubuhnya menegang sesaat. Perlahan dia menoleh kebelakang, menelan ludah yang tercekat ditenggorokan. Jung Ah berdiri disana, menampakkan raut kekhawatiran dan nafas juga tidak teratur. Mulut Junsu terkatup rapat dan membuang muka sekilas, benaknya memaki.

Sial…aku tidak mau kau melihatku dalam keadaan seperti ini.

Jung Ah mengerjapkan matanya berkali kali sambil membekap mulutnya, terkejut setelah menemukan wajah kekasihnya penuh luka dan memar. Sementara lelaki itu masih menghindari tatapannya.

“K..kau terluka?” tanya Jung Ah menghampiri Junsu. “Hei..jawablah! Lekas beritahu aku apa yang terjadi sebenarnya!” tambahnya menyerang kalimat penuh paksaan.

“Aku baik baik saja. Berhentilah menjadi wanita cerewet!” Junsu menjawab sedikit keras, kemudian menelan ludah ketika menangkap wajah sedih Jung Ah menatapnya terkejut. “Jangan khawatir! Ini karena aku melerai pertengkaran dua orang mabuk barusan. Tenang saja, kejadian ini tidak akan terulang lagi. Lagipula dua orang mabuk itu sudah dibawa kepolisian.”

Kebohongan terpaksa keluar dari mulut Junsu. Ia mengarang alasan masuk akal. Untuk semakin meyakinkan gadis itu, Junsu mengeluar cengiran konyol dan merangkul pundak Jung Ah. Ditatapnya lekat lekat wajah cantik yang selalu saja mudah memikatnya semenjak pertama kali bertemu. Bedanya dipertemuan pertama, ia hanya melihat senyuman polos seolah tanpa beban, bukan ekspresi panik dan khawatir seperti dilihatnya sekarang.

“Tenanglah! Aku ini sangat kuat lebih dari dugaanmu. Asal kau tahu, aku merasa semakin keren setelah melerai pertengkaran. Ahhh…rasanya aku seperti tokoh yang gentleman dalam drama TV.” ujar Junsu menyengir penuh bangga.

Ekspresi cemas Jung Ah masih belum berubah. Ia menyentuh pelan luka disudut bibir Junsu. Sepasang matanya terus menjelajah luka dan memar lain dengan miris.

“Daripada terus terusan mengasihaniku, sebaiknya kau menjadi perawat untukku saja. Kebetulan aku butuh suster cantik dan juga….” sahut Junsu lalu ditariknya tangan Jung Ah. Tepat tubuh gadis itu semakin dekat, ia sigap mengecup bibir kecilnya yang manis. “Bisa dicium olehku.” sambungnya mengedipkan sebelah mata.

Pipi Jung Ah bersemu dan ia sempat tertegun sebentar. Kemudian gadis itu buru buru menekuk sudut bibirnya kebawah, berpura pura jengkel dengan surprise kiss. Lantas dipelototi kekasihnya masih tersenyum seraya ingin terus bermain main dengannya.

“Jangan memasang wajah seperti itu! Nanti aku akan menciummu lagi disini, didepan umum..”

“Tidak tahu malu! Playboy! Nappeun!”

“Hei…omonganmu tajam sekali. Aku tidak akan iseng lagi. Ayo kita masuk saja, obati aku sekalian!” ujar Junsu merangkul pundak Jung Ah, menyeretnya masuk kedalam tempat tinggalnya, rumah kontrakan murah dan sedikit kumuh.

Diam diam, Junsu menghela nafas lega. Setidaknya Jung Ah tidak menyerang pertanyaan lagi. Berharap dia tidak pernah tahu apa yang disembunyikannya. Ia tidak ingin beban Jung Ah bertambah sulit hanya karenanya. Wanita berada disisinya, itu saja sudah cukup.

———————–

Seorang lelaki tidak memperdulikan hidangan khas barat sudah tersedia dihadapannya, menyentuhnya saja tidak. Salah satu butler menuangkan wine putih sampai setengah gelas dan langsung menundukkan kepala dalam, berusaha menghindar ketika lelaki muda berwajah tidak ramah meliriknya sinis. Ia membenci apapun yang ada disitu, ingin segera keluar dari tempat ini.

Hyunsik, ayahnya yang awalnya mengatakan ia akan berbicara saat jam makan siang tapi sudah hampir lebih dari 15 menit tidak kunjung mengatakan apapun kecuali menikmati hidangan makan siang dari chef pribadi kebanggaannya. Yunho yang pada dasarnya bukan orang sabaran itu menenggak wine putih dan beranjak berdiri, menimbulkan suara gesekan kaki kursi yang bergerak mundur.

“Duduklah! Aku belum mengijinkanmu pergi.” Hyunsik membuka suaranya tanpa beralih dari aktifitas memotong steak, tetap mengunyah daging dimulutnya dengan tenang.

“Apa kau sedang ingin bermain denganku?” Yunho berkata ketus. “Aku akan pergi jika aboji tidak ada urusan apapun untuk memanggilku. Berada disini hanya membuang waktuku.” tambahnya berbalik, bersiap pergi.

“Kahi, masuklah!”

Kedua kaki Yunho refleks terhenti sebelum dua langkah lagi keluar dari ruang makan. Nama yang meluncur dari bibir ayahnya itu membawa seorang wanita berpenampilan elegan berjalan masuk ke dalam ruang makan. Wanita dengan kemeja tosca dipadu straight skirt berwarna krem itu membungkukkan kepala sopan tepat dihadapan Yunho.

Annyeong hasimnika. Park Kahi imnida. Senang bertemu dengan anda.” ujarnya memperkenal diri secara formal lalu ia beradu pandang dengan lelaki -yang tak lain adalah Hyunsik- melalui pundak Yunho.

“Yunho, beri salam padanya!” lanjut Hyunsik namun tidak diindahkan oleh putranya.

“Siapa wanita ini?” tanya Yunho dingin masih berdiri membelakangi ayahnya dan menatap skeptis Kahi, wanita belum pernah dilihatnya.

“Dia alasanku memanggilmu datang kesini.” jawab Hyunsik.

Tawa Yunho menggelegar dan memutar tubuhnya, melihat jelas sosok ayahnya masih berada diposisi sama “Tidak perlu berputar putar, langsung saja katakan saja intinya!”

“Aku akan menikahinya bulan depan.”

Seolah ada petir menyambar tepat dijantung Yunho, ia tertegun dan merapatkan bibir. Ingin berpikir ini adalah lelucon tapi ayahnya tampak serius dan pernyataan itu tidak main main. Entahlah tiba tiba pernafasan seolah susah dihembuskan dan tangannya mengepal keras, menahan sesuatu yang menyiksa dalam diri.

“Aku ingin memperkenalkan pengganti eomma-mu.”

Rasanya saat itu juga Yunho ingin mengebrak meja dan menyingkirkan segala yang ada dimeja makan sebagai bentuk pelampiasan kemarahan. Meski ia tidak menyukai ayahnya dan selalu bersikap tidak peduli tapi entah mengapa kabar itu malah membuatnya seolah dicabik cabik. Ia pun menoleh wanita persis dibelakangnya, tersenyum manis, mengeluarkan mimik yang setidaknya lebih ramah dibandingkan sebelumnya.

“Apakah kau bisa menjadi eomma-ku?”

Ne…aku berharap kita bisa akrab meski mungkin akan sulit pada awalnya.” jawab Kahi membalas senyuman Yunho. Ia awalnya sempat tegang karena telah berpikiran lelaki itu mungkin akan bersikap tidak menyenangkan padanya setelah mendengar banyak desas desus tentang sifat Jung Yunho.

“Benarkah?” Yunho bertanya dengan senyuman masih tersungging diwajahnya. “Tapi kurasa aku tidak akan pernah bisa akrab dengan wanita sepertimu.”

Raut wajah Kahi berubah terkejut ketika menemukan perubahan wajah Yunho yang sempat terlihat ramah kini begitu menakutkan dan tajam. Ia menahan nafas seketika saat lelaki muda itu mengambil langkah lebih dekat. Wangi parfum aigner cukup mencolok dihidung Kahi membuat jantung semakin berdenyut cepat, gugup. Wajah yang tampan itu terlalu dekat seolah mudah menaklukkan wanita manapun.

“Sepertinya kau belum terlalu tua. Berapa umurmu?”

“Umur 30 tahun.” jawab Kahi berusaha tenang dan memperlihatkan dirinya sebaik mungkin.

“Ah! Hanya lebih tua dua tahun dariku.” Yunho berujar datar, memandangi Kahi penuh rencana dan senyuman semakin sulit diartikan. Didekatkan bibirnya tepat disebelah telinga Kahi “Daripada menjadi istri seorang lelaki terlalu tua untukmu, sebaiknya kau pergi bersamaku dan akan kuajari banyak hal termasuk urusan ditempat tidur sebab aku ahlinya.”

“YUNHO!!!!Jaga mulutmu!”

Ujung bibir Yunho terangkat sebelah, menyeringai puas. Suara ayahnya menggelegar penuh amarah itu memperingatkannya. Sepertinya ia terlalu kelewatan telah menggoda wanita yang akan menjadi istri baru ayahnya. Ia kembali menatap lekat wajah Kahi yang mulai memucat lalu diangkatnya dagu runcing wanita itu, mempertemukan kedua matanya.

“Jika kau ingin menjadi orang bahagia dan dikelilingi kemewahan, disini bukan tempatmu sebab putra calon suamimu akan mengacaukan segalanya. Maka pergilah sebelum terlambat! Masih ada kesempatan untuk itu.” bisik Yunho sedikit mengancam, sengaja memancing kemarahan ayahnya.

“Kau ini benar benar breng…” Ucapan Hyunsik terpotong setelah sadar dirinya hampir saja melayangkan makian didepan wanita dan putranya.

“Kurasa sebaiknya aku pulang saja.” Yunho tersenyum remeh dan kedua tangan dimasukkan kedalam saku celana. Ia sempat menoleh kearah dua orang sebelum menghilang dari pandangan mereka “Ah…aku baru saja melupakan satu hal. Tidak perlu mengundangku ke pernikahan kalian sebab aku tidak akan pernah datang. Selamat tinggal.”

Begitu selesai mengatakan ucapan tersebut, Yunho mengambil langkah jauh jauh dari ruang makan. Ekspresi sinis perlahan membentuk raut muram dan kedua mata menjadi sendu. Menutup hati kecewa dengan melemparkan sindiran ternyata belum cukup membuatnya puas dan lega. Mungkinkah ia perlu mengacaukannya nanti.

—————————–

Wanita dalam pantulan kaca cermin itu sibuk merapikan rambutnya, mengikatnya dengan karet. Disibak ujung rok lipit selutut pink bermotif kotak dan membenarkan letak pita besar yang melingkar di kerah leher. Pakaiannya sudah rapi, sempurna.

Jung Ah mengerlingkan matanya ke arah penutup wajah berbentuk kepala tokoh boneka gadis cute berambut cepol dua. Ia selalu mengenakannya hampir tiap hari. Menjadi maskot taman bermain Everland bukan sesuatu yang mudah bahkan ini pekerjaan sangat melelahkan. Harus menyesuaikan diri dari cuaca panas atau dingin terutama jika sudah memakai penutup kepala. Ditambah lagi ia diwajibkan bertingkah ramah dan mengeluarkan gerakan ceria, sesuai dengan image maskot.

Do the best for yourself, for your life

Ditutupnya kedua mata, mengambil pasokan oksigen agar memenuhi ruang paru paru. Ia perlu merefleksikan diri sebelum memulai pekerjaan. Cara terjitu untuk mengumpulkan semangat dan jiwa menjadi lebih rileks. Bukankah ia akan menyebarkan energi positif yang menceriakan pengunjung taman bermain nanti.

“Jung Ah…giliranmu. Cepatlah keluar!” sahut lelaki juga merupakan pekerja ditaman bermain itu melonggokan kepala dari balik pintu kemudian berlalu.

Terdengar suara teman menginterupsi ditelinganya, bibir Jung Ah ketarik keatas dan tersenyum simpul. Ia berbalik, membelakangi kaca cermin lalu diraihnya penutup kepala itu.

Langkah kecilnya menuju keluar ruang ganti dan kedua pandangannya menangkap takjub keramaian hiruk pikuk taman bermain. Dihelanya nafas lembut dan memasang penutup wajah maskot itu sehingga menutupi seluruh kepalanya. Bekerja keras dimulai dari sekarang. Dalam benak hatinya mengumam.

Akulah badut maskot yang bersemangat dan siap menceriakan siapapun.

———————–

Jung Yunho, lelaki itu berdiri ditengah tengah orang orang berlalu lalang dengan wajah bahagianya. Tawa khas anak anak dan gemuruh perbincangan orang dewasa, suara gesekan atraksi bermain sedang bekerja atau lantunan melodi ceria berasal dari speaker. Berbagai macam suara telah menyatu dalam suasana tidak kunjung berhasil mengubah ekspresi lelaki itu selain raut suram tanpa senyuman, sangat tidak sesuai dengan situasi sekitarnya.

Tatapan nanar bergantian memandangi apapun ditangkap oleh daya penglihatan. Mereka yang bersenang senang, mereka yang tersenyum, dan mereka yang berbahagia. Yunho tidak merasakan satu pun perasaan yang sama dengan orang orang disekitar, kecuali kesedihan yang sudah lama mengendap dalam dirinya. Tak lama hingga ia melangkah lurus dengan langkah gontai.

Anak laki laki tengah berjalan melewati Yunho, kedua tangan digenggam oleh pasangan suami istri yang berjalan berdampingan. Keluarga sempurna persis cerita dongeng. Dalam sudut pandangnya, Yunho dapat menemukan tawa yang dipenuhi kehangatan dan sesuatu yang indah diantara mereka atau disebut kasih sayang. Memandanginya dengan jantung berdenyut sakit. Apa yang dilihat tentang keluarga bahagia itu merupakan refleksi dirinya.’Semua terlihat hidup meski hanya sekedar bayang ilusi. Kenangan tidak akan pernah mati dan manusia akan selamanya terperangkap dalam ingatan, seperti kata orang kebanyakan. Ada gejolak kuat memukul dadanya, membuka satu per satu layar ingatan masa  kecil.

Dulu kami bahagia, aku masih tidak paham kenapa perasaan itu bisa hilang? Mengapa orang begitu cepat berubah? Semua telah berbeda termasuk diriku juga.

Aboji….apakah rasa cintamu memang sudah hilang? Lupakah dirimu? karena keegoisanmu, eomma harus mati. Seandainya keputusan cerai itu tidak pernah ada, mungkin saja aku dan eomma tidak perlu semenderita ini. Kau pembunuhnya dan juga…

Telah menghancurkan hidupku, aboji…

Dada bergemuruh kencang, semakin terkoyak dengan rasa sakit. Ia tidak bergeming lagi dan lagi lagi luka membasuh jiwanya yang tandus. Ayah berniat menikahi wanita yang sedikit lebih tua darinya, bersama wanita lain setelah kematian ibu sudah terlewati setahun. Sementara dirinya telah bersenang senang dengan entah berapa banyak wanita tapi tidak satupun dapat melampui kuat hatinya. Baginya hidup cuma bernafas dan makan 3 kali sehari, ia tidak punya alasan selain itu.

Yunho merindukan masa masa yang terkunci dalam ingatan. Menikmati wujud kenangan lama kemudian merasakan sakit yang sama seperti sebelumnya.  Sepertinya ia membutuhkan sesuatu yang orang orang mengatakan itu adalah karunia dari perasaan -cinta-. Dia menginginkan chemistry itu kemudian merasakan sensasi yang dialami dari perasaannya. Benaknya terus berbicara sendiri.

“Tuan…”

Yunho tersentak. Sebuah suara lembut memecahkan kesunyian dalam diri. Tertegun, pandangannya terlempar persis dihadapannya. Siluet manusia berwajah cute, tidak itu lebih tepat wujud  topeng badut maskot. Ia tidak tahu bagaimana rupa asli dibalik penutup kepala tapi Yunho yakin dari suara  pemiliknya adalah wanita.

“Apa kau baik baik saja?” tanya wanita berpenampilan badut maskot, nada khawatir tertangkap jelas disana.

Yunho tidak kunjung menjawab, tidak bereaksi apapun kecuali memandanginya dengan tatapan kosong. Ujung matanya melirik balon balon berbagai warna didalam genggaman badut maskot.

“Kau tertarik dengan balon?” Badut itu bersuara lagi setelah menemukan pandangan lelaki yang tertuju pada balon.

“Tidak…” jawab Yunho lugas. Yang benar saja, apa aku terlihat seperti orang kurang sadar umur untuk menyukai balon. Ia mendongahkan kepala kearah atraksi bianglala yang besar dan tinggi menjulang menembus langit.

Badut maskot itu mengikuti arah pandangan lelaki yang begitu lekat kearah bianglala. Dibalik penutup kepala, ia dapat membaca rona wajah muram yang tidak kontraks dengan orang orang yang biasanya akan menyapanya senang atau sekedar melempar senyum jika dirinya datang. Tanpa mencari tahu apapun, ia yakin lelaki ini bukan orang tengah berbahagia.

“Tuan…”

Pandangan Yunho teralih kembali dan menatap badut maskot dengan datar.

“Mungkin kau tidak menyukai balon tapi kau bisa menggunakan ini untuk membuang perasaan yang terusik dan terbangkanlah ke langit bersama doa doamu.”

Badut maskot berbicara lembut senantiasa menyerahkan balon merah. Tak sedikitpun kata keluar dari bibir Yunho. Ia terdiam, masih membisu memandangi tangan putih dan halus tengah mengenggam tali pita balon. Entah darimana dorongan itu berasal, ia akhirnya menyambuti balon itu dari badut maskot.

Doa adalah satu satunya cara dan percayalah padanya. Tuhan selalu bersama kita.”

Jantung Yunho berdetak lebih cepat, apapun terucapkan wanita yang belum diketahui wujudnya telah bergetar jelas dalam jiwa. Kalimat terakhir telah mengambil alih penuh akalnya dan membuat tidak bergeming, merenung seperti orang bodoh. Wanita itu telah mengajarkan apa yang belum pernah terpikirkan olehnya.

Ia kembali pada kesadarannya. Kedua mata kali ini bahkan mulai detik sekarang itu tidak pernah lepas dari sosok badut maskot. Wanita itu tampak ceria, bermain main dalam kerumunan bocah bocah mengelilingnya. Sesekali dia mengangkat tinggi balon balon seraya menggoda para bocah sedang berusaha melompat setinggi mungkin, menggapainya.

Meski dipenuhi tawa manja kekanakan para bocah, ia masih dapat menangkap jelas suara tawa wanita yang bergema ditelinganya, seakan berdering seperti bel.

Badut maskot tengah melambaikan tangan ramah pada semua bocah yang satu per satu meninggalkan dengan wajah bahagia serta sebuah balon ditangan masing masing. Yunho masih berdiri dibelakangnya, masih tidak bosan merekam jelas bagaimana gerak gerik wanita itu dalam pandangannya.

Setelah menyelesaikan kerjaan dan balon pun habis, badut maskot itu sekilas meregangkan tangan dan mengayunkan langkahnya kesuatu tempat. Kedua mata lelaki itu hanya bisa memandangi punggung mungil yang berjalan didepannya dengan penasaran, mengikuti wanita dibelakang.

Yunho berhenti melangkah saat dirasanya badut maskot menghampiri mesin penjual minuman dan membeli sekaleng orange juice. Begitu mendapatkan sekaleng minuman itu, dia duduk dibangku kosong tepat disamping mesin penjual minuman. Yunho kini bersandar di salah satu tiang lampu, masih belum melepas ketertarikan dari kejauhan.

Kedua alisnya terangkat cepat menandakan jika ia sedikit tersentak, sejenak bola matanya menatap lekat lekat setelah muncul wajah yang baru saja terbebas dari penutup kepala. Tercekat dan tidak menyangka wajah tersembunyi begitu cantik.

Bulir keringat menelusuri kulit putih halus, sepasang mata kecoklatan tidak terlalu besar tersiratkan  kelembutan, pipi dengan rona persis buah peach, dan bibir kecil kemerahan. Wanita badut maskot sengaja menaruh penutup kepala dipangkuan lalu ditempelkan kaleng orange juice dingin dileher. Sekilas dia tersenyum persis anak kecil merasakan kesejukan setelah memakai penutup kepala berjam jam.

Bukan kali pertama Yunho melihat wanita cantik, ia bahkan terlalu sering menemukan di club malam yang selalu didatangi dan berkencan semalam dengan mereka. Ia namun kali ini menanggapi wanita badut maskot dengan cara berbeda, dengan hati yang berbeda dibandingkan pertemuan wanita club.

Sudut bibir Yunho terangkat, membalikkan tubuh. Ia berjalan dengan langkah santai seolah sudah lupa apa yang membuatnya sedih pada sebelumnya. Beberapa langkah menjauh, Yunho berhenti lagi, tersadar balon masih dalam genggaman.

 ’Doa adalah satu satunya cara dan percayalah padanya. Tuhan selalu bersama kita’.

Tanpa disadarinya ia menempelkan tangannya tepat didada. Tidak dapat mengelak jika keadaaan jantung tampak berbeda, bergejolak dan terasa asing baginya.  Dalam pikirannya terus merengkuh bayangan sosok wanita yang berhasil merebut alih dirinya dalam waktu  sangat singkat, ia jelas masih mengingat wajah dan kata kata itu. Bibirnya mengumam doa seperti apa yang dianjurkan badut maskot.

Dear God, if I meet her again. I’ll makes her should be mine. I believe about an destiny.”

Yunho melepaskan tali pita balon ke udara. Iris hitam kelam menatap balon merah melayang bebas ke langit bersama doa yang diterbangkannya.

—————————–

Gemuruh club malam berisik seperti biasanya, sudah terbiasa berada ditengah suasana seperti itu. Yunho menatap kosong ke dance floor dipenuhi penganut kebebasan sedang tengah bergoyang penuh semangat seakan hidup hanya bersenang senang. Wanita sibuk meliukkan tubuh seksi dan melempar kerlingan mata menggoda.

Yunho yang dari awal hanya mengeluarkan ekspresi datar, tapi wanita wanita itu tidak henti hentinya melonggok kearahnya. Entahlah mungkin karena lelaki ini memang mempesona secara fisik dan penampilan sehingga kehadirannya mencolok. Bukankah wanita menyukai lelaki tipikal dingin dan menganggap itu keren.

Tak lama ia kemudian menuju meja bar, terlalu bosan dan tidak ada niat sedikitpun untuk berkencan. Ia duduk di kursi tinggi yang menghadap meja panjang dan rak etalase penyimpanan berisi gelas gelas berjajar dengan berbagai jenis botol minuman beralkohol. Setelah duduk, seorang bartender langsung menghampirinya, akan melayani.

Sekilas pandangannya bertemu sejenak dengan tatapan bartender. Memar dan luka yang tampak sudah diobati diwajah. Pandangan selektifnya perlahan turun dibagian dada si bartender, tepatnya pin bertulisan ‘Kim Junsu’. Sudut bibirnya terulas seringaian kecil.

Kita bertemu lagi, pria malang. Tampaknya kau cukup kuat, Yunho ingin berkata seperti itu tapi tidak ada satupun kata kata keluar dari mulutnya.

“Anda ingin minum, tuan?” Junsu bertanya sopan dan sedikit risih. Tatapan lelaki itu membuatnya tak nyaman, ditambah lagi sorot mata tajam yang terkesan negatif.

Liquor screwdriver..”

Junsu mengangguk, secepatnya ia menuju rak etalase dan menyiapkan gelas kaca beserta botol liquor dan vodka. Diraciknya kedua jenis alkohol bahan dasarnya kedalam segelas orange juice sehingga menghasilkan liquor screwdriver. Keahlian bartender semakin terlatih setelah beberapa bulan bekerja.

“Silahkan, tuan.”

Gelas berisi liquor screwdriver sudah didepannya, Yunho menyesapnya pelan dan menikmati rasa pekat dilidah bercampur alkohol. Tidak disangka lelaki malang ternyata bartender di club Silver, biasanya ia lebih suka berada di private lounge dibanding berbaur dengan orang lain di meja panjang sudut ruangan. Namun malam ini ia tidak ingin sendirian.

Junsu tengah mengelap meja panjang yang baru saja ditinggalkan pelanggan. Ia mendesah setelah menaruh kain lap dan melirik jam masih menunjukkan pukul setengah 11 malam. Waktu subuh masih lama, ia harus bertahan dan terjebak kedalam kebisingan. Seharusnya aku tidak melakukan pekerjaan ini, benaknya menggerutu dalam ketidaksiapan diri harus kuat tanpa tidur sepanjang malam.

Bola mata Junsu dilayangkan kearah dance floor yang semakin ramai. Sebagai lelaki normal, ia akan dimanjakan oleh pemandangan dimana wanita bertubuh seksi atau berpenampilan cukup liar telah berseliweran tapi dirinya malah menolak kenikmatan itu. Jung Ah masih tetap terbaik dibanding mereka, wanita menjaga harga diri memang lebih baik, ia membuat kesimpulan mudah.

Sejenak Junsu mengalihkan perhatiannya dari dance floor, mendadak kedua mata terpaku pada wanita berbalut dress selutut dibalik baju coat merah, rambut hitam panjangnya melewati pundak yang sengaja digerai membuat wajahnya innocent semakin memikat. Spontan menarik sudut-sudut bibirnya, membentuk seulas senyum lebar.

“Tidak biasanya kau sudi masuk kesini, Jung Ah.” Ia berdiri, sedikit menekukkan lututnya, mensejajarkan wajahnya dengan wajah wanita yang baru mendekati meja.

“Err…aku sebenarnya tidak ingin tapi..” lirih Jung Ah yang tiba tiba tidak menyelesaikan ucapannya, ia menatap wajah Junsu dengan perhatian. “Sepertinya luka luka itu sedikit lebih membaik.”

Junsu tertegun, kedua mata itu menangkap pandangan Jung Ah lalu tangannya membekap mulutnya sendiri sedang tertawa kecil.

“Apa yang kau tertawakan?” Jung Ah menggerutu dengan wajah merenggut, semakin terlihat konyol dimata Junsu.

Menggemaskan, pikir Junsu dan tawanya seketika berubah menjadi seulas senyuman simpul. Ia menompang dagu dengan sebelah tangan, pandangan masih belum lepas dari wajah cantik tepat didepan mata.

“Sebenarnya kau datang karena mengkhawatirkanku kan?”

Jung Ah mengerjapkan matanya cepat, tidak dapat mengelak bahkan setelah melihat senyum kekasihnya yang penuh percaya diri. Ia mengigit bibir lalu kepalanya bergerak, mengangguk pelan.

“Semenjak kau elah dipukul orang mabuk, aku berpikir tempat ini bukan tempat yang baik untuk bekerja. Sebaiknya kau berhenti saja dari sini.” ujarnya sedikit tak enak hati.

“Jung Ah...look at me!”

Wanita itu menahan nafas, dengan ling lung wajahnya mendongak pelan. Ia tercengang menemukan bibir Junsu masih tetap dengan senyuman lembut khas bahkan tatapan mata teduh seolah hanya ditunjukkan padanya.

“Aku tidak bisa berhenti dalam kondisi seperti ini. Meski harus mempertaruhkan nyawa sekalipun aku benar benar membutuhkan uang untuk hidupku dan Junho.”

Ekspresi Jung Ah berubah muram dan ia merasa lidahnya telah salah bicara. Entah mengapa ia tiba tiba dirinya seperti wanita tidak pengertian. Memalukan. Pikiran kalut penuh penyesalan terhenti tepat jemari Junsu menyentuh pipinya, mengusap pelan.

“Aku berterima kasih karena kau telah mencemaskanku, takut melihatku terluka lagi. Lain kali aku tidak akan membuatmu cemas dan takut lagi, mianhae..” sambung Junsu mencubit pelan pipi kekasihnya. “Ah! Kau harus mencoba ramyeon dikedai dekat sini. Mie-nya enak sekali. Aku akan mengambil istirahat sebentar dan makan disana, bersama sama.”

Perlahan bibir Jung Ah tersungging senyuman tipis, membalas kelembutan Junsu. Ia mengangguk pelan, mencoba memahaminya dan tidak ingin berbicara banyak lagi. Yang ia inginkan cuma satu, hanya ingin tetap berada disamping lelaki yang sudah memberi kepercayaan diri untuknya tetap bertahan hidup selain ibunya. Menjaga hati untuknya.

Junsu keluar dari area meja bar setelah bernegosasi singkat dengan rekan kerja, ia mengenggam tangan Jung Ah. “Aku sudah sangat lapar. Kajja..”

Jung Ah berlari kecil, menyamakan langkah Junsu yang tampak sangat kelaparan, genggaman tangan yang hangat dan semakin erat. Ia menyukai skinship seperti ini, membuatnya bahagia. Sebentar lagi ia akan melihat wajah Junsu bahagia saat melahap ramyeon. Ia akan menyukainya, pemandangan menyenangkan dimana ia terus menarik ujung bibir ke atas.

Selepas pasangan kekasih itu tidak menyadari sesosok lelaki lain tidak bergeming semenjak mereka berlalu bahagia, duduk membeku dibalik meja panjang bar. Dadanya bergemuruh dan berdentuman setiap uraian percakapan manis tertiup dipendengarannya. Ia menunduk menatap segelas  liquor screwdriver yang dituang bartender barusan.

Jung AhBibir Yunho mengulang namanya. Aku sudah mengetahui namamu.

Gelap mata, digenggamnya gelas kaca itu seraya gemetar kemudian ia tenggak habis isinya. Matanya terpejam erat merasakan sensasi menyengat dari minuman beralkohol itu.

Seperti apa yang aku katakan dalam doaku, kita telah bertemu lagi dan itu berarti….

Hentakan keras gelas terhadap meja bar itu mengisi kesunyian dalam diri, terus berbicara dengan pikiran sendiri. Ia tidak akan pernah mengurungkan niatnya. Jika dirinya telah memulai sesuatu, maka ia melakukannya sampai akhir. Jung Yunho tidak pernah mengingkari apa yang sudah ia ingin perbuat.

..Aku harus memilikimu…

———————–

“Goodnight…”

Ucapan terakhir selalu diucapkan Junsu setiap malam yang didengar Jung Ah. Mereka baru saja kembali dari kedai mie dan Junsu memaksa ikut mengantarnya  ke rumah. Dia terus terusan mengatakan situasi paling tidak aman adalah dimana wanita cantik berjalan sendirian tanpa penjaga bahkan terutama di malam hari, apalagi mengingat tingkat kriminalitas penculikan dan pemerkosaan juga semakin menakutkan. Sementara Jung Ah hanya tersipu mendengar alasan lelaki itu.

“Semoga pekerjaanmu lancar. Selamat bekerja keras!” sahut Jung Ah berjalan mendekati Junsu, tangannya membenarkan kerah kemeja seragam bartender. Terlalu dekat jaraknya sehingga ia bisa melihat kilauan tindikan anting disebelah telinga Junsu dalam kegelapan.

“Kau masuklah kedalam!” Junsu sengaja menunggu kekasihnya berjalan masuk kedalam rumah terlebih dahulu sebelum ia pergi.

Sebelum Jung Ah hendak menutup pagar rumah, ia melonggokkan kepala sebentar “Kau, pergilah! Jangan sampai boss-mu akan menangkap basah karena kau tiba tiba menghilang.” ujarnya menggoyangkan tangan, mengusirnya.

Junsu tidak merespon kecuali bergerak maju selangkah dari posisinya tadi berpijak. Dikecupnya kening Jung Ah secepat kilat. Ia perlahan mundur dan terdengar kekehan dari bibirnya. Wanita itu mengangkat kepalanya, menyentuh tepat dipelipisnya tanpa berkedip. Lelaki itu kemudian menghilang cepat kilat dari hadapannya, sudah berlari meninggalkannya setelah mengejutkannya.

Geez…selalu saja tahu cara membuatku sulit bernafas.” gumamnya mengulum senyuman seraya menoleh ke samping, terlihat punggung Junsu semakin menjauh.

Mobil BMW sport terparkir tidak begitu jauh dan pemiliknya tidak beranjak sedikitpun dari posisinya. Duduk sedari awal menjadi penonton. Jemarinya mengetuk setir kemudinya, sementara sebelah tangannya menenggelamkan sebagian rahang dan belum puas melepaskan pengawasannya. Jung Ah sudah cukup lama lenyap dari balik pintu pagar, wanita yang tak sedikitpun sadar kehadirannya datang dan begitu sangat menginginkannya.

Yunho mengulurkan tangan kiri untuk mengambil ponsel touch. Menekan deretan angka untuk menghubungi salah satu bawahannya. Ia menempelkan ponselnya ditelinga, menunggu koneksinya tersambung.

“Cari semua data identitas dan latar belakang yang berhubungan dengan Kim Junsu, bartender club Silver dan Jung Ah, pekerja badut maskot taman bermain Everland. Kirimkan semua ke e-mail!”

Lelaki itu berujar datar tapi penuh penekanan dan langsung dimatikan ponselnya setelah mendengar jawaban yang penurut dari bawahannya. Perhatiannya kemudian berdalih kedepan mobilnya, bangunan rumah cukup sederhana dan didalam sana hanya ada seorang wanita hidup sendirian. Banyak celah jika dirinya ingin menyusup masuk kedalam, bisa saja menculiknya dengan mudah.

Ketukan jemarinya bergema dalam keheningan panjang. Tenggelam dalam khayalnya, membayangkan sosoknya secara nyata, aktifitas yang kemungkinan sedang wanita itu lakukan. Jung Ah sedang mencuci muka dan menggosok gigi, kemudian tubuhnya berganti dengan pakaian tidur dan menarik selimut.

Membayangkan saja sudah merinding, terlalu penasaran seperti apa wajahnya jika tertidur?

Tersungging senyum tipis membingkai wajah Yunho. Ia berbisik amat lembut, hampir tidak bersuara.

Goodnight..slepp well, dear pretty clown.

————————–

Ring ding dong…Ring ding dong…Ring diggi ding diggi..

Kesadaran Junsu terkumpul dengan cepat ketika alarm ponsel menusuk telinganya, membangunkan jam tidur dari pagi. Ia menyikap selimut dan mengusap wajah mengantuknya, berkali kali mengerjapkan kedua mata yang belum terbiasa dengan pancaran matahari dari ventilasi. Terdiam sejenak, tangannya meraba lantai seraya mencari cari ponsel dan segera mematikan alarm.

Menguap singkat dan meregangkan otot kakunya setelah bekerja semalaman sampai subuh. Ia beranjak berdiri dari kasur futon dan melangkahkan kaki untuk keluar dari kamar, menyiapkan sarapan sekaligus makan siang.

“Pasti Junho masih di sekolah.” gumamnya sendiri setelah mengetahui jam menunjuk angka 11:15 AM.

Kedua kakinya melesat ruang tengah yang mencakup dapur, ruang makan dan ruang tv sekaligus. Ia bahkan tidur sekamar dengan namdongsaeng, Junho. Sudah terbiasa sendirian melalui hari hari dirumah sempit, sementara malam ia akan bekerja dan Junho mengurus segala pekerjaan rumah setelah pulang sekolah.

Pandangannya tersita oleh hidangan makanan diatas meja pendek yang biasa digunakan untuk makan atau tempat Junho mengerjakan tugas sekolah. Senyuman kecil tersungging diwajah Junsu meski terkesan sayu. Inilah keberuntungan memiliki Junho, adiknya selalu memberi perhatian setiap hari.

Disamping hidangan makan, Junsu menemukan note yang tertempel di meja.

Habiskan semua makanan yang sudah kupersiapkan! Hyung pasti sangat lelah dan butuh gizi baik. Tetap semangat demi hidup kita. Aku mencintaimu, hyung terbaik sedunia.

Junho Kim, namdongsaeng yang beruntung.

Junsu tidak berhenti tersenyum lebar dan duduk dihadapan meja pendek “Thanks, Junho. Hyung menyayangimu juga.” lirihnya mulai siap menyentuh semangkuk nasi dengan piring berisi ikan, kimchi dan sayur rebus.

Padahal makanan bukan hidangan mewah tapi terasa istimewa dan special. Junsu menyeka air mata harunya, mulai mengambil suapan besar nasi dan menelan bulat bulat. Ia jadi teringat Jung Ah, mereka yang memiliki perasaan sama, bertahan hidup demi seseorang tersisa didekatnya.

I Promise You nan nobakke moreujana

I Promise You nan no hanappunijana

sumi mojeul deuthe nan ije ottokhe

michin deusi sorichijana…

Lamunan Junsu langsung beralih ke ringtone ponselnya berbunyi nyaring. Langsung ditekan ‘answer‘ tanpa membaca nama penelpon.

Yoboseyo..”

“Wah…sepertinya kau terdengar baik baik saja.”

Raut wajah Junsu berubah, menyadari suara orang paling dimusuhi menelponnya “Ada apa menelponku?” tanyanya sinis.

“Tidak ada tulang yang patahkan? Aku yakin kau tidak akan selemah itu.”

“Tidak perlu seperhatian itu, Tuan Jung Hyunsik. Jika ingin aku segera membayar utang appa-ku, tunggulah sampai akhir bulan.”  

“Inilah sebabnya aku benci orang miskin yang selalu menyusahkan. Hanya merengkek dan mengulur waktu.”

Rahang Junsu mengeras, rasanya ia perlu menuangkan air dingin kekepalanya sendiri setiap harus berhadapan orang keji.

“Bersabarlah sebentar saja. Jebal!”

Terdengar suara kekehan Hyunsik seolah merendahkan. “Kau sudah terlalu melampaui batas kesabaran. Aku bukan orang baik.” ujarnya. “Ah..aku hampir lupa.”

Junsu tidak bersuara, menunggu kelanjutan ucapan Hyunsik selanjutnya.

“Kuberi sebuah kejutan. Kau akan melihat persembahan dariku segera. Tuut..tuut..

Sambungan telepon langsung terputus setelah Hyunsik menutupnya. Kening Junsu berkerut dan menatap ponselnya sejenak. Kejutan apa yang direncanakannya?

Trrrtt..trrrt…

Ponselnya bergetar dan Junsu melihat tanda MMS masuk. Ia langsung membuka pesan gambar yang terkirim dan spontan kedua matanya membelalak. Hampir saja ponselnya lepas dari genggamannya dan tersadar kembali sesaat ketika Hyunsik menelponnya lagi, ia langsung mengangkatnya cepat.

“Bagaimana? Cukup bagus gambarnya.”

“Bajingan..kau menculik Junho.”

“Dia masih terlalu lugu. Sepertinya kau tidak mengajarinya untuk berhati hati pada orang asing.”

Shit…jangan sentuh namdongsaeng-ku. Aku akan melakukan segalanya. Katakan apa maumu?”

Lagi lagi Hyunsik tertawa “Mudah sekali ternyata. Sudah kuduga dia kelemahanmu, keluarga memang paling berharga bukan.”

“A..apa dia baik baik saja disana? Kau tidak melakukan apapun kan?” Junsu bertanya panik bahkan nafasnya mulai naik turun.

“Seperti yang kau lihat foto itu. Dia masih nyenyak setelah obat bius bekerja, mungkin sebentar lagi bangun dan aku tidak tahu apa selanjutnya akan kulakukan padanya.”

Junsu memenjamkan mata, ketakutan “K..kumohon dia masih kecil, jangan lakukan apapun padanya.” lirihnya parau. “A…aku akan membayar secepatnya. Berjanjilah padaku, kau tidak menyakiti Junho.”

“Aku tidak bisa menjaminnya. Namdongsaeng-mu sudah menjadi urusan bodyguard dan aku tidak yakin apakah mereka akan bersikap kasar pada anak itu.” kata Hyunsik enteng. “Selamat berjuang! See you again.”

Klik..tut…tut

——————————–

“Tidak bisa, Junsu. Sungguh Aku tidak bisa membantumu dengan uang sebesar itu.”

Im Seulong, Boss dari Club Silver menatap iba bartender barunya. Awalnya sempat dikejutkan kedatangan Junsu di tengah siang bolong, diluar jam kerja ataupun Club masih tutup. Lelaki itu mengedor pintu keras, berteriak memanggilnya seperti orang gila membuat kegiatan menghitung dana pengeluaran terganggu.’

“Aku mohon! Pasti akan kukembalikan nanti.” Suara Junsu berubah parau, sorot mata dipenuhi rasa ketakutan dan tiba tiba ia berlutut. “Cek senilai 50 juta won, aku sangat membutuhkannya.”

Seulong terkaget kaget mendapatkan sikap Junsu yang terlihat tidak beres. Ia bahkan tidak berkedip ketika lelaki itu berlutut, memohonnya keras. Hela nafas berat dihembuskan dan digaruknya kepala yang tidak gatal. Bingung.

“Junsu-sshi, angkat kepalamu!”

Kepala Junsu mendongak kearah boss-nya. Jantungnya berdentum keras, penuh harapan.

“Uang 50 juta won, aku memang memilikinya tapi tidak dapat kuberikan padamu.” kata Seulong mengeluarkan sebatang rokoknya dan mendesah berat. “Istriku akan di operasi, hidupnya bergantung pada itu. Mianhae.”

Kepala Junsu terasa kosong. Ia tidak bisa memaksa lagi dan perasaan terbayang bayang kegundahan yang mengerikan. Bahu Junsu melemas, tidak bertenaga lagi. Air mata mulai memenuhi matanya dan ia membungkukkan tubuh tanpa memperlihatkan tangis yang siap tumpah.

Mianhamnida, boss.”

Sekonyong-konyong tubuh Junsu melangkah keluar dari gedung Club Silver. Ia meringgis dan mengacak kepalanya sendiri membuat pusingnya semakin hebat. Ayahnya telah terlilit dengan utang Jung Hyunsik demi menyelamatkan usaha bisnis yang hampir bangkrut dan pada akhirnya tetap tidak dapat terselamatkan.

Langkah langkah kecil terus berjalan, seluruh pikiran entah melayang kemana. Mencari segala cara apapun mendapatkan 50 juta won, bukan sejumlah uang sedikit dalam waktu secepatnya. Tanpa disadari mendengar suara mesin mobil yang melaju cepat dari kejauhan, Junsu menoleh dan pupil matanya melebar. Mobil itu bergerak amat sangat cepat bahkan menuju kearahnya.

Ckittttt…BRAKKK

Tubuh Junsu nyaris terlempar tapi ia kini berbaring karena terlalu shock. Beruntung mobil itu langsung mengerem sebelum mengenai badannya. Nafas penuh kelegaan dihembuskan, bersyukur masih hidup. Ia segera bangun dari posisinya, ingin memaki pengemudi mobil mewah yang hampir saja menghilangkan nyawanya.

Raut wajah Junsu yang awalnya geram berubah terkejut. Si pengemudi keluar dari mobilnya dan menampakkan wajah yang tidak asing, ekspresi  datar dan terkesan angkuh itu telah ditemuinya malam lalu, sipemesan liquor screwdriver. Nafas Junsu tertahan.

“Berapa uang yang kau butuhkan?”

“M..mworago?” Junsu mengerjapkan matanya cepat dan tercengang dengan nada bicara yang enteng  dilontarkan pengemudi mobil BMW sport lalu dia tertawa kesal. “Yah…kau pikir bisa menyelesaikan segalanya dengan uang. Aissh…dasar orang kaya memang selalu seenaknya dan meremehkan segalanya.”

Sungguh…Yunho ingin menertawakan umpatan lelaki itu. Entah mengapa kata katanya terdengar lucu. Ia menggerakkan dagu, menyaratkan lelaki itu masuk kedalam mobilnya. Bibir Junsu mengangga, kepalanya menggeleng.

“Yah…apakah kata ‘mianhamnida‘ sangat mahal dimulutmu? Astaga…kau juga memerintahku masuk kemobilmu selain tidak meminta maaf atau merasa bersalah.”

Tidak dihiraukannya ocehan yang masih dikeluarkan Junsu. Ia masuk kedalam mobil, menunggu lelaki itu menuruti perintahnya dan kemudian akan membawanya kesuatu tempat.

—————————-

“Mengapa kau membuang waktuku dengan membawaku kesini?”

Yunho terkesiap lalu tersenyum tipis seolah tidak memedulikan pertanyaan Junsu, dihirupnya secara penuh aroma americano coffe pesanannya. Sementara Junsu terlihat sangat resah, bahkan tidak menyentuh sedikitpun secangkir coffe didepan mata.

“Tuan…aku harus segera pergi. Ada urusan yang harus kuselesaikan.” Junsu bangkit dari kursinya dengan ketus. “Permisi..”

“Harus pergi menyelamatkan namdongsaeng-mu.”

Junsu hendak memutar tubuhnya langsung membeku. Ucapan lelaki kaya itu membuat kaki terasa berat seolah tidak mampu beranjak pergi. Ia menoleh, menatap sinis seringaian diwajah lelaki pemilik mobil BMW sport.

“Jung Hyunsik.” Yunho meletakkan cangkir coffe. “Kau memiliki utang cukup besar padanya.”

“Bagaimana kau mengetahui hal itu?” tanya Junsu bersuara parau. “Kita tidak saling mengenalkan.”

“Tentu saja aku tahu.” sahut Yunho kemudian bersandar kebelakang, melipat kedua tangan didepan dada. “Aku adalah putra Jung Hyunsik.”

“Kau!”

Tenggorokan Junsu memekik cukup keras, mengetahui kenyataan dilontarkan dari lelaki didepannya. Baru tahu kenyataan bahwa ia sedang berbicara dengan putra dari lelaki yang dianggapnya tidak manusiawi.

“Bagaimana jika aku saja melunasi utangmu?” Yunho mencondongkan tubuhnya, sedikit berbisik. “Demi namdongsaeng-mu, kau butuh secepatnya bukan?”

Nafas Junsu tertahan, seiring keterkejutan kedua kali menerpanya.

“K..kau bisa menolongku?”

Ekspresi datar Yunho membuat Junsu ragu, namun Yunho segera mengiyakan pertanyaannya. Melihat respon lelaki itu, ia langsung mengangkat kedua ujung bibirnya lebar-lebar.

Kamsahamnida, tuan. Kau sangat bermurah hati.” Junsu membungkuhkan kepalanya berkali kali, menunjukkan rasa berterima kasih dengan semangat. “Aku akan melakukan segala sesuatu untuk membalas kebaikanmu.”

Yunho menyeringai tipis. Akhirnya kata kata itu keluar juga. Dia pasti mengatakannya persis dugaannya. Berjalan sesuai rencana, gumaman dalam benaknya.

“Benarkah? Melakukan apapun?”

“Tentu saja.” Junsu mengangguk, kedua matanya berubah penuh keantusiasan. “Katakan saja!”

Tiba tiba tatapan Yunho berubah, sedikit lebih dingin seakan selalu memancarkan karakternya yang sulit dibaca. Tangannya merogoh saku dibalik jas kasualnya dan mengeluarkan selembar potret diatas meja.

“Wanita ini.” Suara Yunho terdengar datar tapi penuh ketegasan. “Aku ingin memilikinya.”

Pandangan Junsu mengarah potretan wanita sedang berdiri ditengah taman bermain Everland sambil melepaskan topeng maskot. Ia terentak, jelas disitu adalah foto kekasihnya yang sepertinya telah diambil secara diam diam.

“Dia kekasihmu kan?” Yunho bersuara lagi, mengenyakkan perhatian Junsu. “Hanya menyerahkan dia padaku, timbal baliknya aku akan menyelamatkan namdongsaeng-mu.”

“Tidak. Aku tidak bisa melakukannya.”

“Wah…ternyata kau cukup keras kepala juga.” Yunho mengangkat pundaknya, tak acuh. “Meski nyawa namdongsaeng-mu berada ditangan musuh, kau lebih memilih mempertahankan perasaanmu. Ironis sekali.”

Kata kata Yunho yang mengintimindasi hingga Junsu tidak bisa berkata sepatah kalimat lagi. Ia merasa dunianya berputar putar, berada dalam dua pilihan sulit dan keduanya mampu menjerumuskannya kedalam jurang jika harus memilih salah satunya. Dirasakan senyuman Yunho yang merasa menang setelah berhasil memporakgandakan perasaannya.

Yunho bangkit dari kursi, mengeluarkan kartu nama dihadapan Junsu lalu mencondongkan sedikit tubuhnya, berbisik pelan.

“Tentukan pilihan terbaik lalu hubungi nomor ini. Aku yakin kau tidak akan berbuat bodoh.”

Seketika kedua telinga Junsu memanas. Tangannya mengepal keras diatas lutut, termenung dalam pergolakan dalam pikirannya. Ia tiba tiba membuka mulut, menyergah kepergian Yunho sebelum akan meninggalkan meja lebih jauh.

“Kau ternyata tidak berbeda dengan aboji-mu. Mempermainkan nasib orang lain lalu menginjak injaknya.”

Langkah Yunho terhenti ketika mendengar kalimat  sangat menusuk ditelinganya. Kepalanya menoleh kebelakang, bibirnya tersenyum mengejek.

“Kurasa itulah sebabnya ada pepatah mengatakan buah jatuh tidak jauh dari pohon.”

Tanpa berbicara lebih lanjut lagi, Yunho beringsut pergi dan membiarkan Junsu terperangah dikursi. Rasanya ia terlalu kejam tapi dirinya tidak akan peduli hati orang lain selama menginginkan sesuatu. Salah satu bagian karakter dirinya yang cukup menakutkan.

——————————–

Sore menjelang malam secerah kondisi hatinya. Perpaduan warna oranye, kuning dan merah  melebur hangat di langit, menciptakan keanggunan dunia. Jung Ah tak lelah sekalipun tersenyum lebar didepan cermin rias, menyisir rambutnya yang dihias bando mutiara. Sesekali memutar tubuhnya, mengamati keseluruhan dress vintage selutut berwarna broken white membalut dirinya.

Pakailah baju terbaikmu dan berdandanlah secantik mungkin, kita pergi kencan malam ini.

Alasan membuatnya lebih bersemangat adalah kata kata kekasihnya melalui telepon. Junsu mengajak kencan, dada berdegup kencang seiring kebahagiaan seperti kembang api menyala serentak di malam tahun baru. Perlu dipersiapkan hatinya dan menjaga diri untuk tidak terlalu terhanyut dalam euphoria.

Ting tong..

Bel hanya berbunyi sekali, Jung Ah segera melesat dan membuka pintu dengan ceria. Lelaki dibalut kemeja hitam yang dilipat bagian siku dengan celana jeans abu abu. Gaya santai tapi menawan sehingga pipi Jung Ah bersemu setelah tercengang beberapa detik.

Hello cantik…” sahut Junsu pertama kali, memberi decakan kagum ketika kedua matanya memandangi keseluruhan penampilan Jung Ah.

Junsu meraih jemari kiri Jung Ah, membagi kehangatan satu sama lain. Wanita itu tersenyum seiring langkah mereka mulai meninggalkan rumahnya. Berperilaku selayaknya pasangan kekasih secara nyata.  Jung Ah menyukainya, selalu menikmati skinship dan waktu kebersamaan yang seandainya dapat dihentikan oleh waktu.

Tatapan Junsu beralih sebentar pada mata kekasih cantiknya sedang menatap lurus kedepan, ekspresi bahagia terlukis jelas. Sejenak wanita itu juga menoleh, membalas pandangannya secara intens dan mengeluarkan lengkungan senyum termanis.

Sulit berhenti mengagumi bagaimana cara kedua mata Jung Ah menatapnya, penuh kelembutan. Bagaimana jantung nyaris meledak bila senyuman itu tertuju padanya mampu membuat banyak lelaki iri padanya. Tidak pernah bosan menelusuri lekuk wajahnya seolah terlahir untuk membuat siapapun refleks berpikir tentang gambaran malaikat.

Membayangkan keseluruhan rasa kagumnya mengingatkan ia lelaki paling beruntung ketika Jung Ah menerima pernyataan cinta. Sudah berlalu dua tahun masih mempertahankan hati masing masing, berbagi emosi dan perasaan tak terhitung.

Sejenak Junsu menyadari satu hal. Dapatkah hidup seperti ini sampai akhir?

“Kita akan kemana?”

Pertanyaan Jung Ah melenyapkan lamunannya. “Kau akan mengetahuinya sebentar lagi.”

“Apakah itu rahasia?” Wanita itu bertanya lagi dengan mata melebar, mengekspresikan keterkejutan. “Ah… Apa kau akan mempersiapkan sesuatu special untukku seperti drama romance?”

Junsu hanya membalas dengan senyum tipis dan wajah sedih. Dirasakannya lubang didada semakin besar. Perih.

“Disini…”

Jung Ah terkesiap, kepalanya mendongak ke bangunan pecakar langit ditengah tengah kawasan elit. Dilihatnya pula orang orang berpakaian branded atau mobil mewah berseliweran keluar masuk dari gedung. Ia menoleh takjub kearah Junsu. “Kita akan kesini?”

Lelaki itu sekadar mengangguk. Jung Ah bisa melihat raut wajah Junsu yang menjadi aneh dimatanya meski dia bersikap normal seakan tidak terjadi apapun. Instingnya mengatakan kekasihnya sedang menyembunyikan banyak hal darinya. Firasat entah terasa berubah.

Junsu memundurkan tubuhnya saat wanita itu menahan pergelangan tangannya. “Ada apa?”

“Jangan disini. Terlalu mahal untuk kita.” ujar Jung Ah mengigit bibir bawahnya.

Melihat gurat wajah Jung Ah yang cemas dan resah, Junsu terdiam sejenak, menarik nafas dalam dalam untuk tidak terbawa pengaruh dengan keraguannya. Dipaksakannya memberi senyum terbaik.

“Sesekali kita nikmati bagaimana cara hidup orang kaya. Hanya makan disini, okay?”

Sejenak Jung Ah mempertimbangkan ajakannya, semenit kemudian ia mengangguk setuju. Dieratkan genggamannya Junsu selama berjalan masuk kedalam, tidak ingin lepas dan merasa jantung semakin berdegup lebih cepat. Tubuhnya bergetar resah tanpa alasan.

Lift bergerak ke lantai atas setelah Junsu menekan tombol. Lelaki itu menatap lurus, tidak sedikitpun melirik wajah Jung Ah. Dirasakannya ketidaktenangan wanita itu melalui genggaman tangan membuatnya harus menahan sejenak hembusan nafasnya.

Langkah kakinya perlahan berjalan keluar dari lift, diikuti Jung Ah. Sepanjang lorong dilewatinya beberapa pintu yang tertutup hingga sampai berhenti tepat dipintu paling ujung. Ia mendesah dan merasa nafasnya semakin berat, sakit sampai ke ulu hati.

“Masuklah kedalam!”

Jung Ah menatapnya sebentar, penuh pertanyaan. Ia kemudian memutar kenop pintu tersebut dan membukanya perlahan. Secara tiba tiba Junsu menarik tubuh Jung Ah sehingga tubuhnya terseret kedalam pelukan dan tanpa sengaja, tangan wanita itu mendorong lebih lebar pintu.

Kepala Jung Ah terdongak setelah dipeluk Junsu dari belakang. Ia menahan nafas, tenggorokannya tercekat menyadari ada orang lain diruangan itu. Seorang lelaki  asing kini tengah menatapnya tajam. Menakutkan.

“Siapa dia?” tanya Jung Ah sehingga tangan Junsu dipinggangnya terlepas.

“Maafkan aku, yakinilah…aku mencintaimu.” Junsu berujar lemah, diremasnya pundak wanita itu dan berusaha mengeluarkan suara yang rasanya sulit keluar. “Berbahagialah tanpaku, dia pasti akan merawatmu dan membuatmu hidup dalam kecukupan.”

“Ada apa sebenarnya? Kau membuatku bingung.” Jung Ah tidak mengerti situasi yang terjadi.

“Aku harus meninggalkanmu disini.” Junsu menahan diri dari desakan panas dikedua bola matanya. “Maafkan aku. Selamat tinggal.”

Jung Ah terlonjak, apalagi disaat saat Junsu melepaskan genggamannya, beringsut pergi dalam langkah gontai bahkan ia tidak memperlihatkan wajahnya setelah mengatakan kalimat perpisahan. Wanita itu terdiam, tidak berkutik dan berusaha mencerna segalanya. Ditelusurinya punggung Junsu yang mulai akan menghilang dari pandangannya.

Perih bercampur kesakitan yang menyerang dadanya seiring tubuhnya limbung, bersimpuh dilantai. Tidak bisa berbuat apa apa, air matanya menggenang dipelupuk mata. Ia mencintai Kim Junsu dan sekarang lelaki itu telah mengakhirinya pula.

Kepalanya mendongak, menatap seorang lelaki bertubuh tegap yang sudah berdiri dihadapannya. Ditengah tengah pandangan yang buram, ia bertautan sejenak dengan kedua manik es dimata lelaki itu.

“Aku sebenarnya benci tangisan wanita tapi untukmu, aku akan membiarkannya”

Lelaki itu menekuk kakinya, sengaja menyejajarkan dirinya dengan tubuh wanita itu agar bisa melihat lebih jelas wajahnya. Sudut bibir Yunho tersungging kecil, disekanya air mata Jung Ah yang meleleh dipipi.

“Jangan menangisi lelaki itu. Dia bahkan sudah menyerahkanmu padaku dengan pembayaran 50 juta won.”

Jung Ah tertegun, sekonyong konyong desakan panas kembali melingkupi dadanya. Dijual kekasihnya sendiri. Rasanya itu tidak bisa dipercaya. Ia langsung menepis kasar tangan Yunho.

“Jangan berbicara sembarangan! Junsu bukan orang seperti itu.”

“Huh…orang sebaik apapun jika berada dalam keadaan terdesak maka ia akan menempuh segala cara bahkan kotor sekalipun.”

“Tidak mungkin. Aku tidak mau dengar omong kosong.”

Yunho bergeming melihat Jung Ah berteriak histeris seraya menutup kedua telinganya. Ia tidak dapat melakukan apapun, kecuali menatapnya datar. Tidak tahu cara menghentikan tangisnya dikala itu.

“Aku harus pergi mengejarnya.” Jung Ah beranjak dari posisinya, hendak melangkah keluar dari ruangan.

BUK….

Cukup keras punggungnya membentur dinding sehingga Jung Ah meringgis kesakitan. Ia kemudian menahan nafas, seolah oksigen dalam saluran pernafasannya tersendat. Disadarinya posisinya dikunci oleh lelaki itu, kedua tangan terkepal, bertumpu ke dinding di sebelah kepalanya itu.

“Aku tidak suka jika kamu berlari untuk  menemui lelaki lain.”

Tiba tiba tatapan Yunho berubah, sedikit dingin dan terlihat lebih menyeramkan dibandingkan beberapa menit lalu. Ditekannya leher Jung Ah, lalu memajukan wajahnya. Alih alih memandangi setiap lekuk wajah wanita yang tampak memucat, ketakutan.

“Sebenarnya siapa kau?” Suara Jung Ah bergemetar.

Lelaki itu menampilkan satu sudut bibirnya terangkat, membentuk seulas smirk. Didekati bibirnya ditelinga Jung Ah, berbisik.

“Aku cuma lelaki hidupnya tidak berguna yang terpikat seorang wanita hanya karena balon merah”

—Red Ballon (First Meeting) _THE END—-

Author’s Note:

Maaf untuk kesekian berapa kalinya, kalian pasti capek dengan keterlambatanku yang bahkan juga ceritanya mungkin tidak  memenuhi harapan kalian. Buat yang selalu bertanya tanya kapan Yunho dan Jung Ah ketemu,alasan Junsu terpaksa menyerahkan Jung Ah, semua sudah terungkap disini. Warning…mungkin ada beberapa typo sebab biasanya saya mengerjakan ff sebelum tidur.

For BGBR last part, Maybe I’ll post it next week. Last, ada salam  dari cowok jutek.

 Thank you for waiting! Comment please~!

:)


[Locker Recommended] A Voice A Song

$
0
0

Dari banyak koleksi lagu-lagu kpop di playlist, ada beberapa lagu dan penyanyi yg menurut pantas untuk direkomendasikan. Beberapa malah ada yang cukup tenar di Korea tapi tidak terlalu terdengar oleh kalangan kpoppers luar negeri. Check this out:

Nell (Band)

Band senior (1999) di Korea dibawah satu label dengan Infinite perlu diakui suara vokalis yang menurutku mudah diingat, Lagu lagunya mereka yang biasanya dominan dengan petikan gitar. Aliran rock tapi tetap ringan banget ditelinga.

A Recommended: It’s Okay, A White Night. Ocean of Light 

Lim Kim (Singer)

Yang pernah menonton drama ‘Shut Up Flower Boyband’ pasti kenal cewek berperan penyanyi yang berduet dengan L Infinite.  Husky voice-nya bikin lagu yang dia bawakan terkesan unik dan easy listening.

A Recommended: All Right, Colloring, Like You Know it All

Kang Seung Yoon (Singer)

Penyanyi baru dari YGent, mantan jebolan Superstar K2 kelahiran 94  selalu memegang gitar tiap tampil. Suara penuh energi di lagu ‘Wild & Young‘ tapi bisa lembut+mellow saat menyanyi ‘It’s Rain‘ dan romantis di ‘Stealer‘.

A Recommended: Wild&Young, It’s rain, Stealer

B.A.P – Coffee Shop (Boy Group)

Biasanya mereka selalu muncul dengan lagu hip hop dengan dance yang energik. Namun untuk lagu ini, mereka membuang image-nya dan tampil lebih slow. Gak nyangka suara setiap member dan rapping Young Guk+Zelo bisa serasi dengan musik aliran jazz,

Yoo Ji Ae (Singer) – Delight

Cute sister-nya Infinite yang baru dikenal dengan satu lagu ‘Delight’.  Meski belum tenar tapi suaranya sweet banget dan sesuai dengan wajah imutnya+tubuh mungil. Mungkin saja dia akan menjadi pesaing IU dan Juniel nanti karena mereka memiliki ciri suara yang mirip dan juga 93 line.

8eight (Vocal Group)

Dua suara maskulin Lee Hyun dan Baek Chan dengan suara feminin Joo Hee memang selalu tepat jika harus mengambil bagian lagu ballad. Nggak heran kalau mereka jagon lagu mellow sebab mereka selalu menyanyi dengan penuh emosional hingga pendengar seolah tenggelam dalam perpaduan suara mereka.

A Recommended: Goodbye My Love,  Farewell is Comming, Close That Lips

****

Ada yang mau ikut gabung merekomendasi lagu yang easy listening menurut kalian? Yo…let’s write at your comment box :)


Spinning in London #Side B [Bad Guy Bad Romance 5]

$
0
0

Spinning in London (BGBR Last Part)

Cast:

Jung Yunho

Son Jung Ah

Kim Junsu

Go Ara

Genre: Romance, Angst, Drama, NC | Rating: +18 | Duration: Chaptered | Written By:  @Mischa_Jung

—————–

Previous Part:  Part 1 , Part 2Part 3, Part  4, Part 5(SideA)

Yunho menatap punggung Jaejoong menjauh, menghilang ketika berbelok ditikungan lorong hotel. Pandangannya beralih pada wanita sedang melangkahkan kaki, dia mendekat dengan mimik pucat. Ia berpikir wanita itu akan berbicara padanya atau sekadar menjelaskan sesuatu, namun dugaannya salah. Jung Ah malah melewatkan posisinya seolah ia tidak berada disana.

Selanjutnya Jung Ah mengulurkan tangan, hendak memasukkan key card pintu kamar. Tiba tiba Yunho jadi kesal sendiri “Apakah menyenangkan? Menghabiskan waktu dengan lelaki lain?”

Gerakan Jung Ah berhenti sejenak. Dari sisinya dirasakan pandangan Yunho seakan ingin mencabiknya. Sakit. Lelaki itu telah mengacaukan hatinya.

Dibukanya pintu kamar, buru-buru Jung Ah masuk kedalam setelah melihat Yunho hendak menarik tangannya, namun lelaki itu kalah sigap. Wanita itu sudah mengunci dirinya.

“Biarkan aku masuk!” Yunho mengedor pintu keras. Diucapnya berulang kali tapi pintu tak kunjung terbuka. Disandarkan tubuhnya didepan pintu dan menghela nafas berat. “Aku tahu kau disitu, dibalik pintu dan kamu mendengarkanku.” lanjutnya merendahkan suara.

Jung Ah tersentak pelan, membekap mulutnya kuat, berusaha tidak mengeluarkan suara maupun isak tangisnya. Ia benci situasi seperti ini. Berharap lelaki itu segera pergi dan membiarkannya sendirian, menangis sepuasnya. Namun disisi lain, ia berharap pula dalam dipelukan Yunho.

“Kumohon jangan begini!” lirih Yunho dibalik pintu. Jung Ah tetap tidak bergeming dari posisinya, tetap berdiri seolah dapat merasakan punggung hangat lelaki itu dibalik pintu.  ”Biarkan aku melihatmu wajahmu, sekali saja. Jangan biarkan aku semakin gila dan kacau seperti ini!”

Sekujur tubuhnya terasa berat. Ia tahu wanita itu sedang  mendengarkan apa yang dikatakannya.  Merasa tidak sabar. Ia takut, kemudian menyesali diri sendiri. Dari segala kekakuan sifatnya, ia telah melukai hati wanita yang seharusnya ia bahagiakan.

“Kumohon bicaralah sebentar saja.” Yunho berujar pelan, berharap wanita itu luluh. “Biarkan aku melihatmu sekarang. Hanya itu saja yang kuinginkan, selain itu aku tidak butuh apa apa lagi.”

Tubuh Jung Ah mulai bergetar kecil. Rasa takut, marah, sedih bercampur aduk seiring tubuhnya mulai limbung dan bersimpuh. Dipeluknya kaki dan menenggelamkan wajah diantara dua lututnya.

Mianhaeyo.”

Tenggorokannya tercekat. Jung Yunho, lelaki berhati es itu meminta maaf.

“Kebodohanku…kesalahanku…semua apapun yang menyakitimu, aku sangat membenci itu. Aku memang jahat dan seharusnya tidak pantas bersama wanita seindah sepertimu.” gumam Yunho lirih seraya tenggorokannya seakan tercekik. “Kau terlalu istimewa sehingga membingungkanku. Aku menyiapkan diri agar dapat menjadi lelaki baik untukmu tapi ternyata…”

Yunho menghentikan kalimat setelah tertangkap jelas suara tangis wanita itu ditelinganya dengan samar samar. Ia mendesah seraya menenggelamkan wajah dibalik telapak tangan, alih alih menyelesaikan ucapannya.

“Mungkin kau belum bisa memahami apa yang kumaksud tapi suatu saat nanti kau bisa mengerti.”

Jung Ah mengangkat kepalanya, diremas telapak tangan yang mendingin. Lelaki itu bicara apa? Ia berada dalam keadaan tidak mengerti. Dipikirannya tetap menyuruh dirinya tetap diam dan membiarkan lelaki itu diluar sana meskipun ingin sekali membuka hati. Ia perlu menahan diri.

Bahkan sampai ini ia hanya bisa menatap kenop pintu yang sudah tertutup rapat untuknya. Putus asa dan lelah. Ia meletakkan keningnya dipintu dan tangannya terkepal menempel didaun pintu. Saluran pernafasan seakan ikut terasa berat dan sesak.

“Tidak apa apa jika marah padaku tapi jangan membenciku. Sungguh…aku mencintaimu.” ucapnya parau. “Sering terbayangkan olehku jika kau akan meninggalkanku, aku takut kau akan memilih lelaki disekelilingmu yang bisa memperlakukanmu lebih baik dibanding aku. Ani…sebenarnya aku membencimu.”

Wanita itu tergelak seketika, begitu kata kata itu disebutkan.

“Aku benci tatapan hangat lelaki lain yang tertuju padamu. Aku benci tangan mereka yang menyentuh kulitmu. Aku benci keramahanmu dan disaat saat kau tersenyum didepan lelaki selainku. Aku membencinya dan semuanya menyiksa diriku.” Yunho tertawa miris seperti orang bodoh. “Kedengarannya sangat gila kan? Sangat menakutkan dan bagian diriku yang mencintaimu ini, aku tidak bisa membatasi diriku lagi.”

Tubuh Jung Ah bergemetar seiring tenggelam dalam suara parau Yunho. Entah mengapa tiba tiba rasa menusuk dada kembali ia rasakan. Setidaknya untuk saat ini ia tidak menahan air mata keluar dari pelupuk matanya. Diraihnya boneka nutcracker didekatnya dan menatap lekat wajah keras itu.

Boneka yang awalnya mengingatkan Yunho itu terasa sendu. Mungkinkah lelaki itu sedang berwajah sama seperti ini. Keras, kaku tapi terlihat sedih. Jung Ah kemudian mendekap erat bonekanya. Tangisnya tumpah lagi.

Sorot mata Yunho memancarkan kesedihan, tidak ada harapan lagi. Dengan berat hati, Yunho berbalik dan menjauh dari kamar Jung Ah, sesekali menoleh kebelakang dan masih berharap wanita itu keluar dari kamar.

“Kau tidak bisa selesai begitu saja kan?” ujar lelaki yang muncul tiba tiba dihadapannya, sosok tidak asing.

Yunho mendongak, terpancar kesinisan dimatanya meski raut wajahnya muram. “Mengapa kau masih disini?”

“Dingin sekali tanggapanmu. Ahh…aku jadi mengerti. Pantas saja wanita itu tidak tahan denganmu.” Lelaki itu membalasnya dengan seringaian. “Jika kau ingin dia kembali padamu, kau perlu mengubah sedikit rencanamu.”

“Apa maksudmu?”

“Kau akan mengetahuinya jika kamu pergi ke Oxford City dan ikuti saja petunjukku.” jawabnya.

“Kuharap kau tidak bersikap bodoh, Jaejoong-ah” sahut Yunho mendecakkan lidahnya.

Jaejoong terdiam dengan mimik datar, agak terperangah dengan ucapan ketus lelaki dihadapannya.

 “Dia wanitaku.  Jangan coba-coba untuk mengacaukan rencanaku!”

Kilatan mata dari Yunho sangat berbahaya bagi siapapun. Namun Jaejoong hanya sekadar mengangkat kedua bahu, tersenyum enteng. Sudah lama ia mengenali karakter Yunho, ia tidak perlu merasa terintimidasi.

“Awalnya dia sangat menyusahkan tapi ketika melalui waktu bersamanya, pikiranku berubah. Ternyata dia juga….” Jaejoong menyeringai. “—sangat menarik.” sambungnya berjalan melewati Yunho dengan santai.

“Cisshh…dasar rubah.” gerutu Yunho tidak begitu senang.

—————————————–

Hari kedua di pagi London, Jung Ah sudah tampak rapi dengan kemeja berkerah hitam tanpa lengan bermotif dipadu celana blue jeans. Rambut panjangnya dikuncir, menyisakan beberapa anak rambut didepannya. Ia menatap pantulan dirinya tampak menggenaskan di cermin.

Disentuhnya bagian bawah garis matanya yang berkantung. Mata sedikit membengkak dan panas disebabkan setelah menangis semalaman. Make up tidak cukup berhasil menyamarkan mata pandanya. Dihembuskan nafas panjang, menenangkan pikirannya sendiri. Sudah cukup kemarin ia banyak menangis.

Untuk menghapus perasaan sedih, ia akan berkeliling di kota London sendirian. Merasakan kesendirian dan menyibukkan sendiri dengan melewati kota asing. Berpetualang sendirian adalah cara melupakan patah hati yang brilian. Jung Ah menyampirkan tas kulitnya, menuju keluar kamar.

Tepat ia membuka pintu dan hendak beranjak dari kamar, ia menemukan post card bergambar view Big Ben yang terselip dibawah pintu. Kening Jung Ah mengerinyit membaca tulisan tangan disana.

Brighton Street, no 35. London.

They’re waiting for you.                 

Tulisan di post card seolah menyuruhnya pergi kealamat yang ditunjukkan. Entahlah insting Jung Ah merasa ia harus pergi ketempat itu.

——————————————

Tepat didepan bangunan bergaya minimalis, bercat hitam dan putih menunjukkan sisi modern. Didepan pintu kaca otomatis digantung papan nama cukup mencolok ‘Stardust Salon’. Jung Ah yang baru saja turun dari taxi, dengan angin semilir berhembus dingin dikulit wajahnya. Diedarkan pandangannya ke arah salon dan kartu pos secara bergantian.

Alamatnya cocok, batinnya. Ia tanpa keraguan dalam hati segera mengayunkan kaki untuk masuk kedalam salon melewati pintu kaca otomatis. Dua orang langsung datang menghampiri Jung Ah dengan ramah.

Welcome to my salon, Miss Son Jung Ah.” Pria berkemeja pink menyambutnya pertama kali dengan nada bicara yang terdengar gemulai.

Kening Jung Ah mengerinyit “How you know my name?” tanyanya dengan raut wajah bingung. “I think I never meet you or come here.”

Pria itu malah menyunggingkan senyum misteriusnya, dilemparkan tatapan yang tidak bisa diartikan ke arah wanita berkacamata merah disampingnya. Dengan anggukan wanita yang tak lain rekannya, mereka segera menyeret paksa Jung Ah.

“YAH!!! What are you doing for me?” Spontan Jung Ah meninggikan suaranya, panik ketika kedua orang asing mendorongnya masuk ke ruangan khusus.

Tanpa persetujuan Jung Ah, mereka memberikan pelayanan tubuh dan wajah. Ia hanya bisa terdiam dan pasrah menerimanya. Sempat terlintas dipikirannya, berapa banyak uang yang harus dibayarnya disini? Apakah mereka mencari pelanggan dengan cara buruk seperti pemaksaan?

Setelah tiga jam akhirnya telah berlalu, melalui pantulan kaca cermin yang besar tampak sosok wanita yang tanpa cela dalam balutan wedding dress. Kedua mata Jung Ah mengerjap cepat dan bibir mengangga kecil, nafasnya pun tertahan. Tidak disangka ia dapat tampil secantik ini. Riasan make up bahkan berhasil menyamarkan mata panda dan wajah pucatnya. Tatanan rambut sengaja digelung rapi serta makhota kecil dipuncak kepala, belum lagi tudung kepala tipis dengan hiasan renda telah disematkan disana.

“G..gaun ini.” Jung Ah bergumam lirih, terpana dengan wedding dress yang sedang dikenakannya. Ia pernah memakai gaun ini sebelumnya, di salah satu bridal Oxford City.

Perfect,” Pria yang tak lain pemilik salon berkomentar sembari mengangguk puas setelah menilik keseluruhan penampilan Jung Ah. Ia kemudian menoleh ke arah wanita berkacamata, tersenyum bangga “Good job!”

You’re beautiful, miss.” sahut wanita berkacamata dengan sumringah, disambuti anggukan pegawai salon lainnya.

Wait!” Jung Ah memutar tubuhnya, memandangi orang orang disekitarnya dengan pandangan heran. “Why you’re all makes me like this?”

Pemilik salon dan pegawai hanya saling berpandangan dan tersenyum canggung. Tingkahnya semakin menjelaskan bahwa mereka tidak bisa memberi tahu alasannya. Yang pasti mereka telah melakukan dengan baik dalam pekerjaannya.

Finnaly your car arrived.” Pria pemilik salon bersuara seraya melirik keluar kaca jendela. Tampak mobil limousin berhenti didepan salon. “Come on! You gotta go.”

“M..mwo?” Jung Ah memekik cukup keras, spontan ia mengeluarkan bahasa Korea dihadapan orang asing. “It’s so weird for today. I haven’t limousin car.

Seolah tidak memperdulikan kebingungan wanita asia itu, pemilik salon mendorongnya keluar sampai berhenti didepan mobil limousin. Muncul lelaki berambut coklat brunette dengan jas hitam turun dari kursi pengemudi, membungkuh sopan ke arah Jung Ah. Spontan wanita itu ikut membungkuhkan kepala dengan ling-lung. Dibukakannya pintu belakang mobil dan lelaki itu pun tersenyum, mempersilahkannya masuk.

Jung Ah menatap ragu kedalam mobil limousin. Kedua alisnya bertemu sejenak, ia semakin tidak memahami apapun yang terjadi. Rasanya dunia mulai aneh.

Hey, why are you just silent here? Hurry up!” Pemilik toko itu berkata cukup keras hingga sedikit mendorong pundak Jung Ah agar masuk kedalam mobil. Begitu Jung Ah duduk didalamnya dengan gelisah. Pemilik toko itu menundukkan kepala agar bisa dilihat jelas oleh Jung Ah dan tersenyum kecil “Wish you live happily from now.

Tenggorokan Jung Ah tercekat, ia memiringkan kepalanya dan menunjukkan gurat tidak mengerti. Berikutnya lelaki itu lenyap dari pandangan tatkala mobil limousin bergegas pergi, membawanya entah kemana yang tak pernah ia tahu. Jung Ah duduk sembari meremas kedua tangannya, cemas dan hati berdebar keras.

Semua berawal dari kartu pos dibawah pintu kamar hotel dan Jung Ah tidak mengerti hidupnya berubah aneh sekarang. Orang-orang tak dikenal memperlakukan dirinya seperti orang bodoh. Mereka seolah-olah bersengkongkol satu sama lain untuk menyembunyikan rahasia yang tak boleh diketahui.

Baiklah, ia memang tidak tahu apa-apa.

Setiap bangunan tak luput satupun dari ujung manik Jung Ah, menelisik arah jalan telah dilaluinya. Ia pun juga melihat Big Ben beberapa menit lalu dan limousine ini malah berbelok ke jalan yang belum pernah dilihatnya. Terkesiap hendak bertanya pada supir tapi ruang kemudi telah dibatasi oleh dinding perekat namun dipasang kaca berbentuk persegi panjang hingga Jung Ah bisa melihat gerak-gerik supir dari belakang.

“Sir.” Jung Ah mengetuk kaca, alih-alih memanggil supir. Ia melakukannya berulang kali tapi lelaki itu tak menoleh atau sekadar menyahut sekalipun.

Lama-lama aku bisa gila, keluh Jung Ah dalam hati.

Ditarik nafas panjang saat memutuskan bersandar sejenak di jok kulit. Tak sengaja ia menyentuh selembar kartu yang terselip keluar di sela-sela kursi jok. Jung Ah tanpa basa-basi membalikkan kartu sebab menyadari bentuk dan aksaranya persis dengan kartu dibawah pintu kamar.

“Sementara ini biarkan apapun yang aneh telah kau alami hari ini menjadi rahasia. Tunggulah sebentar karena kau akan tahu segalanya.”

Tatkala surat itu malah membuat kening Jung Ah semakin berkerut. Ia hanya bisa menunggu waktunya akan tiba dengan kalut.

—————————–

Kepala Jung Ah mendongak ketinggian bangunan gereja yang didominasi pahatan disetiap bilik, belum lagi jendela kaca besar berukiran seperti bangunan di London pada umumnya, bermodel antik yang diinspirasikan dari kastil tua peninggalan zaman Victoria. Bibirnya melonggo sampai tidak sadar pria yang merangkap supir itu sudah disampingnya sembari tersenyum kecil.

Madam, peganglah buket bunga ini!”

Mwo?” Jung Ah beralih ke pria itu dengan kaget. Pertama ia terkejut pria London bisa sedikit berbicara Korea walau dengan aksen cukup janggal. Dan kedua, untuk apa bunga lili yang sudah dirangkai cantik.

“Saya turut ikut berbahagia untukmu.” Bukannya menjawab, lelaki itu menarik seulas senyum sembari meraih gagang pintu utama berlapiskan emas.

Lantas Jung Ah mengedarkan tatapannya ke depan bersamaan dua pintu itu terbuka secara perlahan. Ia terhentak dan mengerjap cepat melihat seisi ruangan dalam bangunan. Entah ini sekadar mimpi atau bukan. Jantungnya berdentum cepat kendati menemukan orang-orang berpakaian formal hendak beranjak dari kursi, seluruh pasang mata mereka telah tertuju padanya dengan raut sumringah dan senyuman diwajah masing-masing.

Satu per satu sekilas ditangkap mata Jung Ah, diantaranya ia mengenal sedikit dari banyaknya orang-orang. Belum cukup puluhan detik ia tercengang sendiri bahkan hampir lupa bernafas. Seluruh ruangan tampak ditata apik untuk upacara pemberkatan pernikahan. A-apa yang terjadi?

Hello beautiful bride.

Sapaan Jaejoong bertiup tiba-tiba ditelinga wanita yang satu-satunya bertingkah seperti boneka pajangan yang terus diperhatikan semua orang tanpa tahu maksud. Sontak, Jung Ah berusaha keras mengeluarkan suaranya dikala masih shock.

“B-bisakah kau jelaskan apa maksudnya ini?”

“Lihatlah didepan altar! Disanalah kau akan tahu jawabannya.” Jaejoong memberi isyarat dengan gerakan tangannya alih menunjuk ke depan.

Tanpa aba-aba, Jung Ah meluruskan pandangan kearah yang dimaksud Jaejoong. Ia kembali terhanyut dalam keterkejutan. Yunho disana, tersenyum menatapnya. Dia tak sendirian disitu, namun kedua orang tua pun turut di samping lelaki itu.

“Simpan dulu mimik kagetmu untuk nanti! Sekarang biarkan aku melakukan tugas sebagai penggiring pengantin wanita.”

Jaejoong mengangkat sedikit lengannya, mengisyaratkan Jung Ah untuk segera menyelipkan tangan disana. Kemudian mereka melangkah secara beriringan dalam tempo pelan menuju altar. Pernafasan Jung Ah bertambah gugup ketika kakinya yang gemetar harus mencapai di samping Yunho. Torehan senyum maskulin tak kunjung lenyap diwajah Yunho. Jung Ah tidak menyangka angan-angannya berubah nyata, Jung Yunho tampak sempurna dalam balutan pakaian dilengkapi jas tuksedo hitam dengan dasi pita yang pernah ia lihat di Oxford City.

“Diantara hari-hari lain, disinilah kau terlihat paling cantik.” Bisik Yunho sekilas tersenyum lembutnya ketika menyambuti tangan Jung Ah dari Jaejoong.

Astaga. Mimpi apa aku berada disini dan berdiri dialtar bersama Jung Yunho.

“Apa kalian sudah siap?”

Kontan Jung Ah memalingkan kepala didepan altar setelah suara sang pastur menginterupsi. Yunho pun melakukan hal sama sembari menegakkan tubuhnya untuk berdiri berhadapan dengan pastur tersebut. Lelaki itu tak henti-hentinya tersenyum lebar, sungguh berbalik dengan keadaan Jung Ah yang belum sekadar membiasakan diri menjadi pusat perhatian dari orang-orang dibalik punggungnya.

“Dimohonkan kalian berdiri saling berhadapan!” perintah pastur ramah.

Jung Ah dan Yunho melakukan apa yang disuruh pendeta. Alih-alih sepasang manis dari kedua insan itu bertautan, penuh kelembutan. Ia tanpa sadar tersedot dalam sorot tatapan Yunho yang sangat dalam seolah-olah palung terletak disana. Jung Ah terus dibuatnya gugup hingga kadang ia menundukkan kepala, menyembunyikan rona merah dipipi.

“Jung Yunho, bersediakah anda menerima Son Jung Ah sebagai istrimu. Membahagiakannya dan saling mengasihi baik dalam keadaan suka maupun duka sampai maut memisahkan kalian?”

Suara pastur dengan nada lembut itu seperti lonceng yang berdentang, mempertanyakan sebuah sumpah yang menentukan masa depan pasangan ini.

“Ya, aku bersedia.” jawab Yunho tanpa ragu-ragu dan penuh keyakinan. Tatapannya tidak kunjung berpaling dari wajah wanita yang siap untuk dibahagiakannya.

“Kepada Son Jung Ah, bersediakah anda menerima Jung Yunho sebagai suamimu. Merawatnya dan selalu mengasihinya tak peduli dalam keadaan sehat maupun sakit sampai maut memisahkan kalian?”

Pipi Jung Ah menjadi basah karena lelehan bening yang seenaknya mengalir dari pelupuk mata. Baru kemarin ia sempat kehilangan kepercayaan diri untuk mempertahankan hubungan namun entah Yunho berhasil membuat rasa sakitnya yang terkoyak telah mencair. Sekujur tubuhnya merinding dan kepala serasa berputar. Apapun jawaban yang keluar merupakan penentuan nasib di masa depan antara mereka.

Dipenjamkan matanya sejenak dan menarik nafas dalam-dalam lalu dihembuskan keluar dengan jawaban “Ya, aku bersedia.”

“Selamat kalian berdua resmi menjadi suami-istri. Silahkan memasang cincin di jari masing-masing dan diperkenankan untuk mencium pasangannya.” ucap sang pastur bijak mengesahkan status pasangan dihadapannya dan disambut tepuk tangan setiap orang didalam ruangan.

Akhirnya janji setia telah diikrarkan untuk pengikatan abadi. Jung Ah merasakan pandangannya semakin bertambah kabur, air mata sulit berhenti hingga Yunho turun tangan untuk mengusap pipi Jung Ah dengan hati-hati seolah kulitnya terbuat dari kaca porselen yang mudah rapuh.

“Menangislah sebanyak kau inginkan sekarang sebab aku bersumpah untuk tidak membuatmu menyia-nyiakan air matamu dihari selanjutnya.”  Yunho menyahuti dengan nada halus.

Jung Ah mengangguk lemah dan terlalu sulit jika harus berbicara sekarang. Rasa haru dan senang luar biasa telah meledak didalam dada persis kembang api yang dinyalakan serentak pada malam tahun baru.

Kemudian Jaejoong muncul di antara kedua insan tengah berbahagia sembari membawakan kotak kecil terbuat dari kaca sebagai tempat dua buah cincin. Yunho kendati mengambilkan cincin bertahta batu berlian biru safir dan menyelipkannya dijemari kurus sang istri. Dikecupnya punggung tangan Jung Ah setelah cincin itu melingkar manis disana.

Selanjutnya giliran Jung Ah mengambil cincin tersisa berukuran lebih besar dari jemarinya, lalu dipasangkan pula dijari manis lelaki yang resmi menjadi suaminya beberapa detik lalu. Perasaan jauh lebih membaik tepat senyum mereka tergambar di wajahnya sambil memandangi cincin ditangan pasangannya. Tak lama kemudian Yunho menurunkan kepalanya dan lebih mendekati wajah Jung Ah. Dihapusnya pula jarak sampai bibir saling bersentuhan lembut.

Tanpa memperdulikan sorak-sorak dan pandangan para tamu undangan seakan dunia hanya tercipta untuk mereka. Tangan Yunho melingkar dipinggang Jung Ah, memperdalam lumatan kecil. Wanita itu menaruh lengannya dipundak Yunho, menikmati sensasi manis nan mendebarkan. Ciuman sumpah setia tidak dapat dilewatkan begitu saja.

Beberapa orang berprofesi wartawan langsung mengangkat kamera sembari mengabadikan momen pasangan tersebut. Mempersiapkan berita pernikahan ahli waris perusahaan Jung Corp dengan wanita yang sempat disebut-sebut ‘kekasih rahasia’ penyanyi idola, Xia Junsu. Mungkin mereka akan menjadi ulasan paling menarik dibidang ekonomi maupun entertainment.

————————-

“Aku turut ikut berbahagia untuk pernikahanmu.”

Jung Ah tersipu ketika wanita cantik –tak lain mantan tunangan Yunho– dengan potongan dress berwarna ungu memberi ucapan dengan ramah “Gumawo, Ara-yya.”

“Apa kau terkejut dengan kejutan Yunho? Kudengar kau tidak pernah merencanakan acara pernikahan.” tutur Ara antusias, menarik tangan Jung Ah.

“Ah…i-itu membuatku gugup. Hampir saja aku akan mati karena semua orang melihatku.”

Aigo…tentu saja kau harus bahagia. Dia milikmu sekarang.” Ara dengan gemas memukul pelan lengan Jung Ah seraya melirik Yunho yang berdiri tak jauh dari mereka dan tengah berbincang dengan tamu lain.

Pandangan Jung Ah melirik lelaki bertubuh lebih tinggi yang tidak bergerak dari sisi Ara. Lelaki itupun melemparkan senyum ramah padanya. Refleks Jung Ah menundukkan kepala untuk berbisik di telinga Ara.

“Kekasihmu?”

Ujung mata Ara memicing kesamping dan membalas tatapan penuh tanya dari lelaki yang kali ini menjadi objek pembicaraan dua wanita. Ara sedikit menurunkan suaranya agar hanya Jung Ah yang bisa mendengar.

“Entahlah. Kami sangat dekat karena kami selalu bersama semenjak memasuki universitas yang sama di New York.”

“Jadi, kau menyukai dia?” tanya Jung Ah lagi-lagi.

Ara tertegun sebentar dengan semburat merah dipipinya. Ia menelan ludah lalu berbisik lagi “Kurasa akhir-akhir ini cara pandangku berubah padanya. Entahlah beberapa kali dadaku berdebar keras setiap dia terlalu dekat denganku.”

Sudut bibir Jung Ah terangkat lebar sembari terkekeh kecil “Dari presepsiku, aku yakin kau  akan sadar siapa lelaki ini dalam hidupmu.”

Raut wajah Ara berubah panas hingga buru-buru ia mengubah ekspresinya menjadi datar. Ia tanpa sadar menarik ujung jas tuksedo lelaki disampingnya yang sedari tadi terdiam dengan wajah heran, rasanya dia telah menganggap diri seperti benalu diantara dua wanita entah sedang menggosipkan apa.

“Kenapa kau diam saja daritadi? Apa kau lupa tata krama untuk memperkenal diri pada orang asing.”

“Huh…kau tidak memberiku kesempatan bicara pada pengantin wanita, kalian berdua justru terlalu asyik berbisik-bisik sendiri.”  balas lelaki itu lalu disambuti tatapan sengit Ara, kontan ia mengulurkan tangannya pada Jung Ah. “Jung Ilwoo imnida. Aku juga mengucapkan selamat berbahagia untuk anda.”

“Senang melihatmu datang.” Yunho menyeruak tiba-tiba.

Ara memicingkan matanya ketika menatap Yunho “Why? Kau kira aku tidak sudi melihatmu setelah kau mematahkan hatiku. Aku bukan wanita pendendam seperti itu.”

“Huh…aku mengira kau masih seperti itu sebab disekolah menengah, kau benar-benar egois dan manja.” Tukas Yunho datar.

“Kejam sekali pikiranmu,” Ilwoo menyahuti pendek hingga tatapan ketiga orang sontak tertuju padanya, terutama Ara yang sibuk mengulum senyum setelah merasa dibela. “Tapi tepat dugaanku kalau dia memang sudah menyebalkan dari dulu rupanya. Dia bahkan sejak pagi mengomeliku tanpa alasan. Telingaku hampir tuli.”

“YAH…kukira kau berada dipihakku.” Ara membelalakkan matanya dan mendengus ketus. “Ada sebabnya aku marah. Kau sendiri yang tidak peka, dasar bodoh.”

“Cerewet,” tukas Ilwoo cuek sambil menarik tangan Ara. “Sebaiknya kita mengambil ice cream agar kau tidak emosi terus seperti nenek tua. Kami permisi dulu.” tambahnya bergegas meninggalkan Yunho dan Jung Ah, sementara Ara tidak menyembunyikan wajah memberenggutnya.

Jung Ah mengerjap-ngerjapkan matanya, mendadak ia seperti sedang menonton drama yang mengkisahkan sepasang anjing dan kucing namun saling menyukai dari lubuk hatinya. Lelaki disampingnya –Jung Yunho– cuma menggeleng kepala, mendadak pusing dengan kebisingan singkat pasangan konyol menurutnya.

“Pepatah selalu benar, wanita tercantik selain ibu adalah pengantin wanita.”

Entah sejak kapan Jaejoong berada disamping Jung Ah. Dia mengulurkan tangan untuk meraih tangan pengantin wanita, hendak mengecupnya. Sebelum bibir Jaejoong sempat menyentuh punggung tangannya, cekatan Yunho merebut tangan Jung Ah dari genggaman lelaki lain.

“Berhentilah menggoda, Kim Jaejoong! Dia istriku sekarang.” Yunho melemparkan desisan sekaligus memberi peringatan. Oh…Dia pencemburu.

“Wah…sepertinya anda jengkel sekali. Takut aku merebutnya darimu?” Jaejoong belum lepas dari tatapan sinis lelaki itu hanya membalas dengan senyumnya terkesan menyebalkan dimata Yunho. “Aku disini ingin mengucapkan selamat. Kurasa kau terlalu berlebihan.”

“Aku mencemaskan sifat flamboyanmu walau seorang sahabat sekalipun.” gumam lelaki itu lalu meraih tubuh Jung Ah kedalam rangkulan posesifnya seolah-olah takut lelaki lain menyentuh meski seujung rambut.

“Uh! Sesak,” keluh Jung Ah berusaha mendorong tangan Yunho yang melingkar ditubuhnya kemudian ia memandangi dua lelaki itu bergantian. “Jadi, kalian sudah saling mengenal?”

Jaejoong menarik seulas senyum yang sungguh manis dan mengangguk senang “Kami berdua sangat dekat. Mungkin kau akan berpikir kami seperti musuh tapi percayalah kami berteman baik.”

“Menjauhlah dariku.” Yunho memutar bola matanya sebal tepat Jaejoong meletakkan lengan dipundaknya.

Rasanya Jung Ah akan sulit percaya sementara waktu jika dua pria bertolak belakang punya hubungan dekat.

“Yuck…kau memang bukan orang manis, Jung Yunho. Padahal aku ini banyak membantumu.” Gerutuan Jaejoong ditujukan langsung lelaki bersifat tidak menyenangkan sama sekali. “Baiklah, aku akan membocorkan rahasia. Jung Ah, dengarkan aku baik-baik! Ini pasti seru.”

Mwo?” Sepasang alis Yunho terangkat tinggi-tinggi, sadar teman baiknya mungkin akan berpotensi mengungkapkan hal-hal tidak boleh diketahui. “Tidak. Jangan bicara apapun!”

Namun terlambat karena Jung Ah sudah bersikap antusias dengan mata berbinar-binar, menunggu Jaejoong berbicara.

“Kau harus tahu soal ini! Percayalah Yunho yang dingin dan kaku sering melakukan banyak yang tidak akan disangka-sangka. Percaya atau tidak sewaktu tinggal di London, dia sering tertidur sambil meracaukan namamu, diam-diam memandangi potretanmu di ponsel bahkan kadang sedang ditengah rapat presentasi proyek dan juga dialah sebenarnya mengirim tiket pesawat melalui Nyonya Jung –ibu kandung Yunho– meski dia berbuat buruk padamu pada akhirnya.” aku Jaejoong secara blak-blakan

“Y-Yunho?” Jung Ah mengalihkan pandangannya pada lelaki yang dibicarakan Jaejoong secara terang-terangan.

“Hei, aku belum selesai bicara. Ini masih banyak.” celetuk Jaejoong bertindak cepat sebelum Yunho hendak membuka mulut untuk menyuruhnya berhenti bicara. “Percayalah seorang Jung Yunho sudah mengeluarkan banyak tenaga dan pikiran demi persiapan kejutan pernikahan untukmu, bahkan aku temannya sendiri ikut direpotkan. Bayangkan dia bela-belain memohon Sturdust Salon yang amat terkenal seantero Inggris harus menutup bisnisnya sehari demi mempercantikmu, mengganti wedding dress yang kau sukai padahal dia sudah membeli dari fashion designer, Vera Wang, dan nyaris tidak tertidur beberapa malam untuk mempersiapkan segalanya secara perfect demi kau, kekasih yang ingin dia bahagiakan. Walau karena terlalu stress karena ingin segalanya sempurna membuatnya tak sadar ia hampir saja merusak persiapan pernikahan saat kau datang ke kantor. Bukankah…”

“Sudahlah! Kau terlalu banyak bicara.” potong Yunho semakin gerah jika kejujuran Jaejoong tak terkendali.

“Diamlah. Kau menganggu saja.” Ada seringai jahil di wajah Jaejoong menemukan semburat merah di telinga Yunho. “Percayalah, Jung Ah. Bukankah dia lakukan itu sangat romantis padahal dia bukan pria yang manis atau bisa memahami hati wanita.”

Jung Ah mengigit bibir bawahnya, gemas atas pengakuan Jaejoong. Alih-alih dadanya berdebar kencang dan rasanya ingin mencium bibir Yunho yang kini tengah membuang muka, entah dia merasa malu dan gengsi. Dimatanya sekarang Yunho terlihat seperti anjing manis dibanding serigala. Keyakinan Yunho mencintainya semakin bertambah besar walau dengan karakter yang sulit dipahami. Jung Ah benar-benar tahu itu.

Jaejoong ingin tertawa saat Yunho tidak mampu menahan perubahan rautnya. Lelaki yang dikenal sebagai pria keras hati kini tidak sedikitpun untuk bernyali memandangi istrinya sekarang.

“Ketika sebelum kau datang kemari, aku selalu penasaran bagaimana wanita yang berhasil membuat Yunho kelimpungan. Untung saja aku sempat melihatmu keluar dari ruangan Yunho sambil menangis. Saat itu aku yakin kaulah Jung Ah dan aku mengikutimu saja.”

“Pantas saja kemarin kau terlalu lama menghilang dari mejamu di kantor. Rupanya kau membolos untuk rasa penasaranmu yang tak berguna.” Yunho menyahuti ketus.

“Yah…sekalian untuk menghilangkan rasa suntuk dari pekerjaan kantor. Lagipula aku juga ingin mengenali wanita yang sudah menaklukkan demon sepertimu, boss.”

Kontan mata Yunho terpicing, mengeluarkan tatapan tajam seolah-olah akan mencabik tubuh temannya. Sementara Jaejoong menjulurkan lidah sebagai balasan. Lihat saja pertengkaran mereka sungguh kekanakan hingga Jung Ah terkekeh.

“Astaga, sekarang aku yakin kalian berdua sangat akrab.” ujarnya masih menertawakan kedua lelaki –Jaejoong dan Yunho–  yang baru saja menyadari telah mempermalukan diri.

Congratulation for my lovely friend, Son Jung Ah yang telah menikah dengan Jung Yunho.”

Terhentak, Jung Ah memutar tubuhnya dan kepalanya bergerak langsung mengarah pada seorang lelaki yang memecahkan keriuhan pesta. Bibirnya mengangga antara terkejut dan senang.

“Junsu-yya.” gumamnya tepat lelaki di atas panggung kecil tengah melambaikan tangan ke arahnya.

“Aku berharap kau hidup bahagia dari sekarang. Kudoakan selalu untuk kebahagiaanmu dan tentu saja aku harus menyampaikan hadiah untukmu. Dengarkan satu lagu ini!” Junsu berbicara lembut dengan mic di tangannya dan memberikan senyum lebar.

Tak ayal para wartawan kembali mengangkat kamera –teman sejati pekerjaannya– dan sibuk menyorot panggung di tempat penyanyi idol berada. Kemunculan Junsu merupakan berita yang tak boleh dilupakan setelah rumor skandalnya. Tampaknya rumor skandal akan diselesaikan tuntas sekarang.

(Kim Junsu – Beautiful Thing)

Ada banyak deksripsi perasaan dan emosi saling beradu di setiap bait yang dinyanyikan merdu oleh Junsu. Lelehan bening tak terhingga mengalir dari ujung manik Jung Ah. Hadiah dari teman terbaiknya telah memompa rasa haru yang menelusup dadanya. Terlalu banyak kebaikan Junsu yang ditawarkan pada dirinya.

“Apa kau sangat senang sekarang?” bisik Yunho alih-alih bertiup ditelinganya. “Aku sengaja mengundang temanmu, Junsu walau harus sedikit cemburu sekarang.”

Jung Ah tersenyum tipis menemukan raut Yunho tengah merajuk. Ia memutar tubuhnya hingga posisi mereka saling berhadapan. Sesaat pandangan pasangan saling bertautan, membaca bias-bias bercahaya dibalik kelopak matanya. Kemudian tangan Jung Ah melingkar di leher Yunho tanpa menghapus sunggingan lebar di bibirnya.

“Maukah berdansa denganku?”

Sebelah alis Yunho terangkat, spontan seringaian kecil terpeta diwajahnya “Seharusnya pria mengatakan hal itu duluan.”

“Ah…itu tidak penting sekarang.”  Jung Ah merasakan tangan Yunho dipinggangnya sekarang. Perlahan-lahan tubuh mereka bergerak secara alami sesuai alunan dentuman dan ketukan lagu nyanyian Junsu.

Hembusan nafas seakan lambat laun telah menyatu di udara. Dahi Jung Ah dan Yunho saling bersandar. Tak ada yang lain terlihat di irisnya kecuali wajah yang akan senantiasa mengisi hari-hari selanjutnya, siang dan malam. Tak terasa serpihan-serpihan memorial lama entah pertengkaran dan tangis itu seperti sekadar berlalu tanpa berbekas. Untuk hari ini saatnya menenggelamkan diri dalam pelukan bahagia, doa untuk selamanya.

Now, you’ll be my happiness to everyday.

——-Continued : BGBR Ending Part/After marriage—–

Saya pertama-tama pastinya pengen minta maaf sebab saya sempat janji buat publish ff ini setelah lebaran tapi sudah sebulan lebih malah saya baru melakukannya. Sebetulnya aku telah terpilih untuk bergabung dalam project teater kampus dan tentu saja membuat waktu bebasku amat sangat terbatas. Jadi, saya benar-benar minta maaf atas ketidak tepatan waktu.

Kedua, aku yakin kalian ingin baca lanjutannya sampai ending sesungguhnya tapi ada syaratnya. Kalian wajib mengisi komen kalian disini sebab terlalu banyak siders hingga aku sudah lelah dengan satu hal ini. Untuk mendapatkan pw. kalian hanya tinggal mention ke twitter dengan mencantumkan uname yang kalian gunakan untuk komen atau tulis email address kalian pas komen jika tidak memiliki twitter. Thanks

:)

images copy


Protected: Spinning in London #Side B [Bad Guy Bad Romance 5/Ending Scene]

$
0
0

This post is password protected. You must visit the website and enter the password to continue reading.


The Difference

$
0
0

The Difference (new)

 Cast:

Kim Himchan (B.A.P), Yoo Ara (Hello Venus), Lee Minhyuk (BTOB).

Minor cast: B.A.P member | Genre: Romance, Angst, Hurt | Duration: Oneshoot | Scripwriter: Mischa Jung|

Backsound: Epik High feat Lee Hi_It’s Cold.

Pernah dipost di sini

————————

Lelaki bertubuh tegap itu mengeraskan rahangnya. Kedua iris berwarna kelam bertumbuk ke arah persimpangan jalan cukup sepi bahkan satu per satu lampu pertokoan yang tersisa sudah dipadamkan. Tinggal mengandalkan lampu pinggiran jalan berpendar redup sebagai cahaya penerang di waktu menjelang larut malam.

 Ia merupakan salah satu dari orang orang yang masih terjaga selain gerombolan lelaki tengah duduk berkumpul tanpa satupun menyadari kedatangannya. Asap rokok menggempul dan menyatu hingga menjadi aroma paling kuat tercium. Tidak lupa kaleng kaleng beer kosong berserakan di atas meja bulat terbuat dari kayu lapuk. Tampaknya orang orang itu tengah menunggu kedatangannya sekaligus menghabiskan minuman beralkohol.

Are you ready for the hell?”

Seringaian tersungging diwajahnya sesaat sebelum ia mendekati orang orang itu. Kalimat menantang itu cukup menganggu segerombolan lelaki sehingga perhatian mereka tertuju kearahnya. Salah satu dari gerombolan, lelaki bertopi hitam diyakini adalah pemimpinnya membuang puntung rokok sembarangan setelah beranjak berdiri, membalas senyum remeh.

“Berani juga kau datang sendirian.” Lelaki bertopi hitam bertepuk tangan keras lalu melanjutkan lagi.  ”Apakah teman temanmu sudah dipaksa tidur cepat oleh orang tuanya, Kim Himchan?”

Himchan tertawa sinis sejenak lalu dilemparkannya tas ransel kesembarang tempat. Ia mulai meregangkan otot pundak dan menatap tajam segerombolan lelaki dihadapannya.

“Tanpa teman bukan masalahku sekarang tapi justru kalianlah harus mempersiapkan diri.  Bukankah kalian mengundangku datang dengan menghajar Moon Jongup dibelakangku sebagai surat tantangan.”

“Ah…aku yakin salah satu temanmu tidak akan mati. Kita tidak memukulinya dengan kekuatan penuh. Dia tidak selemah itukan?”

Himchan menaikkan salah satu alisnya, menggertakan giginya “Sebaiknya cemaskan saja kalian sendiri. Lagipula kemungkinan paling besar malam ini kalian akan….”

Mata Lelaki bertopi hitam mulai berkilat semakin tajam, menunggu kelanjutannya. Himchan menarik lengan kemeja putih sampai disikunya dengan tatapan meremehkan.

“Mati ditanganku.”

Tanpa perhitungan aba aba, segerombolan yang telah terpancing dari ucapan angkuh Himchan langsung bergerak maju ke arah lelaki yang datang sendirian.  Mata Himchan memicing balik kesamping kiri dan kanannya. Orang orang sudah mengelilingi dirinya bahkan membuat lingkaran tanpa ada celah.

“Tidakkah kalian memalukan? Melawan seseorang secara bergerombol.”

Sebelah ujung bibir Himchan terangkat penuh sindiran. Ia tanpa basa basi segera melayangkan tendangan tepat didada rusuk pemimpin gerombolan itu. Tindakannya membuat lelaki bertopi hitam semakin berang sehingga anggota lainnya akan menghadang menuju kearahnya dengan wajah geram masing masing.

Pertarungan malam akan dimulai.

Tangan Himchan yang sudah siap terkepal, sejurus kemudian melayang satu per satu hendak menghampirinya. Dikerahkan seluruh tenaga yang mungkin akan menjadi pertaruhan nyawa di malam ini.

Mati atau hidup, aku tidak peduli.

—————————-

Yoo’s Big House

Saturday, 18.25.

Puluhan gaun digantung secara berurutan di ruang lemari pakaian. Belum lagi sepatu, perhiasan dan accessories yang tidak bisa dihitung oleh jari selalu tertata rapi didalamnya. Entah berapa banyak uang yang harus dikeluarkan untuk membelikan semua. Tak ada satupun yang bukan berasal dari brand ternama.

Ara terlihat tanpa cela dalam balutan gaun selutut berwarna soft purple dengan renda tipis diujungnya. Disampingnya wanita berumur 40-an tampak elegan,  meneliti penampilan Ara dengan tatapan selektif dari balik kacamata berbingkai hitam. Dia kemudian menoleh pada pelayan pribadi, memberi perintah.

“Bawakan yang coklat terang itu. Bukan! Ambil yang satunya lagi.”

Pelayan wanita dengan penurut mengambilkan sepasang sepatu yang ditunjuk nyonya besar. Ditaruhnya sepatu itu didepan kaki telanjang Ara.

“Hmm…perfect. Kau sangat cantik, sayang.” Nyonya mengangguk puas, dipujinya putri tunggal setelah Ara mengenakan sepatu hak stiletto dari rancangan brand ‘Louboutin’.

Sudut bibir Ara tersungging tipis menanggapi pujian. Sudah hampir dua jam dihabiskan waktunya untuk berkutat mencari pakaian yang cocok serta didandani oleh pelayan pribadi. Atas petunjuk selera fashion ibunya yang merupakan pemilik butik, ia harus tampil sesempurna mungkin untuk di malam yang penting.

“Turunlah kebawah! kita harus segera berangkat. Jangan membuat mereka menunggu.” sahut ibunya hendak melangkah keluar dari ruangan.

Ne…aku akan turun setelah menelpon teman. Ini tidak akan lama.” Ara menjawab dengan gelengan kepala.

Ibunya kemudian beringsut pergi dan diikuti oleh pelayan hingga tersisa Ara diruangan itu. Gadis itu terduduk lemas di sofa, menyambar ponsel touch dari meja. Ditekannya nomor yang berada di daftar speed dial lalu menunggu sambungan itu terjawab.

Nomor yang anda tuju tidak dapat dihubungi.

Ara mengigit bibir bawahnya, memandangi nanar layar ponsel. Potretan wajah lelaki terpasang sebagai wallpaper dan disana juga tertangkap siluet Ara tampak bahagia disampingnya. Ia bahkan sulit jika harus menghapus atau sekedar menganti wallpaper dengan foto lain.

Dihela nafas singkat.

Hatinya berubah bimbang. Rupanya ia terlalu banyak berharap namun disaat yang sama ia baru menyadari dirinya memang sudah lama telah dicampakkan.

Lupakan saja aku sebab pada dasarnya aku hidup untuk diriku sendiri. Kau dan aku memiliki jalan yang berbeda.’

Ara sudah tidak tahu harus berpikiran apa. Rasanya ia sudah terlanjur dikutuk oleh ucapan yang pernah dilontarkan oleh lelaki yang mencampakkannya. Kepalanya mendongak ke atas, menarik pasukan oksigen sebanyak banyaknya hingga memenuhi ruang jantung.

Ditahan kuat air mata yang mulai memenuhi pelupuknya, membuat pandangan semakin buram. Suara si lelaki bersama kata kata yang dijadikan alasan terakhir itu masih saja terus menyesakkan benaknya setiap hari.

 

Yoo Ara yang dilahirkan hidup sempurna

Tapi

Apa hidupku akan tetap sempurna jika tidak bisa merengkuh hati Kim Himchan?

 

————————

Langit beranjak gelap. Matahari ditelan secara perlahan oleh waktu. Akhirnya sang malam berkuasa sepenuhnya. Semilir Angin beradu lembut menemani suasana sendu dan semuram raut wajah Himchan.

Drrttt…drrrttt…drrtt...

Tatapannya tertuju pada ponsel yang bergetar ditangannya. Deretan nama muncul dilayar ponsel bersamaan dengan potretan wajah penelepon. Dadanya bergemuruh kencang, membuatnya tidak bergeming. Apapun yang terjadi ia harus menetap pada keputusan yang sudah lama ia buat. Ia tidak akan bisa berpaling lagi.

Reject.

Jemarinya mengusap layar ponsel dengan satu penolakan tanpa goyah. Ditariknya nafas yang semakin lama malah memberat. Itulah hal biasa yang selalu terjadi jika tindakannya tidak sesuai dengan keinginan yang tertulis didalam perasaan.

Tak lama kemudian, ia kembali masuk kedalam bangunan kecil yang dijadikan base camp oleh enam lelaki yang hidupnya layak sekelompok pemberontak atau dilabeli berandalan seperti Himchan. Rumah ini tidak terlalu menggenaskan. Tiap dinding didominasi seni grafitti dan perabotan seadanya mengisi ruangan.

Ia sendirian berbaring di sofa ruangan itu bersama beberapa kaleng beer yang baru dibelinya. Teman lain entah pergi ke mana hingga membuatnya merasa bosan sendiri. Digenggamnya kaleng beer dengan tangan bergemetar lalu ditenggaknya rakus sampai tandas. Sensasi alkohol menyengat melewati kerongkongan itu pada akhirnya gagal mengobati perasaannya.

Lebam diwajahnya, belum lagi beberapa cidera dibagian tubuh yang ia dapatkan dari pertengkaran dengan salah satu geng tadi malam. Sebenarnya Himchan bisa saja memenangkan perkelahian jika polisi tidak datang. Beruntung ia berhasil lolos dari ringkusan para polisi.

Pada akhirnya Himchan baru sadar beer dan perkelahian menjadi tidak berguna. Keduanya tidak ada yang bisa menanganinya untuk mengisi kekosongan hatinya dalam waktu sejenak sekalipun. Rasanya Himchan tidak bisa mengelak bahwa sudah terperangkap didalam perasaan yang ingin dibuangnya sejak lama.

Setiap hari menipu diri sendiri dengan mengatakan ia akan hidup baik baik tanpa rasa sakit. Tinggal tanpa kebahagiaan membuat hari terasa begitu panjang, tak ada habisnya. Kehilangan gairah muda dalam hidup.

Shit!” Himchan tak henti memaki diri sendiri. Dilemparnya kasar kaleng beer kesembarang tempat dan menutupi kedua mata dengan lengannya.

Yoo Ara.

Nama wanita sudah melekat dan tidak dapat dihapus mudah layaknya tatto. Mampu memporakgandakan hidupnya seperti roller coaster. Persis lirik sad song yang dapat mendeksripsikan perasaannya sekarang.

“Aku tahu tempat ini kumuh tapi setidaknya buanglah sampah ditempat semestinya!”

Spontan Himchan menoleh ke arah pintu yang terbuka, mendapatkan sosok lelaki berwajah cukup garang dengan suara ketus tampak menendang asal kaleng beer. Dilemparkan senyum ala kadarnya pada lelaki itu telah berbaik hati melempar kaleng ke tempat sampah setelah menggerutu padanya.

“Bagaimana?” Young Guk mendaratkan pinggulnya ke sofa yang berada disamping Himchan. Diangkatnya kedua kaki ke atas meja yang dipenuhi kaleng kaleng beer.

“Hmm?” Himchan bergumam pendek.

“Perkelahian kemarin malam. Kudengar kau datang sendirian dan menerima tantangan mereka tanpa mengabari kami.” kata Young Guk lagi, sambil menatapi Himchan masih dalam posisi berbaring bahkan memonopoli sofa yang sebenarnya bisa diduduki dua-tiga orang.

“Begitulah.”

“Begitulah?” Alis Young Guk terangkat sebelah, bibirnya mendesis. “Akhir akhir ini kau tidak seperti  biasanya. Rasanya kita kehilangan moodmaker.”

“Himchan hyung sekarang lebih mirip zombie.” sahut lelaki remaja berambut dicat pirang beranjak masuk sambil mengunyah stick Pocky, snack kesukaannya dengan semangat hingga remah remah berjatuhan.

“Hey Choi Junhong, sudah pernah kukatakan beberapa kali jangan makan sambil berjalan. Bersihkan sisa remah remah Pocky sialanmu itu nanti!”

Junhong, lelaki termuda langsung mengerucutkan bibirnya. Ia terlihat bersemangat awalnya langsung berubah mood setelah dimarahi ketua geng -Bang Young Guk-. Kegiatan bersih bersih adalah hal yang paling menyebalkan dan biasanya diserahkan sebagai tugas Youngjae.

“Ara noona menelponku. Dia akan datang kesini nanti.” Daehyun tiba tiba menyeruak masuk sambil memasukkan ponsel ke saku celana jeans kumalnya.

Jeongmal? Sudah lama sekali dia tidak datang. Apakah dia akan membawa makanan enak untuk kita?” Junhong bersuara paling antusias.

Himchan bangkit dari posisi berbaringnya dan bersiap akan pergi keluar.

“Wanita itu akan datang.” Belum sempat Himchan melangkah, Young Guk duluan menahan tangan dan mencegahnya pergi.

Himchan melirik ketiga orang yang tengah menatapnya “Aku tidak peduli. Dia tak ada hubungannya denganku.” ujarnya berusaha tetap berekspresi datar.

Hyung, kau mau pergi kemana?” Youngjae yang baru datang bersama Jongup, berpapasan dengan Himchan yang hendak keluar. Jongup refleks mengangkat pundaknya lalu mengaduh pelan karena cidera dipunggung setelah dikeroyok kemarin.

“Pulang.” jawab Himchan seadanya lalu melengos pergi begitu saja meski seluruh teman temannya sudah berkumpul.

Dari kejauhan ia bisa mendengar suara teriakan Junhong dibelakangnya.

“Jangan pulang dulu, hyung! Siapa tahu Ara noona akan datang membawa pizza atau fried chicken.”

Kata kata Junhong pada akhirnya disambuti jitakan cukup keras dikepala oleh Daehyun hingga maknae itu mendelik kesal. Sementara Daehyun malah mengabaikan tatapan tajam Junhong, memandangi lurus ke punggung Himchan yang semakin menjauh.

“Biarkan saja Himchan hyung pergi. Otakmu masih terlalu kekanakan, jadi kau tidak akan mengerti, Junhong-ah.” gumam Daehyun mendecakkan lidah kearah Junhong setelah Himchan lenyap dari penglihatannya.

Kening Junhong berkerut bingung. Rasanya Daehyun benar, ia memang tidak mengerti. Yang ia tangkap hanyalah Himchan berubah menjadi zombie dan Ara, kekasih cantik Himchan selalu dermawan sebab sering memanjakannya dengan makanan jika datang ke base camp.

—————————-

Kedua mata Ara menyapu pandang di wajah Lee Minhyuk. Kadang dibalasnya senyuman lelaki itu dengan sunggingan bibir yang canggung. Tubuh Ara bahkan harus menyesuaikan diri untuk mengikuti alur gerakan didalam genggaman Minhyuk, diiring musik ‘Dancing in The Moonlight‘ yang bergema di ballroom.

“Apakah kau gugup?”

Begitu Minhyuk bertanya, Ara sekilas mencuri pandang ke meja dinner yang ditempati kedua orang tuanya yang tengah berbincang santai dengan keluarga Minhyuk, sesekali juga memperhatikan kedua anak mereka tengah berdansa. Ia tampak tidak terlalu nyaman menjadi pusat perhatian.

Lelaki bermata sabit itu terkekeh setelah meneliti reaksi Ara, diletakkannya dagu dipundak gadis itu dan berbisik lembut.

“Bersikaplah lebih rileks.”

Ara hanya sekedar menarik sudut bibirnya, tersenyum. Tubuhnya bergerak dengan ritme teratur, melangkah ke kanan dan kiri bergantian kemudian berputar serentak. Lelaki itu dengan manisnya, menaruh tangan dipinggang Ara dan menuntun setiap gerakan si gadis.  Seperti pasangan dansa lainnya, Minhyuk tampak menikmati namun tidak pada Ara.

“Sepertinya pikiranmu berada ditempat lain?” tanya Minhyuk membuyarkan lamunan wanita dihadapannya dengan nada gusar.

Ara tergelak, menyadari wajah Minhyuk cukup dekat. Kepalanya kemudian bergerak mundur, menghindari tatapan Minhyuk yang amat lembut seolah ditujukan untuknya.

Aniya.” jawabnya lugas. Ia sudah terlalu sering menipu orang orang disekitarnya yang berpikir dirinya telah menyambuti hati Minhyuk.

Lelaki dihadapannya memiliki paras cukup manis yang memberi kesan ramah. Senyum menenangkan, belum lagi tutur kata yang santun dan penampilan berkelas seakan memperjelas ia dari kalangan chaebol. Entah berapa banyak wanita iri padanya dan berharap bisa merebut posisinya.

Disisi lain, Ara tidak pernah menikmati kebanggaan yang diinginkan wanita wanita itu. Tidak ada satupun pesona lelaki itu berhasil membuka hatinya yang tertutup oleh

Kim Himchan.

Ara kemudian melangkah mundur hingga lengan Minhyuk dipinggangnya terlepas. Sontak gerakan dansa mereka juga terhenti meski lagunya masih mengalun. Gadis itu buru buru membungkuhkan tubuhnya dihadapan Minhyuk.

Mianhae, aku harus segera pergi.”

Belum sempat Ara berbalik, Minhyuk dengan cekatan menangkap pergelangan tangannya “Aku akan mengantarmu.”

“Jangan! Kau tidak perlu meninggalkan acara pestamu.” sergah Ara menggeleng, menolak dengan nada halus.

Tubuh Ara berputar cepat dan melangkah panjang menuju pintu utama. Ditinggalkannya Minhyuk berdiri sendirian ditengah pasangan pasangan lain yang tengah berdansa. Termenung. Ditatapnya sosok belakang Ara yang melenggang dan lenyap dibalik kerumunan para tamu undangan. Gadis itu berlalu begitu saja bahkan menoleh kearahnya sebentar saja pun tidak.

Minhyuk menghela nafas panjang dengan kepala tertunduk dalam. Tanpa sadar Yoo Ara telah mengecewakan sang pangeran dalam pesta itu.

———————-

Derap langkah Himchan bergema di lorong apartemen. Dindingnya beberapa retak, lapisan cat mengelupas dan besi penyangga tiap lantai sudah berkarat. Tidak heran biayanya lumayan murah dan pastinya bangunan sudah cukup tua seakan mudah dihancurkan oleh angin tornado.

Asap rokok dihembuskan dari bibir Himchan menemani langkah gontainya. Dilaluinya lorong yang diterangi cahaya lampu redup untuk menuju pintu flat. Sejenak langkahnya terhenti begitu kedua iris hitam menangkap siluet tubuh tengah berdiri didepan pintu, menunggu pemilik kamar datang.

Desisan Himchan tanpa sadar keluar saat mengetahui wujud seseorang didepan pintu.

Brengsek kau, Jung Daehyun. Kau membohongiku.

Batin Himchan memaki setelah sadar ia telah terjatuh kedalam siasat Daehyun. Ia kemudian membuang rokok ke lantai dan menginjaknya.

Ara mendekati Himchan dengan langkah tempo sedang. Ia tampak gusar namun sudut sudut bibirnya terangkat, membentuk senyum yang hambar. Ekspresi Himchan tidak terbaca. Sebagian wajahnya tertutup bayangan hitam. Yang terlihat dimata Ara hanyalah pantulan dua anting perak yang berjejer ditelinga kirinya.

“Kau merokok? Kukira kau sudah berhenti.”

Tubuh Himchan membeku. Ia kemudian mengeluarkan ekspresi datar “Bukan urusanmu.” ujarnya pendek dan ketus.

Kepala Ara tertunduk, ia menarik nafas dalam dalam. Ia bisa menangkap kesan negatif lelaki. Kesan yang sebelumnya tidak dilakukan Himchan. Lelaki itu sudah berubah, memperlakukannya secara dingin. Ara dengan hati hati meraih tangan kiri lelaki itu, dipandanginya dengan tatapan miris.

“Apa kau pergi berkelahi lagi?” tanya Ara lirih dengan kepala mendongak, matanya beralih ke wajah Himchan lebih jelas hingga dapat menemukan banyak luka memar.

Refleks Himchan menarik kembali tangan kirinya dan memalingkan wajah, menghindar dari tatapan Ara. Ia tidak dapat menyangkal sebab gadis itu tahu benar siapa dirinya. Kim Himchan salah satu anak berandalan yang sering terlibat masalah antar geng di seantero Seoul.

“Pergilah!” Himchan berujar sedikit dingin. “Disini bukan tempat untuk gadis baik baik sepertimu. “

Himchan berjalan melewati Ara, siap untuk mengambil langkah lebih lebar untuk mengabaikannya. Hatinya sudah bersumpah ia tidak boleh terlibat lagi dengan gadis itu dalam hidupnya bahkan membuang cinta sekaligus.

“Himchannie.” Ara berkata, sedikit lebih keras, berhasil membuat Himchan terhenti ditempat. “Janji itu. Apa kau tidak akan melakukannya?”

“Apa yang sedang kau bicarakan?” Himchan setengah menoleh. Mata tajamnya menatap ke arah Ara, tersungging seringaian tipis “Aku tidak ingat apapun.”

Ara merasa semakin sulit, bahkan sekedar menelan ludah “A-aku tahu kau berpura pura.”

Pipi gadis itu basah oleh air mata. Tidak ada satupun beranjak dari posisinya masing masing. Mata mereka saling bertautan, segelintir tetesan rindu dan uraian masa lalu seakan mengelilingi diantaranya.

“Jangan memaksaku!” Himchan berkata dengan intonasi suara yang meninggi. “Wanita sepertimu bersama manusia rendahan sepertiku hanya  memberi kesulitan. Kau tidak akan bahagia.”

Dirasakannya bahu Himchan menyapu pundak Ara. Suara sepatu kets itu berderap dibelakang Ara, perlahan menjauh bersamaan dengan suara pintu yang tertutup. Lelaki itu meninggalkannya sendiri  setelah mencampakkannya lagi lagi.

Sepeninggalan Himchan, Ara berdiri dengan tubuh membeku. Bukan hembusan angin malam yang membuatnya kedinginan tapi kekerasan hati Himchan. Selanjutnya ia mendapati dirinya terisak dan menangis. Yang terlihat dari matanya yang berair hanya pintu yang sudah tertutup rapat, membatasi ruang antaranya dan Himchan.

————————-

 “Seorang sunbae baru saja menyatakan perasaan padaku. Bagaimana menurutmu?”

Kedua mata Himchan langsung beralih dari majalah otomotif dengan dahi berkerut, membentuk garis garis tipis diantara kedua alisnya. Suara gadis tengah bergelayut manja dipundaknya telah memecahkan keheningan siang bolong.

“Kenapa kau diam saja? Cepat jawab!” Ara menggoyangkan bahu Himchan, menuntutnya.

Himchan menutup majalahnya, dilipatnya kedua tangan depan dada “Kenapa kau bertanya padaku? Aku ini pacarmu.” tanyanya.

Alih alih Ara menyunggingkan senyum misteriusnya, ditarik wajah Himchan mendekat dan menatapnya seksama “Apa kau cemburu?”

“Jika aku bilang tidak, apa yang akan kau lakukan? Menerima sunbae itukah?” Himchan bertanya balik, dirasakan telapak tangan gadis itu menempel dipipinya.

“Aku ingin tahu reaksimu. Kau tahukan aku cukup populer dikalangan lelaki.”

Himchan terkekeh “Jangan lupakan sudah berapa banyak gadis mengejar kekasihmu.”

Gadis itu mendengus sekilas, dilepaskannya wajah Himchan “Aku yakin tidak ada gadis yang bisa mendapatkan hatimu kecualiku.” ujarnya penuh percaya diri.

“Wah…insting yang bagus, nona. Bagaimana aku juga berpikiran sama?” Himchan mengangkat sudut bibirnya ke atas untuk tersenyum tipis. “Gadis baik baik yang jatuh kedalam pesona anak nakal. Bukankah itu yang terjadi padamu, dear perfect girl?”

“Itu terdengar seperti sindiran.” Ara memutar bola matanya dan melirik sekilas ke arah Himchan lalu merebahkan kepala dipundak lelaki itu. “Kalau begitu bagaimana kita membuat perjanjian?”

“Perjanjian? Apa bertambah satu lagi selain berhenti merokok, mengurangi minum beer dan tidak terlibat dalam perkelahian?” Himchan menurunkan kepalanya hingga tak sengaja hidungnya dapat mencium aroma yang mengoar dari rambut Ara.

Ne, ini akan berbeda dengan perjanjian sebelumnya.” Ara menjelaskannya dengan mata berbinar lembut.

Himchan menahan nafasnya. Membuat janji lagi dan ia tahu gadis itu akan sangat berharap sekarang. Mungkinkah janji itu lebih sulit dari setiap egonya? Himchan sudah berusaha keras melakukan janji janji sebelumnya namun satu janji lagi akan datang.

“Jika ada lelaki berasal darimanapun dan siapapun dia menyukaiku, kau harus…” Ara menelan ludah dan menunggu reaksi Himchan selanjutnya. “Merebutku darinya dan menjaganya tetap berada diposisi sampingmu.”

Sesaat diantara mereka diliputi keheningan. Himchan tampak tidak bersuara kecuali memandangi Ara.

“Akan kusimpan janji dikepalaku.”

Ara mengerjapkan matanya beberapa kali begitu merasakan nafas hangat yang Himchan hembuskan dari mulutnya menyapu permukaan wajahnya tanpa sengaja. Tatapan Himchan yang khusus ditujukan untuknya seolah-olah mengatakan ia benar-benar serius akan kata-katanya barusan. Senyum lebar merekah diwajah gadis itu.

“Kukunci janji itu dalam ingatanmu selamanya dengan mantera sihirku.” Ara menggerakkan sebelah tangan didepan wajah Himchan seakan sedang mengeluarkan sihir. “Kim Himchan bersumpah setia akan menjaga Yoo Ara dari lelaki manapun. Abracadabra~”

Hari itu. Jam itu. Detik itu. Waktu yang lama masih melekat sempurna dalam ingatannya. Sekarang, segalanya sudah berakhir dan ia tidak pernah memiliki kesempatan lagi. Gadis itu dengan bodohnya masih berharap hatinya, pada lelaki brengsek yang sengaja mengkhianati ketekadan yang terikat oleh janji.

Dinyalakan pematik ke ujung rokok yang sudah terselip dibibir Himchan. Menghisapnya dalam dalam, menghembuskan seakan itu bisa menenangkannya. Aroma rokok sudah menjadi bagian hidupnya yang sempat menghilang ketika gadis masih disisinya.

Disampingnya tergeletak koran harian. Headline news dikertas paling depan bertulisan dengan tinta hitam dan huruf mencolok.

Lee Minhyuk, young CEO L Group will get married next month.

Dibawah kata kata itu, terpampang foto lelaki itu sedang bersama seorang gadis. Mereka tampak serasi dan artikel tersebut melayangkan banyak pujian yang dilemparkan untuk pasangan akan menikah itu.

Himchan memenjam kedua matanya. Ia tidak akan merubah tekadnya, melakukan hal kejam demi gadis itu. Tetap melepaskannya adalah jalan yang terbaik.

————–

Gaun putih panjang rancangan Vera Wang begitu sempurna ditubuh Ara. Makhota kecil dengan tiara berkilauan disematkan dipuncak kepalanya bersama tudung panjang yang tipis. Bunga white lily segar dalam bentuk buket berada digenggamannya.

Pantulan kaca cermin tetaplah tidak bisa berbohong dimatanya. Jelas terlihat wajah tidak bahagia disana. Riasan sempurna bahkan tidak mampu menutupi segalanya yang tergambar dari hati. Jiwanya entah terlepas kemana meski sekelilingnya tampak berbahagia terutama kedua orang tuanya, mereka membanggakan putrinya akan menikahi salah satu pria ternama di Kor-Sel.

Bogoshipeo.” gumamnya kecil, seraya menatap nanar ke hadapan kaca cermin.

Dalam penglihatannya yang sembab seolah menangkap raga lelaki tersenyum dalam balutan jas hitam dicermin. Lelaki dalam bayang ilusinya dan selalu menjadi bagian fantasi tiap mimpi mimpi. Tersadar ia tidak dapat mengabadikan diri disisinya. Dalam waktu dekat ia akan terikat dengan lelaki lain, lelaki yang tak pernah dicintainya.

Titik bening memenuhi sudut matanya. Kim Himchan selalu terperangkap dalam pikirannya dan tak akan semudah itu dihapus. Seolah olah sedang mengelilingi  labirin yang selalu menempatkan dirinya ditempat yang sama, didalam ingatan tentang Kim Himchan.

Diraihnya ponsel dengan tangan bergemetar. Jemari kurus itu menekan tuts di layar ponsel touch. Dikeluarkan sisa sisa harapan terakhir melalui teks. Setelah menekan ‘send‘, Ara meninggalkan ponselnya di meja rias. Berbalik untuk melangkah keluar kamar. Ia harus bergegas menuju ke suatu tempat.

Pesta pernikahannya dengan Lee Minhyuk.

—————–

Lee Minhyuk menunggu seseorang di altar dengan senyum sedikit getir. Waktu pemberkatan yang membawa kegugupan baginya. Semua tamu undangan tampak hadir dan berada ditempat masing masing. Ia semakin tegang namun juga bahagia.

Sang mempelai wanita yang membuatnya jatuh cinta akan resmi mengisi hidupnya sebagai istri yang harus ia bahagiakan setelah bersumpah setia. Diliriknya jam tangan dipergelangan tangan dan Minhyuk menghela nafas panjang.

Namun sudah berlalu 15 menit, mobil limousin yang membawa Yoo Ara belum juga muncul.

Sedikit keterlambatan malah menambah kegelisahan Minhyuk. Kedua matanya memicing ke arah para tamu juga tampak menunggu waktu pemberkatan yang mulai melenceng dari waktu seharusnya dalam undangan.

“TUAN LEE MINHYUK….”

Suara keras menggelegar dari lelaki yang berlari tergesa gesa dari pintu utama. Otomatis seluruh perhatian tertuju pada lelaki muda yang tidak lain asisten kerja Minhyuk, Yook Sungjae. Dengan nafas tidak beraturan, Sungjae berusaha melanjutkan kalimat tersendat sendatnya.

“Mo…mobil yang mengantar Ara aggaeshi terbakar dan d-dia…dia ada didalamnya.”

—————–

Senandung sedih mengalun dan secara berirama. Nada yang diselingi isak tangis seorang wanita yang tak merelakan putrinya terbaring didalam peti yang menjadi tempat peristirahatan abadi. Sementara sang ayah merangkul tubuh rapuh istrinya dan juga meneteskan air mata. Samar samar kebisuan mengelilingi makam dengan pakaian serba hitam, menampakkan kedukaan mendalam.

Langit redup dan cahaya matahari yang kelam seolah ikut bersedih, kehilangan seseorang didunia. Semilir angin lemah mengantarkan kepergian jasad itu. Satu per satu mengucapkan salam perpisahan terakhir.

Yoo Ara, gadis yang dicintai banyak orang telah meninggalkan mereka dengan cara yang malang.

Lingkaran hitam dibawah mata sembab Minhyuk sedari tadi meratapi peti kayu. Relung hati terbelah mengangga. Wanita diimpikannya telah memberikan mimpi buruk padanya, menyisakan kelukaan teramat dalam. Tuhan telah menjemputnya menuju keabadian terakhir.

“Yoo Ara, wish I’m in nightmare but see your cold body is realize me. You were going, leave us.

Bibir Minhyuk kelu berucap dengan suara parau. Dengan tubuh lunglai itu bergerak maju selangkah, digenggam kuat setangkai bunga white lily yang seharusnya dilemparkan pada hari pernikahan.

Till the end of life, you always loved by me.”

Minhyuk kemudian meletakkan white lily tepat diatas peti sebelum diturunkan kedalam lubang peristirahatan terakhir. Semua orang hadir itu menundukkan kepala, menangisinya setelah mendengar pidato singkat lelaki yang gagal diberkati bersama Ara di altar pernikahan. Takdir sungguh kejam.

“Silahkan tutupi makamnya dan kita mendoakannya agar diberi kedamaian dalam tidur panjangnya.”

Mata Minhyuk terpenjam setelah mendengar suara perintah dari kerongkongan ayah gadis itu. Ia hampir tidak sanggup melihat tubuh wanita yang nyaris tak dikenali karena terbakar dan akan tenggelam selamanya dibalik tanah yang dingin. Teriakan sang ibu gadis itu meraung raung mengantarkan peti itu.

Potretan siluet wajah cantik Ara tengah tersenyum manis. Bunga aster yang melekat disekeliling bingkai serta pita hitam melingkar itu sengaja diletakkan atas peti membuat siapapun miris. Tak ada lagi sosok ramah dan seceria gadis itu disekitar mereka.

Dibalik pohon oak yang tak jauh dari pusat pemakaman, Himchan bersandar disana. Ia telah menghadiri kelangsungan acara secara diam diam, membuat sosok dirinya tak disadari oleh siapapun. Indera penglihatannya telah mengamati banyak reaksi memilukan dari orang orang yang ditinggalkan gadis itu.

Jika aku mati demi kau, akankah kau menjemputku untuk dikehidupan baru?

Bola mata Himchan tertutup sejenak. Teks terakhir Ara yang disampaikan melalui text messages sebelum menuju pernikahan, sebelum kematian datang.

“Kau begitu bodoh, Ara. Kau mengkhianati semua orang mencintaimu.” Himchan berharap hembusan angin yang bergulir itu dapat menyampaikan ucapannya.

Diselipnya sebatang rokok dibibir dan hendak menyuluti api diujung rokok dengan pematik. Namun beberapa detik ia tidak kunjung menekan pematik lalu dilemparkannya rokok bersama pematik direrumputan. Digeledahkan kepalanya, menatapi langit mendung dan berbicara lirih sendirian, tanpa pendengar.

“Janji janji itu akan kutepati.”

—————-

Lonceng angin di balkon berdenting, bergerak mengikuti arah hembusan angin malam. Gambaran anggun dan indah di Lucerne memang sangat luar biasa. Sorot lampu lampu mengisi perkotaan wisata kebanggaan negara Swiss berpendar di kegelapan yang hangat.

Himchan termanggu dibalkon, mengagumi hamparan luas yang memanjakan indera penglihatannya. Pilihannya tidak salah ketika memutuskan membuang kenangan lama yang menyedihkan dan ia perlu memperbaikinya di negara lain, bukan di Seoul yang menyimpan banyak duka meski teman teman terbaik pun ditinggalkannya.

Siraman bulan perak menerpa membuat aliran Sungai Reuss terlihat indah dan berkilau, menambahkan pesonanya. Sisi sungai terbentang banyak bangunan dengan arsitektur klasik dan terkesan gothic yang merupakan sisa sisa peninggalan sejarah pembangunan negara itu.

“Himchannie.”

Tangan yang memeluk pinggang lelaki itu dari belakang, mengendus aroma maskulin dipunggungnya yang telah menggantikan aroma rokok. Batang nikotin sudah menghilang sepenuhnya dalam jati diri Himchan.

Himchan menyunggingkan senyumnya, seketika digenggamnya tangan yang melingkar dipinggangnya. Tak sedikitpun ia menoleh, enggan berpaling dari pemandangan indah Lucerne  ”Apa yang membuatmu terbangun, Ara?”

“Kau telah meninggalkan tempat tidurmu.”

Kedua sudut bibir Himchan semakin tertarik ke atas, diputarnya tubuh hingga dapat melihat jelas rupa si gadis. Matanya begitu teduh dengan senyum kecil yang membuatnya tak heran mengapa banyak hati lelaki yang telah ditaklukkan oleh fitur cantik Yoo Ara.

“Haruskah aku disampingmu agar kau nyenyak?”

Ara mengangkat sebelah alisnya, diulurkan tangannya  untuk menyibak poni yang menutupi dahi Himchan “Aku  hanya takut jika ditinggalkan lagi. Takut kau mencampakkanku.”

Pandangan Himchan turun ke lekuk tubuh Ara yang tersembunyi dibalik kemeja putih yang kebesaran. Paha gadis itu cukup terekspos karena ujung kemeja hanya sanggup menutupi setengah kedua pahanya. Penampilan Ara sebenarnya cukup menggoda bagi lelaki normal. Namun gadis itu selalu nyaman mengenakan pakaian milik Himchan, sengaja menenggelamkan diri kedalam aroma tubuh kekasihnya.

“Apa yang kau takutkan? Aku disini, bersamamu untuk memulai hidup baru.” Himchan menaruh tangannya dipinggang Ara, ditariknya lebih mendekat.

Ara melingkarkan tangannya dipundak Himchan, suara nafasnya terdengar pelan cukup membuat lelaki itu tegang. Iris hitam yang bening menyiratkan kesungguhan.

“Disini kau dan aku sekarang tak punya siapapun. Kupertaruhkan segalanya, kehidupanku yang mewah dan hampa disana untuk berada disini.”

“Kau memang bodoh.” gerutu Himchan menatap bulu-bulu mata lentik yang menghiasi mata mungil itu. “Meninggalkan semuanya disana, membohongi orang orang yang mencintaimu dengan menggunakan kematian demi hidup bersama lelaki rendahan sepertiku.”

Jemari Ara menelusuri fitur wajah Himchan yang tampak bercahaya diterpa cahaya bulan. Merasakan tubuh lelaki itu kaku dan tegang.

“Lalu mengapa kau mau menjemput sibodoh ini untuk kehidupan baru?”

Himchan terdiam sejenak, kemudian tertawa pelan “Karena aku mencintai sibodoh. Seseorang yang bodoh telah mengubahku menjadi orang bodoh juga.”

Jantung Ara berdegup sedikit lebih cepat. Gadis itu merasakan lengan Himchan mulai mengangkat tubuhnya hingga kedua kaki tidak berpijak ke lantai, menghapus jarak antara kedua insan itu.  Ia pun merasakan gelitik ditelinga kanannya hingga membuat dunia seakan berputar. Bisikan itu pelan, sehalus udara yang mengelilinginya.

“Aku telah mewujudkan janji janjimu.”

Hanya dalam waktu singkat, energi diantara mereka yang berlawanan seolah saling menarik. Cinta didada mereka saling terkait satu sama lain, mengikat benang merah dalam takdir.

Saranghae, Himchannie.” Ara berseru kedalam pelukan lelaki itu, menyambuti kecupan dibibirnya yang menggetarkan seolah pembalasan manis dari setiap kesedihan dan pengorbanan dilaluinya.

Apa kau tahu, Himchan?

Sekarang tidak ada perbedaan yang akan membatasi jati diri.

Disini kita saling memiliki dan,

Ragaku diciptakan untuk berada dalam pelukanmu.

 

—–The End—-

Please comment! Plagiators, Go AWAY!


Viewing all 22 articles
Browse latest View live